7 Fakta Unik Geliang Ular, Burung Pelatuk yang Meliuk bak Ular

Pernah dengar nama geliang ular? Nama ini mungkin masih terdengar asing di telingamu. Burung ini memang belum dikenal banyak orang, meskipun punya banyak keunikan.
Geliang ular atau wryneck merupakan salah satu jenis burung pelatuk berukuran kecil. Ia tersebar di Eropa, Asia, dan Afrika. Geliang ular agak beda dari pelatuk pada umumnya. Pertama, ia gak bisa mematuk. Kedua, ia bertingkah seperti ular! Gak percaya? Simak fakta unik burung geliang ular atau wryneck yang perlu kamu tahu berikut ini!
1. Jenis burung pelatuk berparuh lemah
Geliang ular atau wryneck merupakan salah satu jenis burung di keluarga pelatuk (Picidae). Menariknya, gak seperti burung pelatuk pada umumnya, geliang ular punya paruh yang lebih pendek dan lemah. Oleh karena itu, burung ini gak bisa melubangi kulit kayu seperti yang dilakukan burung pelatuk.
Geliang ular terbagi jadi dua spesies. Ada geliang ular erasia atau Eurasian wryneck (Jynx torquilla) yang berkembang biak di Eropa dan Asia. Kemudian, ada geliang ular leher merah atau red-throated wryneck (J. ruficollis) yang hidup di Afrika sub-Sahara.
2. Suka memutar-mutar kepala

Nama geliang ular berasal dari kebiasaan burung ini saat merasa ternacam. Saat mendeteksi bahaya, geliang ular menengadahkan kepala lalu meneleng ke kanan dan ke kiri secara bergantian. Ia juga mengeluarkan suara desisan mirip desisan ular. Gerakan unik inilah yang menginspirasi nama geliang ular. Dalam KBBI, kata “geliang” atau “geliang-geliut” berarti gerakan meliuk-liuk dan melitit.
Kalau di luar negeri, geliang ular dikenal dengan nama wryneck. Nama ini merujuk pada kebiasaan dan kemampuannya dalam memutar kepala. Menurut laman Animalia, geliang ular bisa memutar kepalanya sampai hampir 180 derajat!
3. Bulu bermosaik indah untuk membaur

Geliang ular punya warna yang sangat menarik. Spesies geliang ular erasia terlihat menyatu sempurna dengan kulit kayu berkat warna keabu-abuannya. Bagian atas tubuhnya juga dihiasi mosaik berbintik abu-abu dan cokelat. Bagian bawah tubuhnya bergaris-garis gelap. Pola mirip kulit kayu ini bantu geliang ular erasia membaur sempurna dengan batang pohon.
Sementara itu, geliang ular leher merah tampil lebih sederhana dari saudaranya. Pola garis dan bintiknya lebih samar. Bagian leher, dagu, dan dada atasnya berwarna cokelat kemerahan yang menginspirasi nama “leher merah.” Pewarnaan ini sesuai dengan habitatnya yang menurut laman Oiseaux Birds meliputi sabana kering dan semak belukar terbuka di Afrika.
4. Ahli berjalan secara vertikal

Meski punya banyak ciri yang membuatnya beda, geliang ular tetap punya ciri fisik yang dimiliki burung pelatuk yakni kaki zigodaktil. Itu artinya geliang ular punya dua jari kaki yang mengadap ke depan dan dua lagi ke belakang. Lebih spesifiknya, jari kaki pertama dan keempat mengarah ke belakang, sementara jari kaki kedua dan ketiga mengarah ke depan. Posisi jari kaki ini sangat ideal untuk berpegangan pada permukaan vertikal. Hal inilah yang membuat burung pelatuk seperti geliang ular mudah memanjat naik atau turun secara vertikal di batang pohon.
5. Sering dikira burung pengicau

Geliang ular sering dikira sebagai burung pengicau oleh orang awam. Menurut informasi dari laman Wildlife Trusts, geliang ular memang lebih bertengger tegak di dahan pohon, bukannya memanjat atau bertengger vertikal di batang pohon layaknya pelatuk. Postur tubuhnya saat bertengger pun lebih mirip burung pengicau. Di samping itu, siluet terbang geliang uler juga lebih menyerupai siluet terbang burung pengicau yang khas.
6. Senang makan semut

Kedua spesies geliang ular merupakan pemakan semut. Tak jarang burung ini juga disebut pelatuk semut karenanya. Mengutip laman Oiseaux.net, sekitar 90 persen makanan geliang ular erasia diketahui berisi semut. Di luar itu, geliang ular juga menyantap larva, kumbang, ngengat, sampai amfibi berukuran kecil.
Geliang ular melahap semut yang didapatnya dari kulit pohon mati. Burung ini juga sering mencari makan di tanah. Ia menjangkau ke dalam sarang semut yang dalam dengan lidahnya yang panjang dan lengket.
7. Manfaatkan kembali sarang lain

Dikarenakan paruhnya yang lemah, geliang ular gak bisa melubangi kayu. Burung ini juga gak pernah ditemukan mematuk seperti yang dilakukan burung pelatuk pada umumnya. Oleh karena itu, geliang ular cuma bisa memanfaatkan kembali lubang atau rongga pohon yang sudah dibuat burung pelatuk untuk bersarang. Bahkan, burung ini gak segan-segan mengusir penghuni lubang tersebut dan mengambil alih sarangnya.
Sungguh burung yang unik, bukan? Setelah tahu lebih banyak, bagaimana pendapatmu tentang geliang ular? Apa kamu tertarik untuk melihatnya secara langsung di habitat aslinya?


















