Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
cheetah
cheetah (pexels.com/GemmaMostyn)

Intinya sih...

  • Cheetah memiliki struktur fisik yang dibuat untuk lari, bukan bertarung

  • Cheetah punya sifat dasar yang cenderung pemalu dan cemas

  • Cheetah bukan hewan teritorial yang agresif

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika mendengar kata "kucing besar", bayangan kita pasti langsung tertuju pada predator puncak yang buas dan garang. Misalnya singa yang mengaum, harimau yang mengintai, atau macan tutul yang mematikan. Namun di antara para raksasa ini, ada satu anomali, yaitu cheetah. Meskipun menyandang gelar sebagai hewan darat tercepat di planet ini, Cheetah justru punya reputasi sebagai kucing besar yang paling toleran dan tidak agresif terhadap manusia.

Fenomena ini tentu mengundang tanya besar. Kenapa mereka begitu berbeda dari sepupu-sepupu besarnya? Jawabannya ternyata terletak pada serangkaian fakta unik yang membentuk sifat dan fisik mereka. Mulai dari struktur fisik, kepribadiannya yang lebih mirip pemalu daripada pemburu ganas, hingga fakta mengejutkan tentang suara mereka yang sama sekali tidak seperti yang kita bayangkan. Penasaran? Simak artikel ini sampai tuntas, yuk!

1. Cheetah punya struktur fisik yang dibuat untuk lari, bukan bertarung

cheetah (Unsplash.com/Andreas Schantl)

Cheetah memang memegang rekor sebagai pelari tercepat di darat, bahkan mampu berakselerasi lebih cepat dari mobil sport. Namun, "superpower" ini ternyata punya harga yang harus dibayar. Evolusi seolah memaksa Cheetah untuk memilih untuk jadi pelari ulung atau petarung tangguh? Dan Cheetah memilih yang pertama. 

Untuk bisa berlari sekencang itu, tubuh mereka harus ringan, ramping, dan aerodinamis. Akibatnya, mereka tidak punya otot sekuat singa atau harimau. Rahang dan gigi taring mereka pun lebih kecil, dirancang untuk melumpuhkan mangsa kecil dengan cepat, bukan untuk pertarungan brutal.

Singkatnya, seluruh tubuh Cheetah diciptakan untuk kecepatan, bukan kekerasan. Bahkan cakarnya pun berbeda, tidak seperti kucing lain, cakar Cheetah tidak bisa ditarik masuk sepenuhnya. Fungsinya lebih mirip seperti paku di sepatu lari (cleats) yang memberikan cengkeraman maksimal saat berbelok dalam kecepatan tinggi, tapi membuatnya kurang efektif sebagai senjata. Karena "spesialisasi" inilah, insting utama Cheetah saat menghadapi ancaman bukanlah melawan, melainkan kabur. Sifat yang selalu menghindari konfrontasi inilah yang membuat mereka terlihat jauh lebih jinak dibandingkan kucing besar lainnya.

2. Cheetah punya sifat dasar yang cenderung pemalu dan cemas

cheetah (Pexels.com/Leon Aschemann)

Jangan tertipu oleh penampilannya yang garang saat mengejar mangsa. Di balik reputasinya sebagai pelari ulung, Cheetah justru dikenal sebagai salah satu kucing besar yang paling pemalu dan mudah cemas. Bayangin aja, setelah bersusah payah berlari dan menangkap buruan, mereka harus selalu was-was karena predator yang lebih kuat seperti singa atau hyena bisa datang kapan saja untuk merebut makanan mereka. Tekanan hidup di alam liar inilah yang membentuk mereka menjadi makhluk yang sangat berhati-hati, gugup, dan selalu menghindari konflik.

Sifat cemas ini bahkan sudah sangat terkenal di kalangan ahli hewan. Salah satu fakta paling unik adalah banyak kebun binatang dan pusat konservasi di seluruh dunia yang memasangkan cheetah dengan seekor anjing pendamping (emotional support dog) sejak kecil.

Sifat anjing yang tenang dan percaya diri, terbukti bisa menenangkan cheetah yang mudah stres dan membantu mereka merasa lebih aman. Nah, sifat dasar yang begitu sensitif ini yang membuat reaksi alami mereka terhadap manusia bukanlah agresi, melainkan rasa waspada dan keinginan untuk menghindar, yang sering kita artikan sebagai sikap "jinak" atau "ramah". Gemas!

3. Cheetah bukan hewan teritorial yang agresif

cheetah (pexels.com/MagdaEhlers)

Kalau kita membayangkan singa, pasti terlintas gambaran seekor "raja" yang ganas mempertahankan wilayah kekuasaannya dengan auman keras itu. Harimau pun dikenal sebagai penyendiri yang sangat protektif terhadap daerah perburuannya. Nah, cheetah punya gaya hidup yang sangat berbeda. Mereka bukanlah penguasa yang mati-matian mempertahankan sebuah teritori seumur hidupnya.

Cheetah betina cenderung hidup nomaden, terus bergerak mengikuti pergerakan mangsanya di area yang sangat luas. Sementara cheetah jantan memang terkadang membentuk kelompok kecil untuk mempertahankan suatu area, tingkat agresi mereka tidak seintensif kucing besar lainnya. 

Bagi cheetah, pertarungan untuk memperebutkan wilayah adalah sebuah risiko besar. Cedera sekecil apapun bisa menghambat kemampuan lari mereka, yang berarti mereka tidak bisa berburu dan akan mati kelaparan. Oleh karena itu, naluri mereka lebih memilih untuk menghindari pertempuran yang tidak perlu, termasuk dengan manusia yang masuk ke areanya.

4. Fakta unik: cheetah tidak bisa meraung, tapi mengeong!

cheetah dan manusia (youtube.com/DolphCVolker)

Inilah fakta yang mungkin paling mengejutkan dari semuanya. Lupakan deh, auman garang yang biasa kita dengar dari singa atau harimau di film-film. Cheetah tidak bisa meraung! Struktur tulang di tenggorokan mereka berbeda dengan kucing besar sejati, sehingga mustahil bagi mereka untuk menghasilkan suara auman yang menggelegar. 

Justru sebaliknya, vokalisasi cheetah jauh dari kata seram dan malah terdengar menggemaskan. Mereka bisa mendengkur dengan keras saat merasa senang (persis seperti kucing rumahan), mengeong, mendesis, dan bahkan mengeluarkan suara cicitan mirip burung (chirp) untuk memanggil anak-anaknya. Suara yang lembut ini seolah menjadi bukti akhir dari kepribadian mereka yang memang pada dasarnya tidak agresif dan jauh berbeda dari citra "kucing besar" yang buas.

Ternyata, memang bisa dibilang kalau cheetah itu adalah kucing besar yang ramah kepada manusia, ya. Mulai dari fakta bahwa fisiknya diciptakan untuk lari, sifatnya yang pemalu, hingga suaranya yang lebih mirip kucing rumahan, benar-benar menjelaskan kenapa mereka begitu friendly kepada manusia. Gemesin banget, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team