ilustrasi talk therapy (genesight.com)
Kabar baiknya, masih ada harapan bagi pasien DID dan gangguan disosiasi lainnya untuk pulih dari kondisi mentalnya. Ada beberapa opsi pengobatan yang bisa ditempuh oleh pasien hingga 100 persen pulih. Apa saja?
Pertama, pasien bisa mencoba psikoterapi/terapi konseling/talk therapy. Juga melibatkan anggota keluarganya, pasien bisa berbicara pada psikolog/psikiater mengenai kejadian trauma di masa lampau. Dengan begitu, pasien mengerti mengapa ia melakukan disosiasi dan bisa mengembangkan mekanisme coping yang lebih baik.
Selain psikoterapi, hipnoterapi juga umumnya dilakukan bersama-sama. Seperti namanya, psikolog/psikiater menggunakan hipnosis klinis agar pasien lebih relaks dan terbuka mengenai trauma masa lampaunya dan menyatukan berbagai kepribadian pasien menjadi satu dengan kontrol penuh atas pemicu trauma.
ilustrasi terapi EMDR (bipolarnews.org)
Selain psikoterapi, NAMI mengatakan bahwa terapi eye movement desensitisation and reprocessing (EMDR) bisa membantu pasien memproses peristiwa trauma di masa lampau. Namun, Mind mencatat bahwa terapi EMDR standar tidak bisa menangani pasien gangguan disosiasi.
Oleh karena itu, terapi harus disesuaikan agar aman dan efektif untuk pasien. EMDR untuk pasien DID harus difokuskan pada memori spesifik dan umumnya selama periode singkat sehingga peristiwa trauma tidak sekaligus membanjiri pikiran pasien.
Sebagai catatan, EMDR harus dilakukan saat pasien sudah merasa stabil dan oleh psikolog/psikiater yang benar-benar mengerti tentang EMDR dan penerapannya untuk pasien gangguan disosiasi.