10 Gangguan Mental yang Digambarkan Tokoh DC dan Marvel

Layaknya penyakit jasmani, gangguan mental tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Menurut statistik pada 2019 dari situs Our World in Data, satu dari tujuh orang di dunia (11-18 persen) memiliki minimal satu jenis gangguan psikologis atau penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
Seiring perkembangan zaman, dunia pun semakin sadar akan perjuangan umat manusia melawan "perang" yang berkecamuk di dalam pikirannya. Oleh karena itu, tidak jarang mereka menjadikannya aspek dalam membentuk karakter di dunia hiburan, dari karya sastra, komik, hingga film layar lebar.
Dua industri komik terlaris dunia, Marvel dan DC, pun memiliki karakter-karakter ikonik yang ternyata memiliki masalah dan gangguan psikologis sendiri. Inilah 10 karakter-karakter Marvel dan DC yang sebenarnya digambarkan memiliki atau pernah memiliki gangguan psikologis.
1. Daredevil: Depresi

Diciptakan pada 1964, Matt Murdock kehilangan penglihatannya, namun sebagai gantinya ia menajamkan inderanya hingga setara dengan radar. Memberantas kejahatan di malam hari dan jadi pengacara di siang hari, Murdock disebut "Daredevil" dan "Man Without Fear" atau "Manusia yang Tak Kenal Takut". Apakah betul, Murdock tak memiliki "ketakutan"?
Salah satu penggambarannya adalah pada edisi "Born Again" oleh Frank Miller pada 1986. Berlangsung dalam tujuh seri, Murdock mengetahui mantannya jadi bintang film "panas", "ditikung" temannya, dan dibuat miskin oleh salah satu musuh bebuyutannya, Kingpin. Setelah kehilangan semuanya dan hampir mati dibunuh, wajar kalau Murdock jadi gila.
Selain "Born Again", Daredevil pun lagi-lagi dibuat merana dalam edisi "Guardian Devil" oleh Kevin Smith pada 1998-1999. Bukan Kingpin, mental Murdock ditekan oleh Mysterio hingga hampir bunuh diri! Untungnya, karena pertolongan rekan sejawat dan tekadnya yang kuat, Murdock terus bangkit meskipun terus jatuh juga.
2. Moon Knight: Kepribadian ganda (DID)

Muncul pertama kali pada 1975, Marc Spector dibangkitkan kembali oleh dewa bulan Mesir, Khonshu, serta mendapat kekuatan untuk menjadi Moon Knight.
Sering disamakan dengan Batman, Moon Knight memiliki dua perbedaan mencolok: punya kekuatan super dari Khonshu, dan... memiliki masalah kepribadian ganda/dissociative identity disorder (DID). Sepanjang petualangannya, Moon Knight memiliki banyak "identitas" selain Marc Spector, yaitu:
- Miliuner Steven Grant
- Supir taksi Jack Lockley
Kok bisa? Menurut komiknya, Moon Knight vol. 1 #194, pada 2018, Marc Spector memiliki masa kecil yang tidak menyenangkan. Penjelasan kedua adalah rupa Khonshu yang banyak membuat pikiran Marc "terpecah". Selain itu, terdapat spekulasi bahwa selama ini, Marc berbicara dengan "Khonshu" buatannya sendiri, bukan Khonshu yang asli.
3. Storm: Klaustrofobia

Salah satu anggota terlama di tim pahlawan mutan, X-Men, Ororo Munroe atau yang kita kenal sebagai "Storm" memiliki kemampuan manipulasi cuaca. Memiliki kekuatan bak dewa, ternyata Ororo memiliki ketakutan pada tempat sempit, atau klaustrofobia! Jika sudah ketakutan, Ororo akan meringkuk dan tidak mampu melakukan apa-apa.
Hal ini pertama diketahui pada komik Uncanny X-Men #102 pada 1976. Saat berusia 5 tahun, Ororo harus menjadi saksi kematian orangtuanya ketika sebuah pesawat tempur menabrak kediamannya di Kenya. Tertimpa reruntuhan rumahnya bersama jasad orangtuanya, Ororo pun mengidap klaustrofobia.
4. The Riddler: Gangguan Kompulsif Obsesif (OCD)

Muncul sebagai salah satu musuh Batman pada 1948, Edward Nygma atau yang lebih kita kenal sebagai "The Riddler" memiliki kebiasaan meninggalkan teka-teki di TKP-nya. Teka-teki inilah yang kemudian digunakan Batman untuk menangkap dan menjebloskannya ke Arkham Asylum bersama penjahat gila lainnya.
Sebenarnya, ia bisa saja meninggalkan TKP tanpa meninggalkan teka-teki. Namun, Edward terus saja meninggalkan teka-teki. Para ahli kemudian menganggap Edward mengidap OCD karena obsesinya meninggalkan teka-teki untuk mengungkap kejahatannya.
Hal ini pertama kali terlihat pada "Batman #179" pada 1966. Semakin jelas lagi, Edward mengatakan sebab mengapa ia meninggalkan teka-teki untuk Batman pada komik tahun 1999, "Batman Gotham Adventures".
"Kau tidak mengerti ... Aku benar-benar tidak ingin memberikanmu petunjuk apapun. Aku benar-benar berencana untuk tidak pernah kembali ke Arkham Asylum. Tapi aku tetap meninggalkan petunjuk. Jadi aku... aku harus kembali di sana. Karena aku mungkin butuh bantuan. Aku... Aku mungkin benar-benar gila."
5. Wonder Woman: Nervous breakdown

Seorang demi-goddess ratu Amazon Hippolyta dan Dewa Zeus, Diana dari Themyscira atau yang kita kenal sebagai "Wonder Woman" adalah pahlawan DC Comics sejak 1941 dengan kekuatan dan kebijaksanaan ilahi layaknya seorang dewi. Kita pun mengenal salah satu pentolan Justice League ini sebagai salah satu ikon keperkasaan wanita zaman modern.
Dalam tujuh issue pada 2017 bertajuk "The Truth", penulis Greg Rucka membuat Diana terjerumus dalam jurang kegilaan saat ia mengetahui bahwa kenyataan yang selama ini ia alami adalah halusinasi, dan ia belum pernah kembali ke Themyscira setelah pergi dengan Steve Trevor! Hal ini membuat mental Diana terpukul hingga mengalami nervous breakdown dan dirawat di rumah sakit jiwa.
Dengan bantuan musuhnya, Ares dan Cheetah, Diana mengetahui bahwa ingatan palsu tersebut adalah "umpan" dari Deimos dan Phobos agar Themyscira dapat diserang. Akhirnya, Diana berhasil mengalahkan "kegilaannya" sekaligus Deimos dan Phobos serta menyelamatkan tanah kelahirannya.
6. Harley Quinn: Battered person syndrome

Sering bolak-balik jadi musuh atau kawan Batman sejak muncul di seri "Batman: The Animated Series" pada 1992, Harleen Quinzel atau yang kita kenal sebagai "Harley Quinn" dulunya adalah psikiater Joker di Arkham Asylum. Setelah jatuh cinta dengan Joker, ia pun menjadi "bucin" Joker untuk melawan Batman.
Kalau kamu mengikuti cerita "percintaan" Joker dan Harley, kamu pun tahu kalau Harley hanya diperbudak dan menjadi "samsak" Joker untuk dianiaya secara fisik, verbal, dan mental! Putus-nyambung, Harley Quinn bak ingin terus dianiaya Joker. Seolah-olah masokhis, Harley divonis mengidap battered person syndrome.
Untungnya, Harley sudah digambarkan berhenti menjadi bucin Joker sejak issue "The New 52". Malah, ia sempat menjalin hubungan (yang tidak sehat juga) dengan Poison Ivy (Pamela Isley). Nampaknya, pengaruh Joker terhadap kesehatan mental Harley tidak dapat dimungkiri.
7. Lex Luthor: Narsisisme

Muncul awalnya sebagai rekan Clark Kent (Superboy/Superman) di Smallville pada 1940, Alexander "Lex" Luthor menjadi musuh bebuyutan Superman saat ia menjadi botak dan kehilangan seluruh risetnya karena kebakaran yang ia sebabkan sendiri. Sejak saat itu, Lex bersumpah untuk menghilangkan Superman selama-lamanya.
Sebagai salah satu manusia terpandai dan terkaya di Bumi, Lex menggunakan kecerdasannya untuk meneruskan LexCorp dan membuat "Warsuit", sebuah baju zirah untuk menghadapi Superman. Bahkan, Lex pernah berhasil mengalahkan Superman hingga bergabung dengan Justice League!
Perlu diketahui, di masa kecilnya pun, Lex tidak bahagia karena sering dianiaya dan ditelantarkan oleh keluarganya. Hasilnya, saat ia memiliki semuanya, Lex menjadi seorang pribadi yang narsistik dan kerap menganggap orang lain, bahkan Superman, lebih rendah darinya. Tidak jarang ia menciptakan bencana, muncul sebagai pahlawan untuk mendulang sanjungan, sebelum akhirnya dikalahkan lagi.
8. Spider-Man: Inferiority complex

Muncul secara perdana pada 1962, Peter Parker mendapat kekuatan dan kelincahan super bak laba-laba setelah digigit oleh laba-laba radioaktif. Dengannya, Peter kemudian menumpas kejahatan dengan kedok "Spider-Man". Hingga saat ini, Spider-Man dianggap sebagai pahlawan yang paling ikonik dari Marvel dengan pernyataan,
"With great power, comes great responsibility."
Kata-kata tersebut Peter dapatkan sebelum menjadi pahlawan ketika ia kehilangan orangtua asuh sekaligus pamannya, Ben Parker. Namun, sisi negatifnya, Peter kerap menyalahkan dirinya jika ada korban di tengah pertarungannya. Oleh karena itu, ia terus menyelamatkan orang-orang sebanyak mungkin, hingga dijuluki "Friendly Neighborhood".
Spider-Man juga dikenal sebagai pahlawan yang humoris. Diketahui, sisi humoris ini adalah "topeng" untuk menutupi ke-insecure-an Spider-Man karena menganggap dirinya selalu kurang, hasil dari masa mudanya yang kerap dirundung oleh teman-temannya sebelum jadi Spider-Man. Apalagi, pandangan masyarakat bahwa ia adalah sebuah "ancaman"/menace.
9. Deadpool: Psikosis

Muncul pada 1991 sebagai seorang penjahat, Wade Wilson menjadi Deadpool saat ia direkrut dalam program Weapon X untuk menyembuhkan kankernya. Selain sembuh, Wade menerima kekuatan regenerasi super cepat dengan rupa yang amat jelek!
Seiring waktu, Deadpool disukai pembaca karena sisi humorisnya dan menjadi anti-hero. Wade pun sadar kalau ia adalah sebuah karakter komik, menembus "dinding keempat". Bahkan, sebagai Deadpool, ia pun pernah "membunuh" seluruh karakter dunia Marvel!
Akan tetapi, kemampuan regenerasi tersebut juga mempengaruhi kesehatan psikis Wade. Hasilnya, Deadpool sering digambarkan memiliki "dialog" dengan dua kepribadian dalam pikirannya. Wade juga diketahui memiliki psikosis. Oleh karena itu, cerita mengenai masa lalunya tumpang tindih:
- Wade menceritakan ibunya ditinggalkan oleh ayahnya, lalu sebagai gantinya, ibunya menganiayanya.
- Wade juga menceritakan ibunya meninggal, sehingga ayahnya menjadi pemabuk dan menganiayanya.
- Wade menceritakan kalau ayahnya meninggalkannya dan ibunya, sehingga ibunya kerap mabuk-mabukan dan menghamburkan uang, sampai akhirnya, Wade kabur dari rumah.
Namun, ternyata menurut "Deadpool Vol 3 #34" pada 2014, orangtua Deadpool baik-baik saja, malah Wade tidak mengenali mereka. Hasil dari psikosis akut Deadpool adalah delusi dan halusinasi yang kerap bermain dalam kepalanya, sehingga ia terus digambarkan mengalami dialog dengan dua orang, yang ternyata adalah dirinya sendiri.
10. Jessica Jones: PTSD

Muncul pertama kali sebagai teman sekelas Peter Parker, Jessica Campbell Jones mendapatkan kekuatannya setelah terpapar senyawa radioaktif. Terinspirasi dari pertarungan Spider-Man kontra Sandman (Flint Marko), Jessica kemudian bersumpah untuk menggunakan kekuatannya sebagai pahlawan wanita.
Sebagai "Jewel", Jessica mengalami pengalaman tidak mengenakkan saat dihipnotis oleh Purple Man (Zebediah Killgrave). Menjadi budak Purple Man selama 8 bulan, Jessica akhirnya bebas. Sempat menjadi "Knightress" dan bertemu Power Man (Luke Cage), Jessica akhirnya pensiun dari karir kepahlawanannya dan menjadi detektif. Ia pun menikah dengan Luke Cage dan pulih sepenuhnya.
Namun, jejak aniaya psikis yang diberikan Purple Man kepada individu sekuat Jessica Jones kerap memberikannya trauma masa lalu. Jessica menjadi kaki tangan Purple Man untuk menumbangkan Daredevil hingga Avengers! Meskipun tak pernah diperkosa, Purple Man kerap menghipnotis Jessica secara seksual hingga hampir gila!.
Karena kehilangan dirinya, Jean Grey sampai turun tangan untuk merawat Jessica. Bahkan, sebelum bangkit bersama Luke, Jessica kerap "menenggelamkan" dirinya dalam miras dan kekerasan (sebagai Knightress) agar melupakan traumanya. Setelah berhadapan dengan Purple Man terakhir kalinya di "Jessica Jones Vol 2 #17" pada 2018, Purple Man akhirnya mati dan Jessica akhirnya menuntaskan traumanya!

Pahlawan super adalah tokoh inspirasi yang dilihat kaum muda, terutama anak-anak, dan mengajarkan mereka mengenai norma melakukan yang baik. Sering kali, tokoh-tokoh ini bangkit dari masa lalunya yang kelam, mengalahkan traumanya, dan tetap bangkit meskipun terpuruk.
Itulah 10 pahlawan dan penjahat dari DC dan Marvel yang tangguh, namun ternyata memiliki masalah psikisnya sendiri. Apa pelajaran yang bisa kamu petik? Ternyata, setangguh-tangguhnya seseorang (meskipun bukan pahlawan super), mereka pun memiliki "konflik" dalam diri yang sering disembunyikan, dan membutuhkan pertolongan.