bigfin reef squid (commons.wikimedia.org/Totti)
Betina mengeluarkan telur melalui saluran telurnya yang berjumlah sekitar 20 hingga 1180 telur per individu. Dilansir Animalia, telur-telur ini kemudian dilapisi zat-zat seperti agar-agar dari kelenjar nidamental dan kelenjar ovidukal, sehingga membentuk ‘‘kapsul’’ telur. Setiap kapsulnya berisi 2 hingga 9 telur, yang diletakkan dalam untaian tunggal yang lurus di atas batu, karang, tanaman air, cabang-cabang yang terendam, dan permukaan lainnya.
Pada tahap ini, telur-telur tersebut berdiameter 3 mm, dan kapsul telur berukuran panjang sekitar 58,2 mm dengan lebar 12,6 mm. Kapsul tersebut dierami selama sekitar 2—3 minggu, tergantung pada suhu lokasi. Dikarenakan Indonesia memiliki suhu lebih hangat, masa inkubasi di sini tercatat hanya 15—16 hari, sedangkan di Thailand dibutuhkan sekitar 20—22 hari.
Dari sekian banyak telur dalam setiap kapsul, telur yang tidak dibuahi tetap berwarna putih susu, namun tidak mengalami perkembangan lebih lanjut. Sedangkan telur yang dibuahi mengalami pembelahan sel yang mencapai diameter 16 mm dengan embrio yang berkembang sekitar 11 mm pada hari sebelum menetas.
Jika dilihat berdasarkan penampilannya, bigfin reef squid terlihat mirip dengan sotong. Ya, meskipun banyak orang keliru dengan menganggapnya sebagai sotong, kenyataannya sefalopoda ini masih tergolong ke dalam spesies cumi-cumi.
Selain cukup jarang ditemukan, sefalopoda ini juga memang sedikit berbeda dari cumi-cumi biasa dalam hal penampilan. Kendati demikian, IUCN mengklasifikasikan bigfin reef squid sebagai spesies Kurang Data karena kurangnya informasi yang memadai untuk menilai status konservasinya.