potret monumen peringatan di Waikumete bagi korban pesawat yang jatuh di gunung Erebus (commons.wikimedia.org/User: Phantomwiki )
Pada 28 November 1979, pesawat Air New Zealand DC-10 jatuh di sisi Gunung Erebus. Pesawat membawa 237 penumpang dan 20 orang awak pesawat.
Pesawat dengan nomor penerbangan TE901 tersebut merupakan pesawat dengan penerbangan wisata udara dari Auckland ke Antartika yang memakan waktu penerbangan pulang-pergi 11 jam tanpa henti. Program wisata pesawat dibuka oleh Air New Zealand pada tahun 1977 dan merupakan tur pesawat yang cukup populer.
Dilansir BBC, kecelakaan tersebut diakibatkan oleh dua hal, yakni kesalahan rute dan fenomena whiteout.
Pilot pesawat, Kapten Jim Collins, membawa pesawat dengan pola yang sama akan tetapi di rute yang berbeda. Es dan awan yang berwarna putih terang memberikan ilusi bahwa jarak pandang cukup cerah. Hal ini membuat pilot mengira yang dilihatnya hanyalah awan dan salju sehingga tidak menyadari bahwa yang di hadapannya adalah Gunung Erebus. Pesawat akhirnya menabrak sisi gunung dan menewaskan seluruh penumpang dan awak pesawat.
Sir Edmund Hillary, seorang penjelajah terkenal seharusnya ikut naik ke pesawat tersebut tetapi membatalkan perjalanannya di saat-saat terakhir. Puing-puing kecelakaan masih terlihat walau telah dilakukan pembersihan dan dikatakan ada 44 jasad yang tidak teridentifikasi selama masa pencarian.
Sisa-sisa korban kecelakaan yang tidak diklaim dimakamkan di sebuah monumen peringatan di Pemakaman Waikumete di West Auckland, Selandia Baru.
Hingga saat ini, bumi masih diakui sebagai tempat yang ideal bagi kehidupan dan rumah bagi banyak jenis organisme. Dalam berbagai lokasi dan iklim kerap ditemukan kehidupan dalam berbagai bentuk dan rupa, bahkan dalam kondisi ekstrim. Bumi juga masih menyimpan misteri dan keunikan yang masih harus dipelajari oleh manusia.