patung Bunda Maria yang terbuat dari marmer putih di depan pintu masuk gereja, diimpor dari Prancis (Masoud Akbari, CC BY-SA 3.0, via Wikimedia Commons)
Dilansir Smarthistory, sebelum era Tokugawa, misionaris Katolik pertama dari ordo Jesuit, Santo Fransiskus Xaverius tiba di Jepang pada tahun 1549 dan meletakkan fondasi dasar bagi perkembangan Kekristenan di sana. Setelah kehadirannya, untuk periode waktu yang singkat agama Katolik berkembang dan diterima di sejumlah tempat di Jepang hingga kemudian dilarang pada era Keshogunan Tokugawa.
Meski dilarang dan dipersekusi, banyak orang yang tetap menjalankan keyakinan dan imannya hingga pada tahun 1597 di kota Nagasaki yang menjadi pusat penyebaran agama Katolik, 26 orang martir Katolik dieksekusi atas perintah penguasa (Daimyo) setempat. Dilansir Britannica, sebanyak 6 orang misionaris dan 20 orang awam Jepang disalibkan di kota Nagasaki. Dua setengah abad kemudian, Gereja Oura dibangun untuk mengenang hidup dan menghormati kesaksian iman para martir tersebut.
Banyak komunitas umat Katolik yang hidup dan menjalankan keyakinannya dalam persembunyian pada masa Keshogunan Tokugawa, hingga Kekristenan bangkit kembali ketika Kaisar Meiji (1852-1912) melakukan restorasi Meiji untuk memodernisasi Jepang termasuk menegakkan kebebasan beragama. Restorasi Meiji mengakhiri Keshogunan Tokugawa yang telah berlangsung selama lebih dari dua abad.