Hutan primer masih menampilkan rona alam secara utuh tanpa campur tangan manusia. (pexels.com/Oskar Gross)
Meski tak tersentuh dan tak boleh diganggu aktivitas manusia, keberadaan hutan primer ternyata tetap memberi manfaat bagi kita, baik sadar ataupun tidak. Misalnya saja, jenis hutan ini mengambil peran untuk menyerap gas karbon dioksida yang selalu jadi masalah serius bagi peradaban modern manusia. Angkanya pun tak main-main, yakni sekitar 16 miliar metrik ton karbon dioksida tiap tahun, dilansir Woodwell Climate Research Center.
Angka serapan ini tak sama pada masing-masing hutan primer. Maksudnya, serapan karbon dioksida pada hutan primer berjenis hutan hujan tropis akan jauh lebih besar kalau dibandingkan dengan hutan primer jenis hutan taiga atau hutan musim (temperate). Namun, perbedaan itu tetap tak menghilangkan esensi hutan sebagai penyerap gas yang jadi biang masalah pemanasan global sembari melepas gas lain yang bermanfaat untuk kita bernafas, yakni oksigen, yang muncul saat tanaman di sana melakukan fotosintesis.
Selain itu, hutan primer menyimpan keanekaragaman hayati yang sangat besar, punya peran kritis bagi ekosistem, sampai jadi rumah bagi spesies-spesies yang belum ditemukan atau sangat terancam punah. Kalau sampai rusak, kita tak hanya mencelakakan diri sendiri, tetapi juga menghancurkan kehidupan seluruh makhluk yang ada di dalamnya.
Dilansir International Union for Conservation of Nature and Natural Resources, lewat hadirnya hutan primer, keberadaan air tawar bersih dan segar bisa kita rasakan karena di sana akan terjadi proses penyaringan air secara alami. Secara tak langsung, hutan primer juga menjadi pelindung manusia dari penyakit berbahaya ataupun bencana alam. Bagi masyarakat pedalaman yang masih tinggal di sekitar sana, hutan primer turut jadi tempat mencari makan, tinggal, dan bertahan hidup yang sangat sempurna dari generasi ke generasi.