Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
seekor kirik-kirik laut yang sedang bertengger
seekor kirik-kirik laut yang sedang bertengger (commons.wikimedia.org/A.Savin)

Intinya sih...

  • Kirik-kirik laut memiliki persebaran luas di Asia, Afrika, dan Eropa.

  • Mereka suka berada di pinggiran hutan, padang rumput, dan dataran banjir.

  • Makanan mereka antara lain lebah, tawon, tabuhan, dan serangga terbang lainnya.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di dunia ini, ada kelompok burung spesialis pemakan lebah yang disebut bee-eater atau kirik-kirik (famili Meropidae). Peta persebaran kelompok burung ini sangat luas karena meliputi seluruh wilayah Dunia Lama atau Asia, Afrika, dan Eropa. Total ada sekitar 25—31 spesies kirik-kirik yang terbagi dari 3 genus berbeda. Nah, salah satu yang akan kita bahas kali ini spesies dari genus Merops, yakni kirik-kirik laut (Merops philippinus).

Secara penampilan, bulu kirik-kirik ini didominasi warna hijau, tetapi dengan gradasi warna biru pada area ekor. Selain itu, ada warna hitam, putih, kemerahan, dan kuning pada beberapa bagian tubuh. Paruh mereka panjang dan tajam, sementara di ekor terdapat dua buah bulu yang tumbuh lebih panjang. Kadang, penampilan kirik-kirik laut sering dikira sama dengan kirik-kirik biru (Merops persicus), padahal bagian ekor dari kirik-kirik laut terlihat lebih biru ketimbang kerabat mereka yang lebih hijau.

Kirik-kirik laut tergolong sebagai burung berukuran sedang. Panjang tubuh mereka sekitar 23—26 cm, rentang sayap 35 cm, dan bobot 29—43 gram. Nah, kira-kira hal menarik apa saja yang dimiliki oleh spesies burung pemakan lebah ini? Kalau penasaran, yuk, telusuri jawabannya di bawah ini!

1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

kirik-kirik laut sedang berusaha menelan capung (commons.wikimedia.org/Kafi Al Azad)

Persebaran kirik-kirik laut itu bukan main luasnya. Bayangkan saja, burung ini ditemukan mulai dari Asia Selatan, Asia Tenggara (termasuk Indonesia dan Filipina), sampai ke Papua Nugini, dilansir BirdLife DataZone. Kalau ditotal, area yang jadi rumah kirik-kirik laut itu sekitar 22,8 juta km persegi. 

Ukuran persebaran yang masif ini tak lepas dari kebiasaan kirik-kirik laut untuk bermigrasi. Biasanya, mereka bergerak dari selatan menuju utara (Asia Tenggara menuju Asia Selatan) saat udara sedang dingin dan ke arah sebaliknya saat musim reproduksi. Sementara itu, pilihan habitat kirik-kirik laut terbilang cukup spesifik. Mereka suka berada di pinggiran hutan, padang rumput, dataran banjir, dan pada waktu tertentu "main" ke kawasan pertanian atau perkebunan manusia. Ketinggian yang sesuai bagi mereka dimulai dari 0—1.530 meter di atas permukaan laut.

Untuk makanan, sesuai dengan nama mereka dalam bahasa Inggris, burung ini adalah spesialis pemburu lebah, tawon, dan tabuhan. Selain dari itu, kirik-kirik laut juga mengonsumsi berbagai spesies serangga lain, khususnya yang bisa terbang. Mereka dapat menangkap mangsa-mangsa tersebut sambil terbang di udara dan tak mengalami masalah sama sekali dengan sengatan yang dimiliki lebah, tawon, dan tabuhan.

2. Kebiasaan membangun sarang yang unik

Dibanding di atas pohon, kirik-kirik laut lebih suka membangun sarang di atas tanah. (commons.wikimedia.org/Prasobhgs)

Kalau mendengar kata burung dan sarang, pikiran kita mungkin akan langsung tertuju pada sebuah struktur dari ranting kayu yang disusun si burung di atas pohon. Meski begitu, deskripsi itu tak cocok untuk menggambarkan sarang milik kirik-kirik laut. Sebab, burung ini membangun sarang di tempat yang mungkin tidak kita duga sebelumnya, yakni tanah!

Animalia melansir kalau kirik-kirik laut akan mencari gundukan lumpur yang tinggi, tempat berpasir, atau daerah tanah miring untuk membangun sarang. Bukannya dengan ranting atau bagian tanaman lain, sarang dari burung ini dibuat dengan cara menggali atau melubangi material tersebut sampai membentuk cekungan berbentuk mangkuk atau terowongan. Tergantung dari jenis material dan kekerasannya, sarang dari kirik-kirik laut dapat mencapai kedalaman 2 meter, lho.

Meski memiliki sarang, kirik-kirik laut tentunya juga bisa bertengger di atas pohon, layaknya burung pada umumnya. Sarang itu dibuat lebih sebagai tempat bereproduksi (meletakkan telur) sambil merawat anak saat musim kawin tiba. Namun, kalau sedang kelelahan, sarang tersebut juga berfungsi sebagai tempat istirahat dalam waktu panjang.

3. Perilaku sehari-hari

kirik-kirik laut yang sedang bercengkerama (commons.wikimedia.org/Dr. Raju Kasambe)

Kirik-kirik laut termasuk hewan sosial karena dalam aktivitas sehari-hari terbentuk kelompok komunal yang terdiri atas beberapa individu. Malahan, dalam satu area, bisa saja ada beberapa sarang dari pasangan burung ini. Selain itu, mereka terbilang komunikatif karena memiliki beberapa variasi suara yang berbeda.

Dilansir Birda, suara paling umum yang dikeluarkan kirik-kirik laut adalah kicauan seperti peluit yang berulang-ulang. Selain itu, ketika sedang terbang, ada suara teerp, pr-ree, dan djeb yang dikeluarkan mereka. Panggilan ini berfungsi untuk memanggil anggota koloni saat hendak melakukan migrasi agar tak terpisah, memperingatkan keberadaan predator, sampai panggilan untuk reproduksi dan melindungi sarang.

Ada satu kebiasaan menarik dari koloni burung yang satu ini. Jadi, di habitat alami mereka, ada banyak spesies burung parasitisme induk yang dapat meninggalkan telur mereka ke sarang kirik-kirik laut. Untuk menangani masalah itu, kedua induk akan menjaga sarang secara bergantian dan mengusir potensi ancaman. Namun, jika serangan burung parasitisme induk itu semakin banyak, anggota koloni yang sebenarnya tidak sedang bertelur akan membantu pasangan yang sedang bertelur untuk menghalau si burung pengganggu itu.

4. Sistem reproduksi

ritual tarian kirik-kirik biru (commons.wikimedia.org/Achubms86)

Kirik-kirik laut termasuk hewan setia alias monogami. Pasangan yang terbentuk akan terus bersama, khususnya ketika memasuki musim kawin. Sebelum mulai kawin, ada ritual khusus yang dilakukan jantan dan betina berupa terbang sambil memamerkan warna bulu sambil berkicau-kicau. Musim kawin bagi burung ini dimulai antara April—Mei.

Dilansir Thai National Park, setelah kawin kirik-kirik laut betina akan menghasilkan 5—7 butir telur yang diletakkan di sarang mereka. Baik induk jantan maupun betina sama-sama mengambil peran menjaga dan membantu proses inkubasi telur. Ngomong-ngomong soal inkubasi, durasi yang diperlukan spesies kirik-kirik ini 22—31 hari saja. Kalau pasangan ini sedang sial, semisal jadi korban parasitisme induk, betina masih bisa mengeluarkan kelompok telur lain setelah mengetahui kelompok pertama sudah habis akibat parasitisme induk.

5. Status konservasi

potret menawan dari kirik-kirik laut (commons.wikimedia.org/Shahin Olakara)

Soal status konservasi, kirik-kirik laut ada pada tingkatan risiko rendah (Least Concern) berdasarkan data IUCN Red List. Tren populasi mereka juga cenderung sangat stabil dari tahun ke tahun. Meski begitu, tak ada data yang menyebut total populasi burung ini secara spesifik, mengingat peta persebaran mereka yang sangat luas.

Selain itu, sebenarnya tidak ada ancaman langsung dari spesies ini, selain kerusakan habitat akibat aktivitas manusia. Jadi, selama kita terus menjaga alam dan tidak sembarangan mengekstraksi hasil alam, seharusnya keberadaan kirik-kirik laut akan tetap lestari. Selain itu, Greenverz juga menyebut kalau perdagangan burung ini untuk dipelihara manusia sudah harus diperhatikan supaya tidak diambil secara langsung dari alam liar.

Bagi banyak spesies bertelur, jadi korban parasitisme induk jelas bukan sesuatu yang diharapkan. Hanya saja, kebanyakan spesies burung korban parasitisme induk itu sering meninggalkan sarang untuk mencari makan dan momen itulah yang dimanfaatkan induk burung parasit. Beruntungnya, kirik-kirik laut bisa sedikit bernapas lega karena anggota koloni siap untuk membantu menjaga sarang dari ancaman parasitisme induk. Benar-benar kelompok burung yang kompak, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎