5 Fakta MiG-31, Jet Tempur Tercepat Era Soviet yang Masih Beroperasi

Era perang dingin di masa lalu merupakan era persaingan militer yang mencolok antara blok barat yang dimotori oleh Amerika Serikat (AS) bersama sekutu barat dan aliansi militer NATOnya dengan blok timur yang dimotori oleh Rusia dan negara-negara yang tergabung dalam Uni Soviet dengan aliansi militer Pakta Warsawa.
Teknologi kedirgantaraan militer menjadi salah satu medan persaingan sengit untuk pembuktian sebagai yang terbaik, sejumlah jet tempur legendaris lahir dalam situasi ini. Dari pihak blok timur salah satu jet tempur supersonik dengan fungsi dominasi udara (air dominance) dan pencegat (interceptor) adalah MiG-31. Jet tempur buatan pabrikan Mikoyan-Gurevich (MiG) yang memiliki tampilan sangar dan gahar tersebut menjadi momok tersendiri bagi rival baratnya.
MiG-31 dikenal sebagai salah satu jet tempur interceptor tercepat dari era Soviet dan masih operasional penuh di AU Rusia dan AU Kazakhstan hingga hari ini. Merupakan jet tempur penerus MiG-25 Foxbat yang juga terkenal dengan kecepatannya, MiG-31 masih terlihat bertempur di palagan Ukraina. Menurut laman Plane Historia, prototipe awal MiG-31 yang disebut Ye-155MP, melakukan uji terbang perdana di tahun 1975, diproduksi pada tahun 1979 dan mulai bertugas di militer Soviet sebagai bagian dari resimen pertahanan udara Soviet pada tahun 1982.
Saat itu, dengan persenjataan yang dibawanya MiG-31 dirancang untuk memburu dan melumpuhkan pesawat mata-mata tercepat AS SR-71 Blackbird (sudah dipensiun) serta pesawat pengebom terkenal milik AS: B-52 Stratofortress dan B-1B Lancer. MiG-31 juga dijuluki sebagai "monster fighter" karena ukurannya.
Ingin tahu lebih lanjut tentang jet tempur pencegat terkenal dari era Soviet ini? Simak lima fakta menariknya berikut ini, yuk!
1. Diberi kode nama Foxhound oleh NATO
Oleh pihak NATO MiG-31 diberi kode nama "Foxhound" sehingga dikenal pula dengan nama MiG-31 Foxhound. Dilansir laman Forcesnews, peralatan militer termasuk sistem persenjataan dan pesawat tempur diberi nama kode NATO(NATO reporting names), nama kode tersebut dirancang untuk menyampaikan dengan cepat identifikasi dan jenis pesawat tempur ataupun platform militer lainnya yang sedang dibicarakan untuk menghindari kebingungan antara pasukan dari berbagai negara NATO.
Kode tersebut biasanya digunakan dalam komunikasi radio di lapangan. Selain Foxhound, nama kode NATO juga diberikan ke seluruh jet-jet tempur Soviet saat itu dan Rusia saat ini, antara lain: Flanker untuk Sukhoi Su-27, Fencer untuk Sukhoi Su-24, Frogfoot untuk Sukhoi Su-25, Fulcrum untuk MiG-29, Felon untuk Sukhoi Su-57 yang merupakan jet tempur siluman terbaru Rusia dan sebagainya.
Agak berbeda dengan tampilan visual jet-jet tempur rival baratnya yang sedikit lebih estetis dan "kalem", MiG-31 memiliki karakteristik mesin perang era Soviet dengan garis-garis desain kaku yang terkesan sangar dan gahar. Ukuran jet tempur MiG-31 ini tergolong besar untuk fungsinya sebagai jet dominasi udara, memiliki panjang 22,69 m, tail height: 6,15 m, lebar rentang sayap (wing span): 13,46 m serta memiliki berat lepas landas maksimal (Maximum Takeoff Weight) hingga 46.200 kg. Ukuran MiG-31 tersebut masih lebih besar dibandingkan dengan jet fighter terkenal buatan pabrikan Boeing asal AS yaitu F-15 Eagle.
2. Memiliki top speed mendekati Mach 3
MiG-31 adalah salah satu jet tempur tercepat saat ini yang top speed nya mendekati Mach 3 atau 3 kali kecepatan suara. Menurut Theaviationist, pesawat tempur yang memiliki 2 awak yang terdiri atas pilot dan seorang weapon systems officer ini tercatat memiliki top speed hingga Mach 2,83 (3.000 km/jam), ketinggian hingga 25.000 m serta radius tempur sejauh 1.450 km. Dengan kecepatannya tersebut, MiG-31 dirancang sebagai interceptor yang memiliki kemampuan untuk mencegat jet tempur musuh baik di ketinggian tinggi (high altitude) maupun di ketinggian rendah (low altitude).
Berbeda dengan kemampuan pendahulunya MiG-25 Foxbat yang berkecepatan lebih tinggi hingga Mach 3,2 namun memiliki kekurangan dalam pertempuran di ketinggian rendah, MiG-31 menjadi penyempurna pendahulunya dengan desain dan kekuatan mesinnya dinilai cukup mumpuni dalam melakoni pertempuran di semua ketinggian.
Sejumlah catatan di dunia aviasi militer menyebutkan bahwa diketahui beberapa kali MiG-31 melakukan pencegatan (intercept) terhadap pesawat-pesawat militer pihak AS yang terbang dekat wilayah udara Rusia agar tidak melanggar wilayah udaranya. Beberapa kasus diantaranya: pada April 2016, sebuah MiG-31 AU Rusia mencegat pesawat patroli maritim P-8 Poseidon AL AS yang terbang di wilayah udara internasional dekat Semenanjung Kamchatka, Rusia timur jauh.
Di wilayah tersebut terdapat area yang digunakan untuk menguji rudal balistik antar benua Rusia yag diluncurkan dari kapal selam nuklir strategis kelas Borei AL Rusia. Pada akhir Maret 2024 lalu dalam rentang waktu 3 hari, jet-jet tempur MiG-31 diluncurkan untuk mencegat pesawat pengebom supersonik AU AS B-1B Lancer yang terbang di atas Laut Barents dekat wilayah Rusia. B-1B Lancer merupakan bomber yang dirancang memiliki kemampuan untuk melakukan serangan presisi pada ketinggian rendah (low level).
3. Memiliki sejumlah varian
Dari kelahirannya hingga saat ini, MiG-31 telah memiliki sejumlah varian. Varian-varian tersebut merupakan upgrade atau versi penyempurnaan kecanggihan dari versi standarnya dalam hal avionik ataupun sistem persenjataannya. Menurut laman Ultimatespecs terdapat cukup banyak varian dari MiG-31 ini meski tak semua varian tersebut memasuki produksi massal. Varian MiG-31 tersebut adalah: MiG-31, MiG-31M, MiG-31D, MiG-31 01DZ, MiG-31B, MiG-31E, MiG-31BS, MiG-31BM, MiG31BSM, MiG-31K. Dari sejumlah varian tersebut, terdapat varian MiG-31E yang merupakan versi ekspor dari MiG-31B namun tidak pernah diproduksi.
Kemudian terdapat varian MiG-31 BM yang diupgrade dengan senjata dan avionik canggih dengan radarnya yang bernama Zaslon phased-array radar mampu mendeteksi 24 target dari jarak 320 km dan mengunci serta menembak 8 target di antaranya. Varian MiG-31 BM merupakan varian multi peran dan memiliki kemampuan untuk mencegat dan menghancurkan rudal jelajah dalam perjalanannya di ketinggian yang rendah. Dari segi kecepatan, sebagai perbandingan kecepatan jet tempur MiG-31masih lebih cepat bila dibandingkan dengan jet tempur milik rival baratnya seperti: F-15 Eagle (Mach 2,5), F-22 Raptor (Mach 2,2) dan jet tempur generasi ke-5, F-35 (Mach 1,6)
4. Salah satu variannya menjadi platform pembawa rudal hipersonik
Menurut laman The Aviation Archive, salah satu varian MiG-31 yaitu MiG-31K yang merupakan versi modifikasi dari MiG-31 BM menjadi platform pembawa rudal hipersonik bernama Kh-47M2 Kinzhal, yang merupakan hypersonic air-launched ballistic missile atau rudal balistik hipersonik yang diluncurkan dari udara. Rudal hipersonik tersebut dilaporkan memiliki kecepatan yang sangat tinggi hingga Mach 10 atau 10 kali kecepatan suara sehingga agak sulit untuk dicegat di udara. Rudal tersebut merupakan rudal hipersonik pertama yang digunakan dalam peperangan ketika Rusia menggunakannya untuk menyerang target militer Ukraina. Rudal Kh-47M2 Kinzhal mampu membawa hulu ledak konvensional dan hulu ledak nuklir.
MiG-31 juga mampu mengusung sejumlah senjata ke medan laga, diantaranya sejumlah rudal udara ke udara jarak jauh seperti: R-33, R-37, rudal udara ke permukaan jarak jauh KH-31, rudal udara ke udara jarak pendek dengan infra merah R-60 dan rudal anti radar. Canon GSh-6-23 dengan peluru kaliber 23 mm juga terpasang di tubuhnya sebagai alat bela diri dalam pertarungan jarak dekat. Selain itu terdapat pula varian MiG-31 yang dimodifikasi untuk membawa rudal khusus anti satelit, yaitu: MiG 31 D dan MiG-31(Izdeliye 08).
5. AU Kazakhstan satu-satunya operator di luar Rusia
Menurut laman Nationalinterest , sekitar 519 unit MiG-31 telah diproduksi, 370 unit di antaranya dioperasikan oleh AU Rusia dan sekitar 30 unit dioperasikan AU Kazakhstan saat ini. Hanya AU Kazakhstan satu-satunya negara selain Rusia yang menerbangkan MiG-31 yang diwarisinya dari Uni Soviet setelah negara tersebut memperoleh kemerdekaannya menyusul keruntuhan Uni Soviet di tahun 1991. Sejumlah informasi menuliskan bahwa setelah Uni Soviet runtuh MiG-31 sempat ditawarkan ke sejumlah negara, pada tahun 1992, tepat setahun setelah runtuhnya Uni Soviet, industri senjata Rusia pasca Soviet menawarkan MiG-31 kepada Finlandia, tetapi proses penawaran tersebut batal dan Finlandia tidak pernah memiliki MiG-31 tersebut.
Beredar pula kabar bahwa Suriah pernah memesan 8 unit MiG-31E untuk angkatan udaranya pada tahun 2007 silam namun pesanan tersebut ditangguhkan karena masalah pendanaan dan konflik militer yang waktu itu masih terus melanda Suriah. Analis militer juga berpendapat bahwa ketidaksuksesan MiG-31 untuk dijual di pasaran karena banyak negara mencari jet tempur modern yang lebih lincah dalam bermanuver dan bisa melakoni banyak peran (multi role fighter) baik dominasi udara hingga serang permukaan.
Dengan dimensi ukurannya yang besar, meskipun masuk dalam kategori jet fighter , MiG 31 dinilai kurang lincah dalam melakukan manuver pertempuran udara modern jarak dekat dan hanya cocok untuk menjadi jet tempur interceptor jarak jauh. Banyak analis militer yang meragukan bahwa MiG-31 mampu menandingi F-22 Raptor milik AU AS yang memiliki kemampuan siluman dalam sebuah pertempuran udara modern. Di pertempuran antara Rusia dan Ukraina sejumlah informasi menyebutkan bahwa Rusia mengalami total loss 3 unit MiG-31, 1 unit karena kecelakaan dan 2 unit lainnya rusak terkena serangan militer Ukraina.
Theaviationist melansir produksi MiG-31 telah berakhir di awal tahun 1990-an, namun jet tempur tersebut telah diupgrade agar masa operasionalnya bisa diperpanjang setidaknya hingga tahun 2030-an. Hingga jet tempur penggantinya siap di masa depan, MiG-31 akan meneruskan legendanya dan tetap menjadi salah satu jet tempur taktis tercepat di dunia yang masih operasional untuk mempertahankan wilayah udara Rusia. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan kamu mengenai salah satu jet tempur terkenal dari era Soviet yang masih aktif bertempur hingga saat ini, ya!