Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi terumbu karang
ilustrasi terumbu karang (pexels.com/tomfisk)

Intinya sih...

  • Mikroplastik menghambat proses fotosintesis alga simbiotik

  • Bahan kimia dari mikroplastik meracuni laut

  • Rantai makanan laut tercemar

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Terumbu karang merupakan ekosistem paling vital bagi laut. Terumbu karang ibarat hutan hujan di laut, di mana terumbu karang menjadi rumah setidaknya bagi 25% dari spesies laut. Tak hanya itu, terumbu karang berfungsi sebagai tempat berlindung, mencari makan, dan berkembang biak.

Sayangnya, kehadiran mikroplastik akibat pecahan sampah plastik yang bertebaran di laut mengancam ekosistem terumbu karang. Meskipun ukuran mikroplastik amatlah kecil, partikel plastik mampu menggores dan menyebabkan luka pada jaringan karang saat bersentuhan. Berikut beberapa fakta mengenai keberadaan mikroplastik yang mampu menghilangkan ekosistem terumbu karang.

1. Mikroplastik menghambat proses fotosintesis alga simbiotik

ilustrasi terumbu karang (pexels.com/669211903)

Terumbu karang hidup berdampingan dengan alga mikroskopis bernama zooxanthellae yang tinggal di dalam jaringan terumbu karang. Hubungan terumbu karang dan alga bersifat simbiosis mutualisme. Di mana alga memberi makanan bagi karang, dan karang memberi alga tempat berlindung.

Namun, ketika mikroplastik menempel pada karang, mikroplastik akan menutupi dan menghalangi cahaya matahari mencapai jaringan tempat alga berada. Tanpa cahaya matahari yang cukup, alga tidak akan bisa berfotosintesis dengan baik dan produksi energi untuk karang menjadi menurun. Akibatnya karang menjadi stres dan bisa melepaskan alga dari tubuhnya. Proses ini sering disebut sebagai pemutihan karang.

Jika kondisi pemutihan karang terus terjadi, maka karang bisa kehilangan sumber makanannya dan mati. Dengan kata lain, mikroplastik tidak hanya menutupi permukaan karang secara fisik, tetapi juga memutus rantai kehidupan simbiosis mutualisme antara alga dan karang.

2. Bahan kimia dari mikroplastik meracuni laut

ilustrasi plastik (unsplash.com/downrightpunch)

Mikroplastik tidak hanya berbahaya karena dapat melukai terumbu karang dan tertelan oleh biota laut, tetapi dapat juga mengandung bahan kimia beracun. Sebagian besar mikroplastik berasal dari plastik BPA (Bisphenol A) yang dapat mengganggu sistem hormon organisme laut. Kandungan ftalat yang membuat plastik lentur bersifat toksik yang dapat mengganggu proses reproduksi hewan laut.

Saat mikroplastik menempel atau tersangkut pada karang, maka bahan kimia tersebut akan terserap ke dalam jaringan karang. Akibatnya bukan hanya menimbulkan pemutihan karang, tetapi juga menimbulkan stres oksidatif yang mengganggu metabolisme dan merusak sel-sel karang.

3. Rantai makanan laut tercemar

ilustrasi terumbu karang (unsplash.com/neom)

Mikroplastik tidak hanya menempel pada terumbu karang, tetapi juga mengambang bebas di lautan. Bahkan menempel pada pasir dan organisme kecil plankton dan hewan laut kecil sering salah mengira bahwa mikroplastik adalah makanan. Sehingga mereka menelannya tanpa bisa mencerna mikroplastik. Akibatnya, mikroplastik menumpuk pada tubuh.

Selanjutnya plankton dan hewan laut kecil lainnya akan dimakan oleh predator yang lebih besar. Termasuk ikan-ikan laut yang sering dikonsumsi oleh manusia. Proses ini disebut dengan bioakumulasi, racun dari plastik semakin menumpuk di tubuh makhluk hidup seiring naiknya rantai makanan.

4.Terumbu karang yang mati, maka laut sepi akan kehidupan

ilustrasi terumbu karang (unsplash.com/neom)

Seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa terumbu karang adalah rumah bagi 25% spesies laut. Karang menyediakan rumah dan tempat berlindung bagi ribuan jenis ikan, moluska, hingga organisme kecil lainnya. Namun, saat karang mati akibat mikroplastik, maka struktur kompleksnya mulai runtuh.

Ikan-ikan kecil akan kehilangan tempat bersembunyi dari predator. Populasi ikan menurun, yang membuat rantai makanan laut terganggu. Ekosistem laut menjadi sunyi, karena hilangnya interaksi biologis yang selama ini menjaga keseimbangan.

Terumbu karang berfungsi sebagai pelindung alami pantai. Ketika karang mati, gelombang laut akan lebih mudah mengikis daratan yang menyebabkan abrasi dan mengancam kehidupan masyarakat pesisir.

5. Dampak domino bagi manusia

ilustrasi terumbu karang (unsplash.com/neom)

Kerusakan terumbu karang akibat mikroplastik bukan hanya masalah ekologi, tetapi juga berdampak negatif bagi kehidupan manusia. Ekosistem terumbu karang yang mati memicu serangkaian efek domino yang menjalar ke berbagai bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan di daratan.

Ketika karang mati, maka populasi ikan akan menurun. Dan hasil tangkapan nelayan juga berkurang. Hal ini mengakibatkan menurunnya sumber pangan laut. Terumbu karang yang sehat juga merupakan investasi bagi dunia pariwisata karena menarik wisatawan. Ketik terumbu karang memutih dan hilang, maka daya tarik wisata menurut. Pendapatan masyarakat lokal juga menjadi menurun.

Dan yang paling parang, mikroplastik yang mengontaminasi ikan-ikan laut bisa dikonsumsi oleh manusia. Akibatnya di dalam tubuh manusia ikut terkontaminasi mikroplastik yang berbahaya bagi kesahatan. Karena dapat mengganggu hormon, sistem pencernaan, hingga metabolisme tubuh manusia.

Mikroplastik memang tampak sepele karena ukurannya yang kecil dan tak terlihat. Mikroplastik paling banyak disebabkan oleh limbah plastik yang terbuang ke laut dan terburai, serta bertebaran bebas di laut. Oleh sebab itu, mengurangi penggunaan plastik dan mengelola sampah plastik agar tidak sampai ke lautan adalah cara menjaga ekosistem terumbu karang tetap sehat dan berwarna.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team