Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bunga Rafflesia arnoldii yang tumbuh di Hutan Adat Dayak,  Desa Cipta Karya, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat
Bunga Rafflesia arnoldii yang tumbuh di Hutan Adat Dayak, Desa Cipta Karya, Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat (commons.wikimedia.org/Yuliana)

Salah satu keanekaragaman hayati Indonesia yang paling terkenal dan dilindungi adalah padma raksasa, alias Rafflesia arnoldii. Penjelajah Prancis, Louis Auguste Deschamps, kemungkinan adalah orang Eropa pertama yang menemukan spesies Rafflesia sekitar tahun 1797 di Jawa. Namun, catatan penemuannya hilang setelah kapalnya disita Inggris.

Rafflesia arnoldii baru secara resmi ditemukan dan dicatat pada tahun 1818 di hutan tropis Sumatra, dekat Sungai Manna, Bengkulu Selatan. Nama bunga ini merupakan gabungan dari nama pemimpin ekspedisi, Sir Thomas Stamford Raffles, dan penemu bunga yang mendampinginya, Dr. Joseph Arnold. Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 4 Tahun 1993 Tentang Satwa dan Bunga Nasional, Rafflesia arnoldii ditetapkan sebagai salah satu Bunga Nasional Indonesia dengan julukan Puspa Langka.

Lebih dari sekadar bunga terbesar di dunia, Rafflesia arnoldii menyimpan serangkaian fakta mengejutkan lainnya, yang menjadikannya sebagai salah satu flora paling unik di Bumi ini. Ingin tahu? Mari kita telusuri!

1. Bunga tunggal terbesar di dunia

Bunga Rafflesia arnoldii mekar di habitatnya di Hutan Lindung Bukit Daun Register 5 Desa Tebat Monok Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu pada 21 April 2015 (commons.wikimedia.org/SofianRafflesia)

Dilansir Britannica, genus Rafflesia terdiri dari sekitar 42 spesies tumbuhan parasit yang berasal dari Asia Tenggara. Semua spesies Rafflesia adalah parasit yang hidup menempel pada akar tumbuhan merambat genus Tetrastigma dari famili Vitaceae. Keberadaan tumbuhan ini baru diketahui ketika bunga-bunga mencolok muncul dari tanaman merambat inangnya.

Rafflesia arnoldii adalah tumbuhan dengan bunga tunggal terbesar yang diketahui dari semua spesies tumbuhan di dunia. Bunganya yang telah berkembang sempurna muncul di atas tanah sebagai struktur berdaging tebal berlobus lima. Diameternya dapat mencapai 1 meter dan beratnya mencapai 11 kg.

2. Tidak memiliki organ vegetatif

Bunga Rafflesia arnoldii (commons.wikimedia.org/User:Rendra Regen Rais)

Bunga Rafflesia arnoldii umumnya berwarna merah atau cokelat keunguan dengan pola bintik-bintik dan aroma yang menyerupai daging busuk. Tidak seperti tumbuhan lain pada umumnya, Rafflesia arnoldii tidak memiliki organ vegetatif seperti akar, batang, daun, dan jaringan fotosintesis.

Di bagian tengah bunga terdapat lubang atau rongga yang dikelilingi oleh sebuah cincin atau lempengan tebal yang disebut diafragma. Sementara di bagian dalam rongga tengah, terdapat tonjolan-tonjolan kecil menyerupai duri bernama ramenta, yang membantu menarik serangga. Benang sari atau putik terdapat di dasar cekungan bagian tengah bunga, tergantung apakah bunganya jantan atau betina.

3. Tumbuhan parasit obligat yang tidak berfotosintesis

Umbi bunga Rafflesia arnoldii sebelum mekar di kawasan Cagar Alam Pananjung, Pangandaran, Jawa Barat (commons.wikimedia.org/Ibenk Kusyanto)

Rafflesia arnoldii adalah tumbuhan parasit obligat yang sepenuhnya bergantung pada inangnya untuk bertahan hidup. Karena tidak memiliki organ vegetatif, tanaman ini tidak mampu berfotosintesis untuk menghasilkan makanannya sendiri, melainkan memperoleh nutrisinya dari tanaman inang.

Organ vegetatifnya sangat tereduksi dan termodifikasi, membentuk jaringan untaian sel seperti benang yang hampir seluruhnya hidup di dalam jaringan inang. Rafflesia arnoldii menjadi parasit pada akar tanaman merambat Tetrastigma. Ia pun mendapatkan seluruh nutrisi dan air dengan cara menembus inangnya dan menyerap sari makanan melalui struktur khusus yang disebut haustorium.

4. Mengeluarkan bau busuk

Dua buah Rafflesia Arnoldi di Taman Nasional Batang Gadis di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara, Indonesia (commons.wikimedia.org/N00bz77)

Rafflesia arnoldii mengeluarkan bau busuk yang menyengat. Bau busuk akan semakin kuat saat bunga mekar penuh. Namun, bau busuk ini memiliki peran penting dalam siklus hidupnya.

Selain itu, Rafflesia arnoldii juga menghasilkan panas untuk merangsang pembusukan guna menarik lalat pemakan bangkai sebagai penyerbuk. Setelah pembuahan, Rafflesia arnoldii menghasilkan buah beri berisi biji lengket yang disukai hewan pengerat pemakan buah, di mana mereka juga membantu dalam penyebaran bijinya.

5. Mekar dalam waktu singkat

Bunga Rafflesia arnoldii sedang mekar sempurna di tengah hutan tropis Bengkulu Utara (commons.wikimedia.org/RahmadHimawan Photography)

Masa mekar Rafflesia arnoldii adalah salah satu fakta paling dramatis tentang bunga raksasa ini. Bagaimana tidak? Bunga ini hanya berumur sekitar 5-7 hari, lalu setelah itu layu dan mati.

Fase-fase Rafflesia arnoldii meliputi fase kopula, yaitu perkembangan parasit di dalam inang, yang berlangsung sekitar 9 bulan, dilanjutkan dengan munculnya kuncup, lalu mekar sempurna hanya dalam waktu singkat, dan akhirnya masuk dalam tahap pembusukan bunga. Setelah itu, siklus berlanjut dengan pematangan buah dan penyebaran biji. 

Periode mekar yang sangat singkat membuat persentase pembuahan sangat kecil dan pengamatan Rafflesia arnoldii di alam liar menjadi sebuah peristiwa langka dan sulit. Jadi, selama periode singkat tersebut Rafflesia arnoldii harus menyelesaikan misinya untuk menarik lalat bangkai dan memastikan terjadinya penyerbukan, di mana serbuk sari dari bunga jantan harus dibawa ke bunga betina yang juga mekar pada saat yang sama.

6. Rafflesia berbeda dari bunga bangkai

Bunga Bangkai (Amorphophallus Titanum) mekar penuh di Muttart Conservatory, Edmonton, 7 April 2015 (commons.wikimedia.org/Richard J. Rehman)

Rafflesia arnoldii sering kali dikira sebagai “bunga bangkai” karena mengeluarkan bau busuk. Namun, bunga bangkai sesungguhnya adalah Titan arum atau Suweg raksasa (Amorphophallus titanum).

Rafflesia arnoldii adalah tumbuhan parasit yang tidak memiliki daun, batang, dan akar, serta jaringan fotosintesis. Sedangkan Titan arum adalah tumbuhan dari suku talas-talasan (Araceae) yang memiliki batang, akar, dan daun, serta menghasilkan bunga berukuran besar yang juga mengeluarkan bau busuk. Meskipun keduanya memiliki bau busuk yang khas, tetapi antara Rafflesia arnoldii dan Titan arum adalah dua jenis bunga yang berbeda dan sama sekali tidak berkerabat.

7. Tumbuhan endemik Indonesia

Dua Rafflesia arnoldii mekar di habitatnya di Hutan Lindung Bukit Daun Register 5 Desa Tebat Monok Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu pada 21 April 2015 (commons.wikimedia.org/SofianRafflesia)

Rafflesia arnoldii merupakan tumbuhan endemik Indonesia yang dapat ditemukan di hutan hujan di daerah Sumatra, terutama bagian selatan Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Selatan serta Kalimantan. Dilansir Badan Riset dan Inovasi Nasional, KSDAE KLHK (2019) mengatakan bahwa terdapat 33 spesies Rafflesia di dunia dan 14 jenis di antaranya tumbuh di Indonesia, di mana 11 jenis merupakan tumbuhan endemik Pulau Sumatra.

Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Alam Belukar menemukan mekarnya bunga Rafflesia arnoldii di hutan Bukik Tabuh-Tabuh, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, pada tanggal 2 September 2025. Koordinator kelompok menyatakan bahwa bunga tersebut cepat layu. Bahkan ada yang gagal mekar sebelumnya pada Agustus karena faktor cuaca ekstrem, khususnya kemarau panjang dan paparan sinar matahari langsung. Meskipun tidak rutin dipantau, diperkirakan sepanjang tahun 2025 potensi mekarnya bunga Rafflesia di kawasan tersebut bisa mencapai 10 hingga 11 bunga.

Saat ini, Rafflesia arnoldii diklasifikasikan sebagai Terancam Punah (Endangered) oleh Daftar Merah IUCN. Tumbuhan ini juga masuk dalam daftar spesies yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Status terancam punah Rafflesia arnoldii disebabkan oleh kerusakan habitat akibat deforestasi, kerentanan biologis tinggi karena ketergantungan mutlak pada inang spesifik, siklus hidup yang rentan, dan aktivitas manusia seperti vandalisme dan pengambilan ilegal. Untuk mengatasi ancaman ini, upaya konservasi berfokus pada perlindungan in-situ di habitat asli, penelitian mendalam mengenai ekologi dan siklus hidupnya, serta edukasi publik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak punah di masa depan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team