Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Simakobu (youtube.com/Wandy Erb, Ph.D)
Simakobu (youtube.com/Wandy Erb, Ph.D)

Simakobu atau pig-tailed langur merupakan primata endemik Kepulauan Mentawai yang terancam punah. Mereka berada dalam famili Cercopithecidae dan memiliki nama ilmiah Simias concolor. Panjang tubuhnya kisaran 16--55 sentimeter dan seberat 7,1--8,1 kilogram. Mereka diklasifikasikan sebagai monyet dunia lama yang ukurannya besar. Warna bulu simakobu hitam-cokelat, wajahnya tidak berbulu dan juga berwarna hitam.

Panjang ekornya mencapai 15 sentimeter, relatif pendek untuk mereka yang berada dalam subfamili Colobiae. Walaupun tidak banyak informasi tentang mereka, tapi informasi dasar begitu bisa membantumu mengenalinya lebih baik.

1. Wilayah penyebaran simakobu

Simakobu (youtube.com/Wandy Erb, Ph.D)

Sebagai hewan endemik Indonesia, simakobu hanya tersebar di Kepulauan Mentawai. Pagai Utara dan Pagai Selatan adalah dua wilayah jelajah utamanya. Simakobu penghuni hutan hujan yang menghabiskan sebagian besar waktunya di atas pepohonan, jarang turun ke permukaan tanah.

Animalia menginformasikan bahwa tidak dapat dipastikan apakah mereka juga hidup di rawa dan hutan bakau karena beberapa sumber menyatakan informasi berbeda.

2. Sebagian besar menu makannya adalah dedaunan

Simakobu (youtube.com/Wendy Erb, Ph.D)

Sebagai herbivora, simakobu banyak memakan dedaunan, tapi menyeimbangkannya dengan buah-buahan dan beri-berian. Menu kesukaannya adalah daun muda dan buah-buahan yang belum matang.

Terkadang, simakobu juga mengonsumsi bunga. Mereka mulai makan setelah matahari terbit di dekat pohon yang ditempatinya tidur. Jantan dewasa memimpin betina dan anak-anaknya untuk mencari makan.

3. Terdapat dua kelompok yang dibentuk oleh simakobu

Simakobu (youtube.com/Wandy Erb, Ph.D)

Berdasarkan informasi dari Animal Diversity, terdapat dua jenis kelompok yang dibentuk oleh simakobu. Ada kelompok keluarga, biasanya terdiri dari satu jantan dan maksimal empat betina. Bisa juga satu pasangan kawin dan anak-anaknya, atau lebih dari satu betina dewasa. Anggota tetap menjaga jarak sangat dekat, jarang bepergian lebih dari 5 meter satu sama lain.

Mereka juga membatasi komunikasi vokal, hanya untuk menentukan batas wilayah dan peringatan bagi pemangsa. Sementara itu, kelompok yang semuanya jantan cenderung sangat berisik saat menjelajah di hutan, berkomunikasi satu sama lain dan menunjukkan kekuatannya.

4. Bagaimana cara berkomunikasinya?

Simakobu (youtube.com/Wendy Erb, Ph.D)

Jantan dewasa mengeluarkan suara keras, serangkaian vokalisasi mulai dari 2 hingga 25 suara nasal yang keras dan mendadak, terdengar seperti gonggongan anjing. Itu digunakannya untuk mempertahankan struktur kelompok, memperingatkan pemangsa dan mengumumkan batas wilayahnya. Jantan juga menggunakan seruan keras saat dikejutkan oleh gangguan di lingkungannya, misalnya pohon tumbang atau guntur.

Melansir Net Primate Conservancy, puncak dari panggilan kerasnya yaitu pagi dan sore hari, tapi paduan suara bisa didengar sepanjang hari. Durasi panggilannya hanya sekitar 12 detik, dapat terdengar sejauh 500 meter. Betina juga merespon panggilan tajam dari jantan. Mereka juga berkomunikasi taktil.

5. Sistem perkawinan simakobu

Simakobu (youtube.com/Wandy Erb, Ph.D)

Pada area di mana manusia menghancurkan populasinya, sistem perkawinannya cenderung monogami. Namun, di daerah yang populasinya lebih padat, simakobu menunjukkan perilaku poligini. Saat memasuki masa estrus, area genitalnya membengkak dan berubah menjadi merah muda. Jantan memperhatikan kondisi betina dan mungkin terikat oleh aroma yang dikeluarkannya.

Betina diketahui melahirkan satu bayi di bulan Juni atau Juli. Betina menggendong dan merawat anak-anaknya selama sekitar satu tahun. Jantan tidak banyak berkontribusi, tapi akan melindungi anak-anaknya dari jantan kelompok lain.

Simakobu ternyata primata endemik Indonesia yang penyebarannya sangat terbatas. Mereka hidup dalam kelompok dan berusaha untuk menjaga ikatannya dengan social grooming. Saat ini, simakobu diklasifikasikan sebagai Critically Endangered oleh IUCN dan dianggap sebagai 'The World's 25 Most Endangered Primates'. Tren populasinya mengalami penurunan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorAgsa Tian