ilustrasi tsunami (freepik.com/freepik)
Para peneliti memetakan patahan selama perjalanan penelitian selama 41 hari dengan kapal yang menelusuri kabel dengan panjang satu mil di sepanjang patahan untuk mendengarkan dasar laut dan memetakan gambar zona subduksi.
Pemimpin studi, Dr Suzanne Carbotte, seorang seismolog kelautan di observatorium, mengatakan bahwa mereka memiliki model seperti apa zona patahan itu. Tetapi model tersebut tidak didasarkan pada data untuk sebagian besar margin serta data berkualitas lama.
"Permukaan patahan jauh lebih kompleks dibandingkan gambaran yang kita miliki sebelumnya," katanya.
Para peneliti percaya bahwa bagian paling berbahaya tampaknya membentang dari lepas pantai selatan Kepulauan Vancouver hingga negara bagian Washington. Mereka mengatakan ini berpotensi menjadi bagian paling berbahaya karena garis patahannya cukup mulus.
Ketika lempeng tektonik relatif kasar dan terdapat patahan samudera serta gunung laut, potongan lempeng tersebut dapat terkikis dan membatasi ukuran gempa.
Namun bila bagian tersebut cukup mulus, kemungkinan besar akan meletus sekaligus, sehingga berpotensi menjadi bagian yang paling berbahaya.
Meskipun penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances ini tidak dapat memprediksi kapan Cascadia akan menimbulkan gempa, para penulis mencatat bahwa gempa besar terjadi kira-kira setiap 500 tahun sekali. Yang terakhir terjadi pada tahun 1700, menimbulkan tsunami yang melanda pantai barat Amerika Utara dan pantai Jepang.
Zona patahan serupa di lepas pantai Jepang meletus pada tahun 2011, menciptakan gempa berkekuatan 9 skala richter yang menyebabkan tsunami dahsyat melanda negara tersebut, menewaskan hampir 20.000 orang.