5 Fakta Ular Bandotan Badak, Si Pendek yang Berbahaya!

Keluarga ular beludak, viper, atau bandotan (famili Viperidae) biasanya terkenal dengan warna sisik yang polos dan cenderung berbaur dengan lingkungan sekitar mereka. Namun, ada satu spesies yang justru memiliki warna sisik yang nyentrik sehingga menonjolkan kesan cantik pada tubuh mereka. Nama ular tersebut adalah bandotan badak (Bitis nasicornis).
Bayangkan saja, ular ini tampil dengan pola sisik lonjong dan bergaris sebanyak 15—18 buah. Adapun, warna sisik ini sebenarnya bervariasi, tergantung di mana kita menemukan mereka. Namun, variasi warna yang dapat muncul di sisik ular ini sangat beragam, mulai dari biru, kuning, hijau, cokelat, merah tua, abu-abu, hitam, dan putih. Secara ukuran, bandotan badak sebenarnya terbilang pendek, tapi berisi.
Panjang mereka sekitar 60—120 cm dengan tubuh yang padat dan melebar. Betina dari spesies ini ternyata berukuran lebih besar dari jantan. Selain soal ukuran mereka yang termasuk pendek dan padat, ada sederet fakta menarik lain dari bandotan badak. Tanpa berlama-lama lagi, yuk, kenalan dengan keluarga ular beludak yang satu ini!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit
Bandotan badak ternyata ular endemik dari Afrika. Secara spesifik, ular yang satu ini ditemukan di wilayah Afrika Barat dan Afrika Tengah. Mereka ditemukan mulai dari wilayah Guinea di barat hingga Kenya di timur. Tentunya, mengingat peta persebaran mereka yang ada di tengah-tengah benua Afrika, maka bandotan badak berada di zona tropis.
Dilansir Animal Diversity, bandotan badak menghuni hutan hujan tropis di sepanjang peta persebaran mereka. Ular ini paling mudah ditemukan di dekat sumber air, semisal sungai atau rawa. Kebiasaan tinggal di dekat sumber air ini ternyata membuat mereka turut dipanggil dengan nama lain, yakni river jack. Bandotan badak pastinya termasuk karnivor sejati. Mereka dapat mengonsumsi berbagai mamalia kecil, ikan, dan amfibi.Untuk memperoleh makanan, ular ini akan berkamuflase dengan lingkungan sekitar dan langsung menyambar mangsa jika kebetulan lewat dan lengah.
2. Sederet kemampuan dari bandotan badak
Seperti yang sudah disebutkan di atas, bandotan badak punya kemampuan kamuflase yang hebat, kendati warna sisik mereka sebenarnya cukup mencolok. Akan tetapi, bukan hanya itu saja kemampuan hebat yang dimiliki ular yang satu ini. Faktaknya, bandotan badak mampu memanjat pohon dengan baik, sekalipun tubuh mereka gumpal dan padat, lho.
AZ Animals melansir kalau kemampuan memanjat dari bandotan badak ditunjang oleh ekor mereka yang termasuk ekor prehensile. Artinya, ekor ular ini dapat menggenggam ranting atau batang pohon ketika mereka harus bergerak dari satu dahan ke dahan lain. Karena ekor prehensile mereka, sebenarnya tidak disarankan untuk memegang ekor bandotan badak. Sebab, mereka bisa berbalik badan dan menggigit jika ekor mereka sempat menggenggam tangan orang yang memegangnya. Selain itu, bandotan badak turut memiliki kemampuan berenang yang sangat baik, mengingat habitat alami mereka pasti selalu berdekatan dengan sumber air.
Kembali berbicara soal sisik, bandotan badak rutin mengganti sisik tiap beberapa waktu sekali. Ketika baru selesai ganti sisik, warna sisik mereka akan terlihat sangat cerah. Namun, seiring berjalannya waktu, warna cerah dari sisik ular ini perlahan memudar karena tertutup kotoran atau lumpur. Selain rutin mengganti kulit, bandotan badak juga rutin mengganti gigi taring mereka setiap 6—10 minggu sekali, layaknya spesies ular beludak lain.
Oh iya, bandotan badak termasuk hewan nokturnal sehingga mereka lebih banyak beraktivitas pada malam hari dan beristirahat saat siang hari. Untuk beristirahat, bandotan ini akan mencari lubang di pohon, sisa pohon jatuh, sampai tumpukan daun. Ular ini disebut-sebut sebagai jenis ular yang dapat menghasilkan suara mendesis paling keras jika dibandingkan dengan ular-ular lain di Afrika, lho.
3. Ular berbisa dengan kombinasi racun yang mematikan
Sebagai keluarga ular beludak, sudah semestinya bandotan badak termasuk ular berbisa. Malahan, bisa dari ular yang satu ini terbilang sangat berbahaya karena terdiri atas campuran hemotoksin dan neurotoksin. Akan tetapi, secara komposisi, racun hemotoksin lebih dominan dalam bisa ular yang satu ini.
Dilansir Animalia, jenis racun pada bisa bandotan badak ini bekerja dengan menghancurkan jaringan dan pembulu darah sehingga mengganggu sistem peredaran darah si korban. Akibatnya, tubuh korban mengalami pendarahan internal yang sulit untuk ditangani. Apalagi, taring dari bandotan badak dapat menusuk cukup dalam yang menyebabkan bisa yang disuntik masuk jauh ke dalam jaringan tubuh. Kombinasi bisa ini memang sangat berbahaya, tetapi sejauh ini belum diketahui soal perbandingan bisa tersebut dengan bisa milik kerabat bandotan badak yang lain.
Pada pengujian dengan kelinci, bisa milik bandotan badak sedikit lebih mematikan dari spesies ular beludak terbesar di dunia, yakni bandotan gabon (Bitis gabonica). Dalam satu gigitan, dosis yang dapat disuntikkan bandotan badak maksimal mencapai 200 mg. Bagi manusia, bisa ular ini membuat kita mengalami pembengkakkan dan nekrosis, dan tentunya dapat menyebabkan kematian dalam kasus langka. Meskipun begitu, beruntungnya, sangat jarang kasus gigitan yang dilakukan bandotan badak karena habitat mereka yang jauh dari pemukiman dan temperamen mereka yang kalem jika tidak diusik.
4. Sistem reproduksi
Seperti jenis ular beludak lain, ternyata bandotan badak termasuk ular ovovivipar. Artinya, mereka memang tetap bertelur, tetapi telur ini akan dikandung di dalam rahim induk hingga menetas dan kemudian melahirkan anak mereka. Musim kawin bagi ular yang satu ini tidak diketahui, tetapi anak-anak mereka pasti akan terlahir saat musim hujan dimulai pada daerah peta persebaran mereka.
Dilansir Britannica, bandotan badak betina dapat melahirkan 6—35 ekor anak dalam satu musim kawin. Saat baru lahir, ukuran anak ular ini sekitar 20—25 cm dan sudah dapat memproduksi bisa. Selain itu, warna sisik anak bandotan badak juga jauh lebih cerah jika dibandingkan dengan ular dewasa.
5. Status konservasi
Dalam catatan IUCN Red List, bandotan badak masuk dalam kategori rentan punah (Vulnerable). Malahan, tren populasi ular yang satu ini cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Alasan mengapa populasi ular ini semakin menurun pun terbilang klasik dan jelas ada hubungannya dengan manusia.
AZ Animals melansir kalau bandotan badak perlahan kehilangan habitat alami karena kerusakan hutan dan pembukaan lahan. Hal ini disebabkan oleh aktivitas manusia yang ingin mengeruk kekayaan alam secara tidak bertanggung jawab yang membuat ruang gerak bandotan badak menjadi semakin terbatas. Kalau dibiarkan, bisa saja status populasi dari ular ini semakin memburuk hanya dalam beberapa dekade atau bahkan beberapa tahun ke depan.
Oh iya, alasan mengapa ular ini mendapat nama "badak" pastinya tak terlepas dari penampilan mereka. Ada dua sampai tiga sisik "tanduk" besar di area hidung mereka yang terlihat seperti cula badak sehingga ular ini kemudian dinamakan bandotan badak. Kalau menurutmu, penampilan ular yang satu ini sangat menarik, tidak?