Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Fogbow
Fogbow (pixabay.com/Straughan)

Intinya sih...

  • Fogbow terbentuk dari tetesan air kabut yang sangat kecil, sekitar <0,05 milimeter, dan muncul saat matahari rendah di langit.

  • Warna putih fogbow bukan karena tak ada warna, tapi karena semua warna pelangi bercampur dalam tetesan kabut yang terlalu kecil.

  • Fogbow bisa muncul di laut, gunung, dan bahkan dari udara, serta kadang ditemani fenomena Brocken spectre yang mistis.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kita semua tahu pelangi, lengkungan warna-warni yang muncul setelah hujan. Tapi tahukah kamu kalau ada versi lain dari pelangi yang justru berwarna putih? Fenomena langka ini disebut fogbow, atau pelangi kabut. Sekilas sederhana, tapi pesonanya justru terletak pada kesederhanaan itu sendiri.

Fenomena fogbow memang jarang muncul dan hanya terlihat dalam kondisi tertentu. Ia tak muncul setelah hujan deras, melainkan di tengah kabut atau embun halus. Karena itu, tak banyak orang yang pernah melihatnya langsung, meskipun sebenarnya ia bisa muncul di mana saja. Nah, biar gak penasaran, yuk, intip empat fakta unik tentang fenomena fogbow berikut ini!

1. Terbentuk dari tetesan air yang sangat kecil

Fogbow (pexels.com/Valentina Bondarenko)

Berbeda dengan pelangi biasa yang muncul setelah hujan, fogbow terbentuk oleh tetesan air kabut yang jauh lebih kecil, sekitar <0,05 milimeter. Ukuran tetesan halus ini membuat cahaya yang dibiaskan di dalamnya tidak mampu memisahkan warna dengan jelas. Hasilnya, pelangi yang terbentuk tampak putih lembut seperti kabut bercahaya. Fenomena ini juga sering disebut pelangi hantu karena penampilannya yang samar dan tenang.

Ketika sinar matahari menembus kabut dari belakang pengamat, cahaya itu dibiaskan dan dipantulkan di dalam tetesan air, membentuk lengkungan putih besar di depan mata. Biasanya, fogbow terlihat saat matahari rendah di langit, seperti pagi atau sore hari. Namun, karena kabut mudah berubah bentuk, pelangi putih ini bisa menghilang dalam hitungan menit.

2. Warna putihnya bukan karena tak ada warna, tapi karena semua warna bercampur

Fogbow (commons.wikimedia.org/otrow_photography)

Sekilas, fogbow tampak putih polos. Padahal sebenarnya di dalamnya ada semua warna pelangi yang sama seperti pelangi biasa. Hanya saja, karena tetesan kabut terlalu kecil, cahaya yang seharusnya terpisah menjadi warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu justru saling tumpang tindih. Campuran semua warna itu akhirnya menghasilkan efek putih lembut yang hampir menyerupai cahaya bulan.

Jika kamu melihat dengan sangat teliti (atau lewat foto beresolusi tinggi), terkadang kamu bisa menemukan sedikit warna pucat di tepi fogbow. Biasanya warna merah muda samar di luar lengkungan, dan biru muda di bagian dalam. Tapi di mata telanjang, perpaduan itu terlihat nyaris putih sempurna.

3. Bisa muncul di laut, gunung, dan bahkan dari udara

Fogbow (commons.wikimedia.org/Brocken Inaglory)

Menariknya, fogbow tidak hanya muncul di satu tempat. Ia bisa terbentuk di laut saat kabut tipis bertemu sinar matahari, sering kali disaksikan oleh para pelaut yang menyebutnya sea-dogs. Di pegunungan, pendaki yang berdiri di atas lapisan kabut kadang melihat pelangi putih terbentang di bawah mereka. Bahkan, pilot pesawat juga melihatnya di udara, saat sinar matahari menembus awan tipis di ketinggian.

Keunikan fogbow terletak pada sifatnya yang bisa muncul di tempat ekstrem tapi membutuhkan kondisi spesifik. Kamu harus berada di posisi yang tepat, dengan matahari di belakang dan kabut di depan. Sedikit saja sudut berubah, fogbow bisa lenyap. Fenomena ini membuat banyak orang merasa beruntung jika berhasil melihatnya secara langsung.

4. Kadang ditemani fenomena Brocken spectre yang mistis

Fogbow (commons.wikimedia.org/Kurinurm)

Ada satu hal lagi yang membuat fogbow semakin menarik: kadang ia muncul bersamaan dengan fenomena langka bernama Brocken spectre. Nama ini berasal dari Gunung Brocken di Pegunungan Harz, Jerman, tempat fenomena ini pertama kali disaksikan dan dilaporkan oleh para pendaki pada abad ke-18. Kala itu, bayangan raksasa yang muncul di tengah kabut dianggap sebagai penampakan roh gunung atau pertanda spiritual, hingga akhirnya ilmuwan menemukan penjelasan ilmiahnya.

Secara ilmiah, Brocken spectre terjadi ketika seseorang berdiri di tempat tinggi, misalnya di puncak gunung atau di atas awan dengan matahari berada di belakang tubuhnya. Sinar matahari menembus dan dipantulkan oleh tetesan air dalam kabut di depan, sehingga bayangan tubuh pengamat tampak membesar dan memanjang pada permukaan kabut. Di sekitar bayangan itu, cahaya juga mengalami difraksi dan hamburan, membentuk cincin cahaya berwarna putih atau keemasan yang dikenal sebagai glory atau fogbow.

Karena bayangan jatuh di permukaan kabut yang tidak rata dan selalu berubah, sosok itu tampak bergerak mengikuti gerakan kabut—membuatnya terlihat seolah hidup. Efek visual ini begitu menakjubkan hingga banyak orang yang mengalaminya merasa seperti melihat bayangan raksasa diri mereka sendiri yang diselimuti cahaya suci. Meski kini kita tahu bahwa fenomena ini hanyalah hasil dari pembiasan dan pantulan cahaya pada tetesan kabut, keindahannya tetap menyisakan kesan magis yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.

Fenomena fogbow adalah bukti betapa menakjubkannya cara alam bermain dengan cahaya. Ia jarang muncul, tapi ketika terjadi, pemandangannya mampu membuat siapa pun terpana. Jadi, lain kali kamu melihat kabut dengan matahari di belakangmu, jangan buru-buru berlalu ya, karena bisa jadi, pelangi putih sedang menunggu untuk terlihat!

Sumber Referensi :

Lynch, D. K., & Schwartz, P. (1991). Rainbows and fogbows. Applied optics, 30(24), 3415-3420.

Horváth, G., Hegedüs, R., Barta, A., Farkas, A., & Åkesson, S. (2011). Imaging polarimetry of the fogbow: polarization characteristics of white rainbows measured in the high Arctic. Applied Optics, 50(28), F64-F71.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team