5 Fakta Ular Boa Pelangi, Warna Sisiknya Siap Menghipnotis Mata!

Keluarga ular boa sejati (famili Boidae) terkenal sebagai kelompok ular dengan corak sisik yang sangat beragam dan cantik. Boa pelangi (Epicrates cenchria) pun masuk dalam kategori tersebut. Malahan, spesies ular boa yang satu ini lebih spesial lagi ketimbang kerabat mereka yang lain.
Pasalnya, boa pelangi punya sisik utama berwarna cokelat kemerahan atau jingga. Ada pola totol atau cincin berwarna hitam di sekujur tubuh dan beberapa garis hitam di area kepala. Yang membuat spesies ular ini spesial adalah sisik ular ini dapat menghasilkan kilauan seperti pelangi karena kulit mereka membiaskan cahaya yang diterima. Alhasil, warna boa pelangi akan nampak semakin menarik ketika tubuh mereka terkena sinar Matahari.
Soal ukuran, mereka termasuk spesies ular boa berukuran sedang. Rata-rata panjang tubuh mereka sekitar 1,5—2 meter dengan bobot 900—1.400 gram saja. Ada sedikit dimorfisme seksual, dimana betina agak lebih besar ketimbang jantan. Nah, selain fakta soal penampilan itu, boa pelangi memiliki beberapa hal menarik lain yang akan segera kita ungkap sama-sama. Jadi, kalau ingin kenal dengan ular cantik yang satu ini, simak sampai selesai, ya!
1. Peta persebaran, habitat, dan makanan favorit

Boa pelangi punya peta persebaran yang relatif luas. Mereka ditemukan mulai dari Amerika Tengah sampai Amerika Selatan. Dilansir Animalia, ular ini ditemukan mulai dari Kosta Rika, Panama, Brasil, Venezuela, Guyana, Suriname, hingga Argentina. Sebenarnya, boa pelangi turut ditemukan di negara lain di Amerika Selatan yang wilayahnya masuk dalam zona Cekungan Amazon (Amazon Basin) hingga Pegunungan Andes.
Untuk urusan habitat, boa pelangi suka berada di hutan hujan tropis. Kadang-kadang mereka ditemukan juga di sekitar sabana. Walaupun tinggal di daerah dengan vegetasi lebat, ular ini lebih condong sebagai hewan terestrial sehingga aktivitas lebih banyak dilakukan di atas tanah. Kalaupun harus berada di pohon, boa pelangi selalu memilih dahan atau tanaman dengan ketinggian yang relatif rendah.
Boa pelangi pastinya tergolong karnivor sejati. Pilihan makanan ular ini terdiri atas mamalia kecil, burung, amfibi, sampai telur-telur hewan. Mereka selalu mencari makan setelah Matahari terbenam alias hewan nokturnal. Ketika siang hari, boa pelangi lebih memilih beristirahat sembari berjemur di bawah sinar Matahari.
2. Agresif pada sesama

Dibalik penampilan yang kalem, boa pelangi ternyata tidak menolerir kehadiran individu lain di sekitar. Sebenarnya, karakteristik hewan soliter memang selalu bergerak sendirian, tetapi perilaku itu tidak selalu didukung dengan agresivitas yang tinggi. Sementara bagi boa pelangi, mereka tak segan menyerang begitu melihat individu lain diluar musim kawin.
Animal Diversity melansir kalau ketika boa pelangi merasa terancam dengan kehadiran individu lain, mereka akan menyerang dengan cepat sambil menggigit tubuh lawannya. Menariknya, betina ternyata terbilang lebih agresif ketimbang jantan. Selain itu, menjelang musim kawin, para jantan yang ada di sekitar betina memang akan melakukan ritual berupa pertarungan dengan sesama demi memperoleh hak kawin dengan si betina.
3. Bukan spesies ular yang berbahaya bagi manusia

Boa pelangi memang sangat agresif kalau bertemu dengan sesama. Namun, jika yang mereka temui adalah manusia, maka sifat mereka akan berubah. AZ Animals melansir kalau ular ini cenderung pemalu dan lebih memilih mencari tempat perlindungan begitu melihat manusia.
Kalaupun sudah merasa terancam, boa pelangi memang akan menggigit. Akan tetapi, gigitan ular ini terbilang tidak terlalu menyakitkan dan meninggalkan luka seperti cakaran kucing. Mengingat mereka masuk dalam keluarga boa, maka gigitan mereka tak memiliki bisa yang berbahaya. Selama kita menyentuh dengan tenang tanpa tujuan menyakiti, boa pelangi akan bergerak dengan tenang di tangan kita. Berkat penampilan dan perilaku yang tak agresif pada manusia ini, boa pelangi terbilang jadi peliharaan mampu yang memikat pecinta reptil.
4. Sistem reproduksi

Musim kawin bagi boa pelangi berlangsung antara bulan Oktober—Maret. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, para jantan akan bertarung untuk memperebutkan hak kawin dengan betina di sekeliling. Meski terlihat seperti betina diperebutkan banyak jantan, spesies ini justru termasuk hewan poligini, yakni jantan akan kawin dengan beberapa betina. Selain itu, boa pelangi juga tergolong hewan ovovivipar.
Artinya, setelah kawin, betina akan menghasilkan telur di dalam tubuh mereka. Telur tersebut akan “dikandung” dalam durasi sekitar 3—8 bulan sebelum akhirnya telur menetas dan siap “dilahirkan”. Dilansir Animal Diversity, boa pelangi betina dapat melahirkan sekitar 1—30 ekor anak dalam satu musim kawin.
Anak ular boa ini sudah bisa hidup mandiri begitu keluar dari rahim induk. Butuh waktu sekitar 3 tahun bagi anak jantan sebelum siap bereproduksi, sementara bagi anak betina butuh waktu sampai 4 tahun. Rata-rata usia yang mampu diraih boa pelangi sekitar 7—12 tahun di alam liar. Namun, kalau dirawat manusia, usia reptil ini dapat lebih panjang lagi, yakni sekitar 20—42 tahun.
5. Status konservasi

Menurut catatan IUCN Red List, status konservasi boa pelangi masuk dalam kategori hewan dengan kekhawatiran rendah (Least Concern). Selain itu, populasi mereka juga terbilang stabil, meski jumlah individu secara pastinya belum diketahui. Walaupun begitu, spesies boa ini tetap memiliki ancaman spesifik yang bisa saja mengganggu populasi di masa yang akan datang.
Dilansir AZ Animals, masalah utama bagi kelanjutan populasi boa pelangi berasal dari perburuan liar demi menjual ular ini sebagai peliharaan. Seperti yang disebutkan sebelumnya, penampilan yang menarik dan perilaku yang kalem saat bersama manusia jadi nilai lebih yang membuat ular boa ini sangat populer. Selain itu, kerusakan habitat alami juga jadi momok karena hutan yang tadinya berfungsi sebagai rumah mereka, kini berubah jadi lahan pertanian, pertambangan, ataupun pemukiman manusia.
Memang, tak ada larangan untuk memperjualbelikan boa pelangi untuk dipelihara. Namun, tak ada salahnya untuk menelusuri asal-usul dari ular yang hendak kamu pelihara, ya. Jika ada indikasi kalau ular tersebut ditangkap secara ilegal di habitat alami mereka, sebaiknya urungkan niat untuk memelihara demi kelangsungan populasi di alam liar.