Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
gambar planet Bumi dari luar angkasa (science.nasa.gov)
gambar planet Bumi dari luar angkasa (science.nasa.gov)

Gempa atau gunung berapi bukanlah fenomena yang asing. Bagaimanapun sebagai penduduk Bumi, kita sudah menyaksikan bahkan mengalami kejadian macam ini berkali-kali. Alhasil meski takut, lambat-laun manusia mulai terbiasa dengan berbagai fenomena alam tersebut.

Kamu tahu gak, kalau apa yang kita anggap biasa di Bumi, justru bisa jadi hal yang istimewa di planet lain? Yup, beberapa fenomena alam seperti petir atau aurora memang terjadi di planet lain. Namun, ada juga beberapa fenomena langka yang hanya bisa terjadi di Bumi. Fenomena apa aja? Ini dia jawabannya!

1. Hujan dalam bentuk tetesan air

gambar seseorang yang berjalan saat hujan (unsplash.com/Nick Scheerbart)

Hujan sebenarnya juga terjadi di beberapa planet seperti Venus, dan Saturnus. Bedanya adalah, kedua planet ini memiliki bentuk hujan yang berbeda. Dilansir Treehugger, di planet Venus, awannya mengandung asam sulfat. Ketika berubah menjadi hujan, hujan yang turun adalah hujan asam yang berbahaya.

Selain itu, tetesan asam sulfat gak pernah benar-benar menyentuh permukaan Venus. Pasalnya suhu harian planet tersebut mencapai 462 derajat Celsius, sehingga hujan asam hanya sanggup jatuh sejauh 25 kilometer dari langit sebelum akhirnya menguap menjadi gas.

Sementara itu, di Saturnus, hujan yang terjadi lebih ekstrem lagi. Pasalnya di planet ini, hujan turun dalam bentuk berlian seukuran 0,5 sentimeter. Atmosfer Saturnus kaya akan metana. Di sisi lain, petir Saturnus sepuluh kali lebih kuat dari Bumi. Ketika petir menyambar, molekul metana berubah bentuk menjadi karbon, mengeras menjadi grafit, sebelum akhirnya berubah wujud jadi berlian. 

Lain halnya dengan apa yang terjadi di Bumi. Hujan berasal dari air permukaan yang menguap karena panas dari sinar matahari. Air yang menguap kemudian berubah menjadi awan. Ketika uap air yang berkumpul terlalu banyak, mereka akan berubah menjadi tetesan air dan turun kembali sebagai hujan ke permukaan Bumi.

2. Pelangi

gambar pelangi (pexels.com/James Wheeler)

Hampir semua orang di Bumi, pasti pernah melihat pelangi minimal sekali dalam hidupnya. Namun percaya deh, pemandangan indah ini gak akan kamu temukan di planet lain. Dilansir National Geographic, pelangi tercipta saat sinar matahari bertemu dengan air. Ketika keduanya bertemu, cahaya akan dibengkokkan oleh air dan terpecah menjadi tujuh warna berbeda yang kemudian kita kenal dengan sebutan pelangi. 

Well, sinar matahari memang bisa menembus atmosfer planet lain. Sayangnya, hanya Bumi satu-satunya planet di Tata Surya yang memiliki hujan dan air di permukaannya. Nah karena planet lain gak memiliki air, maka mustahil juga bagi mereka untuk memiliki pelangi. 

3. Gerhana matahari total

gambar gerhana matahari total (nasa.gov)

Pernahkah kamu menyaksikan gerhana matahari? Dibandingkan dengan pelangi, gerhana matahari ini termasuk fenomena langka dan biasanya hanya terjadi dua kali dalam setahun. Dilansir Space, gerhana matahari terjadi ketika Bulan berada di antara Bumi dan Matahari. Alhasil, cahaya matahari yang seharusnya sampai ke Bumi, terhalang oleh bayangan Bulan.  

Sama seperti hujan, gerhana matahari bisa saja terlihat dari planet lain. Namun kemungkinan besar, hanya Bumi satu-satunya planet di Tata Surya yang memiliki gerhana matahari total. Di Merkurius dan Venus, gerhana mustahil terjadi karena keduanya gak memiliki satelit alami seperti Bulan.

Sementara di Mars, gerhana matahari memang sering terjadi. Namun karena ukuran dua satelit Mars terlalu kecil, bayangan satelit gak bisa menutupi bayangan matahari secara keseluruhan. Sedangkan planet Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus adalah planet gas. Keempat planet ini gak punya permukaan, mustahil bagi kita maupun pesawat luar angkasa untuk mendarat apalagi menyaksikan gerhana matahari dari permukaannya. 

Pada dasarnya, planet di Tata Surya memang diciptakan berbeda satu sama lain. Bukan cuma beda dari segi penampilan luarnya aja, tapi juga dari kondisinya. Nah karena kondisinya berbeda, fenomena yang terjadi juga pasti akan berbeda, bukan?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team