Ada seorang laki-laki yang paling disorot pada abad ke-19. Ia menghabiskan 20 tahun pertama hidupnya sebagai budak. Namun, dia sangat mendambakan kebebasan. Setelah melarikan diri dari perbudakan pada 1838, Frederick Douglass menjadi salah satu abolisionis paling terkenal di Amerika Serikat. Dia menggerakkan massa untuk mengakhiri perbudakan lewat pidato-pidatonya yang begitu berapi-api dan lugas. Orang-orang kulit putih pun sampai dibuat heran, apakah dia benar-benar seorang budak.
Untuk membungkam orang-orang kulit putih dan menyebarkan pesannya lebih jauh, Frederick Douglass menerbitkan tiga autobiografinya: Narrative of the Life of Frederick Douglass (1845), My Bondage and My Freedom (1855) dan Life and Times of Frederick Douglass (1892). Ia juga mendirikan surat kabarnya sendiri, The North Star. Surat kabar ini Douglass terbitkan untuk mengajak orang kulit hitam menulis dan menerbitkan kisah mereka sendiri, ketimbang mengandalkan surat kabar milik orang kulit putih, seperti The Liberator karya William Lloyd Garrison.
Berikut ini adalah kisah Frederick Douglass, orang yang menolak salah satu institusi paling kejam dalam sejarah Amerika. Ia juga berjuang untuk menyelamatkan orang lain dari cengkeraman suatu sistem perbudakan.