potret kamar mayat di kota Karachi selama gelombang panas Pakistan pasa 2015 (commons.wikimedia.org/Voice of America)
Seperti negara tetangganya, pada 2015, Pakistan juga mengalami gelombang panas. Diperkirakan 1.100 orang meninggal karena gelombang panas ini, sebagaimana yang dikutip Britannica. Hal ini diperparah dengan pemadaman listrik yang terjadi di Pakistan.
Pemerintah pakistan pun berupaya sebaik mungkin dengan membagikan air dan salt tablet untuk meningkatkan kadar natrium yang rendah dalam darah dan menyeimbangkan elektrolit dalam tubuh korban yang mengalami heat stroke dan dehidrasi. Pasalnya, rumah sakit didatangi banyak korban akibat gelombang panas. Beberapa pasien yang dibawa ke rumah sakit bahkan pingsan di jalan.
Pada suatu hari, suhu di Pakistan mencapai 44 derajat Celsius, suhu tertinggi yang dialami Pakistan dalam 15 tahun terakhir. Karachi, kota terbesar dengan penduduk 22 juta orang, mengalami pemadaman listrik selama berjam-jam. Di sisi lain, gelombang panas ini bertepatan dengan bulan Ramadan. Namun, ulama di Pakistan mengeluarkan fatwa yang mengizinkan umat Islam untuk membatalkan puasa jika nyawa mereka terancam selama gelombang panas ini, seperti yang dijelaskan NBC News.
Kalau dipikir-pikir, gelombang panas mematikan telah terjadi sejak abad ke-19. Bisa kita pahami betul kalau perubahan suhu ekstrem ini terjadi karena Bumi mengalami beberapa fenomena cuaca atau dampak dari perubahan iklim.
Yuk, kita pelajari lagi gejala-gejala yang terjadi pada tubuh akibat dampak gelombang panas. Nah, dengan begitu, kita bisa lebih aware, nih, dengan diri kita sendiri maupun orang sekitar jika sewaktu-waktu gelombang panas menimpa Indonesia.