Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, Donald Trump, dan miliarder teknologi, Elon Musk, adalah dua tokoh paling kontroversial di dunia. Di samping itu, mereka punya pengaruh dan kekuasaan yang besar. Belum lagi, keduanya tidak setuju dengan kebijakan di bawah kepemimpinan Joe Biden, tetapi punya pandangan yang sama pada isu-isu tertentu.
Elon Musk pernah membenci Donald Trump saat Trump mencalonkan diri sebagai Presiden AS pada 2016. Musk sering mengkritik kandidat Partai Republik itu. Musk juga terang-terangan mengaku kalau ia tidak menyukai karakter dan perilaku Trump.
Pada awalnya, Elon Musk lebih mendukung Hillary Clinton, lawan Donald Trump pada pemilu 2016. Ini karena Clinton punya janji-janji dan kebijakan yang lebih baik dalam isu lingkungan. Musk bahkan menyumbang dana untuk kampanye Hillary. Ini mengingat salah satu bisnis Elon Musk, Tesla, berfokus pada pembuatan kendaraan listrik dengan energi terbarukan dan berkelanjutan.
Uniknya, akhir-akhir ini, Elon Musk justru condong ke Partai Republik. Ia bahkan menjadi tim sukses kemenangan untuk Donald Trump dan JD Vance dalam pemilu 2024. Setelah Trump kembali terpilih sebagai Presiden AS untuk kedua kalinya, Trump bahkan menunjuk Elon Musk masuk kabinetnya sebagai pemimpin Departemen Efisiensi Pemerintah atau Department of Government Efficiency (DOGE). Bagaimana hal ini bisa terjadi? Mari, kita ulas seperti apa hubungan Donald Trump dan Elon Musk.