Ilustrasi tidak ekonomis (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
Kelapa sawit memang dikenal sebagai salah satu tanaman perkebunan dengan nilai ekonomi tinggi. Namun, menanamnya di Eropa bukanlah ide yang menguntungkan. Alasannya sederhana, iklim Eropa yang cenderung dingin dan jauh dari karakteristik tropis membuat tanaman ini sulit tumbuh secara alami. Untuk menyesuaikan lingkungan, diperlukan fasilitas tambahan seperti rumah kaca, teknologi pengaturan suhu, dan pencahayaan buatan. Semua ini memerlukan biaya besar yang jauh melampaui potensi keuntungan dari produksi kelapa sawit itu sendiri.
Tidak hanya itu, durasi tumbuh kelapa sawit juga menjadi tantangan di Eropa. Di daerah tropis, tanaman ini bisa berkembang dengan optimal dalam waktu singkat karena intensitas matahari dan kelembapan yang tinggi. Sebaliknya, Eropa dengan kondisi tersebut sulit terpenuhi meskipun menggunakan teknologi canggih. Hal-hal ini menjadikan budidaya kelapa sawit di Eropa tidak efisien secara ekonomi. Dibandingkan dengan menanam di wilayah tropis seperti Asia Tenggara, keuntungan yang dihasilkan tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan.
Dengan iklim yang tidak mendukung, biaya pemeliharaan yang tinggi, serta tantangan teknologi yang rumit, Eropa jelas bukan tempat ideal untuk budidaya kelapa sawit. Tanaman ini membutuhkan lingkungan tropis yang hangat dan lembap agar dapat tumbuh optimal. Alih-alih memaksakan diri menanamnya di Eropa, lebih baik fokus pada pengelolaan perkebunan kelapa sawit di daerah asalnya dengan cara yang berkelanjutan. Hal ini tidak hanya lebih efisien, tetapi juga berkontribusi pada keseimbangan ekosistem global.