Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi hutan
ilustrasi hutan (pixabay.com/mirobo)

Intinya sih...

  • Hutan disebut paru-paru dunia karena menyerap karbon dioksida dan membantu menjaga keseimbangan iklim.

  • Melalui fotosintesis, hutan juga menghasilkan oksigen yang mendukung kehidupan di Bumi.

  • Deforestasi mengancam fungsi vital hutan dan mempercepat perubahan iklim.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Keseimbangan Bumi dijaga oleh interaksi timbal balik antara atmosfer, hidrosfer, litosfer, dan biosfer. Sementara, hutan punya peran penting dalam memastikan komponen-komponen tersebut berjalan dengan baik. Sebab, hutan mengatur udara, air, tanah, dan kehidupan.

Namun, pernahkah kamu mendengar ungkapan bahwa hutan adalah "paru-paru dunia"? Julukan ini bukanlah sekadar metafora, melainkan sebuah pengakuan atas peran krusial yang dimainkan oleh ekosistem hutan. Berikut alasan kenapa hutan disebut paru-paru dunia.

1. Penyerap karbon dioksida

ilustrasi hutan (pixabay.com/Bergadder)

Alasan pertama kenapa hutan disebut paru-paru dunia karena perannya dalam menjaga udara di Bumi. Paru-paru manusia menyerap oksigen dan membuang karbon dioksida atau CO2. Bedanya, hutan menyerap karbon dioksida tersebut. Penyerapan karbon dioksida ini dilakukan melalui proses fotosintesis.

Hutan sendiri merupakan rumah bagi banyak spesies tumbuhan. Pohon dan vegetasi di hutan menyerap karbon dioksida dari atmosfer melalui lubang-lubang kecil pada daun yang disebut stomata. Karbon akan disimpan selama pohon masih hidup dan terus tumbuh. Oleh sebab itu, pohon besar yang berumur panjang dapat menahan karbon selama puluhan hingga ratusan tahun.

Dilansir PBB, hutan dapat menyerap sekitar dua miliar ton karbon dioksida per tahun. Nature Climate Change melansir antara 2001 dan 2019, hutan dunia penyerap karbon dioksida dua kali lebih banyak daripada yang dilepaskannya. Salah satu jenis hutan yang banyak berperan dalam penyerapan karbon dioksida adalah hutan hujan tropis.

Hutan hujan tropis menyerap karbon dioksida lebih banyak dibanding jenis hutan lain. Tiga hutan hujan tropis terbesar di dunia terletak di Amazon, Kongo, dan Asia Tenggara. Hutan hujan tropis Kongo saja bisa menyerap 600 juta metrik ton karbon dioksida per tahun, lho.

2. Menghasilkan oksigen

ilustrasi hutan (pixabay.com/jplenio)

Kalau manusia menghirup oksigen dan melepaskan karbon dioksida, hutan sebaliknya. Karbon dioksida yang diserap pohon akan disimpan, kemudian bersama dengan air dan sinar Matahari akan diubah menjadi gula yang menghasilkan nutrisi. Proses inilah yang disebut fotosintesis yang akhirnya akan menghasilkan oksigen.

Biasanya, pohon lebih aktif menyerap karbon dioksida selama musim semi dan panas karena pohon tumbuh lebih subur. Namun, selama musim gugur, proses fotosintesis sedikit melambat karena pohon kehilangan warna cerahnya. Berbeda dengan musim dingin, pepohonan tidak berfotosintesis atau memproduksi oksigen secara aktif.

Hutan menghasilkan sekitar 28 persen oksigen di dunia, sedangkan sisanya dihasilkan oleh mikroorganisme laut bernama fitoplankton. Jumlah oksigen yang dihasilkan pohon dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti spesies, usia, kesehatan, dan lingkungan sekitar. Umumnya, pohon berusia tua lebih banyak menghasilkan oksigen daripada pohon yang lebih muda.

3. Apa yang terjadi jika hutan tidak bisa menjadi penyaring udara?

ilustrasi hutan (pixabay.com/Pexels)

Meski hutan hanya menyumbang 28 persen oksigen, peran hutan sangatlah penting, terutama untuk mengurangi perubahan iklim. Bayangkan jika fungsi hutan sebagai penyaring udara tidak optimal, akan ada lebih banyak karbon dioksida dilepaskan ke atmosfer. Bukan hanya memperburuk udara, tapi akan muncul dampak yang lebih serius pada masa mendatang.

Terganggunya hutan memicu pemanasan global dan perubahan iklim yang ekstrem. Gas rumah kaca akan terakumulasi lebih cepat di atmosfer sehingga memerangkap lebih banyak panas. Akibatnya, akan terjadi pemanasan suhu global, memperburuk gelombang panas, kekeringan, dan mencairnya es kutub.

4. Deforestasi mengancam hutan

ilustrasi penggundulan hutan (pixabay.com/Felix-Mittermeier)

Deforestasi jadi salah satu ancaman besar untuk hutan. Ketika hutan ditebang, karbon dioksida yang tersimpan akan keluar dan dilepaskan ke atmosfer. Selain itu, tanah juga akan melepaskan gas rumah kaca, seperti metana dan dinitrogen oksida.

Sementara, deforestasi yang dilakukan dengan cara membakar hutan juga membawa dampak buruk. Kebakaran hutan melepaskan asap, gas beracun, dan partikel berbahaya. Udara yang semakin kotor memicu munculnya penyakit gangguan pernapasan.

Dilansir Global Forest Watch (WRI), dunia kehilangan 16,6 juta hektare hutan hujan tropis yang setara dengan 18 lapangan sepak bola per menit pada 2024. Sebagian besar deforestasi terjadi di hutan tropis di beberapa wilayah, seperti Brasil, Indonesia, dan Republik Demokratik Kongo. Di Amazon saja, sekitar 17 persen hutan telah hilang dalam 50 tahun terakhir.

Kenapa hutan disebut sebagai paru-paru dunia? Jawabannya ada pada peran penting hutan sebagai penyerap karbon dioksida dan penghasil oksigen. Namun, fungsi ini terancam oleh aktivitas manusia yang berlebihan, seperti deforestasi.

Bukan hanya membahayakan kualitas udara di Bumi, deforestasi juga mengancam satwa, mengganggu siklus air, dan kehidupan masyarakat yang bergantung pada hutan. Beberapa bencana, seperti erosi tanah dan banjir bandang, bisa kapan saja terjadi. Jadi, sama-sama kita jaga hutan, ya!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎