Ilustrasi ketupat (instagram.com/diary.tour)
Sebenarnya ketupat sudah banyak digunakan sebagai bagian dari pemujaan pada masa kerajaan Majapahit dan Pajajaran. Pada masa itu, ketupat menjadi wujud pemujaan untuk Dewi Sri.
Masih lekat dengan peran Walisongo. Sunan Kalijaga menerapkan akulturasi untuk mengenalkan Islam melalui ketupat. Beliau menjadikan ketupat sebagai bagian untuk bersyukur kepada Tuhan YME.
Sunan Kalijaga memperkenalkan ketupat sebagai tradisi baru, Lebaran Kupat. Kebiasaan yang berasal dari wilayah pesisir utara Jawa ini menjadikan ketupat sebagai bagian perayaan Idul Fitri.
Lebaran Kupat umumnya dirayakan sekitar sepekan setelah Idul Fitri. Pada waktu tersebut, masyarakat akan membuat ketupat, lalu membagikannya ke sanak saudara.
Penggunaan janur sebagai pembungkus menunjukkan identitas budaya pesisir yang banyak ditumbuhi pohon kelapa. Hingga kini, kamu masih bisa menemukan peninggalan Sunan Kalijaga ini di daerah Kudus, Pati, dan Rembang.
Hal tersebut juga disebutkan HJ de Graaf dalam Malay Annal. Dalam catatannya, Graaf menjelaskan bahwa ketupat merupakan simbol perayaan hari raya Islam pada pemerintahan Kerajaan Demak. Tepatnya, masa kepemimpinan Raden Patah pada awal abad ke-15.
Lebih jauh, kini ketupat juga jadi bagian penting dari perayaan Maulid Nabi Muhammad atau Sekaten dan Grebeg Mulud. Ini merupakan salah satu perayaan hasil akulturasi yang diambil dari tradisi syukuran panen di Jawa.