ilustrasi meteor jatuh ke Bumi (commons.wikimedia.org/NASA)
Ketika meteoroid menembus atmosfer, udara di depannya tertekan hebat karena kecepatannya luar biasa tinggi. Tekanan itu membuat suhu meningkat drastis, menciptakan bola api yang kita kenal sebagai meteor. Warna cahaya yang terlihat bisa berbeda tergantung kandungan mineral di dalamnya. Sebagai contoh, zat besi bisa memancarkan warna kekuningan, sementara magnesium memberi kilau kehijauan. Seluruh proses ini berlangsung dalam hitungan detik, tetapi cukup kuat untuk menerangi langit malam.
Kebanyakan meteor akan habis terbakar pada ketinggian sekitar 80–120 kilometer dari permukaan Bumi. Hanya sebagian kecil yang berukuran besar dan cukup padat mampu bertahan dari gesekan atmosfer. Sisa-sisa yang berhasil mencapai tanah disebut meteorit. Penemuan meteorit di berbagai belahan dunia membantu ilmuwan menelusuri asal-usul tata surya karena komposisinya sering kali masih sama seperti miliaran tahun lalu. Dari meteorit inilah, manusia bisa memahami bagaimana materi langit terbentuk sebelum ada planet seperti Bumi.
Meteor menunjukkan bagaimana Bumi berinteraksi dengan benda-benda luar angkasa di sekitarnya. Fenomena ini terjadi karena hukum fisika bekerja konsisten, dari tarikan gravitasi hingga gesekan udara di atmosfer. Jadi, sudah tidak penasaran lagi kenapa meteor jatuh ke Bumi, kan?
Referensi
"Meteor". National Geographic. Diakses pada Oktober 2025.
"Meteors & Meteorites Facts". NASA. Diakses pada Oktober 2025.
"The Sky is Falling: Meteors and Meteorites Through History". Google Arts & Culture. Diakses pada Oktober 2025.