Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
potret pesut mahakam
potret pesut mahakam (commons.wikimedia.org/Stefan Brending)

Intinya sih...

  • Pesut mahakam merupakan lumba-lumba air tawar dengan populasi tersisa 60-an ekor di Sungai Mahakam, Kalimantan.

  • Populasi pesut mahakam sangat mengkhawatirkan karena terancam punah akibat perburuan dan jaring nelayan.

  • Upaya konservasi sudah dilakukan oleh pemerintah dan yayasan, termasuk pembentukan kawasan lindung dan program edukasi kepada masyarakat.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Dalam laporan Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) 2024 silam, disebutkan kalau pesut mahakam atau irrawaddy dolphin (Orcaella brevirostris) hanya tersisa 60-an ekor. Hal tersebut jelas jadi tanda bahaya tersendiri karena sosok lumba-lumba air tawar sejatinya sudah seperti legenda, teman bagi nelayan, sampai kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Kalimantan. Atas masalah tersebut, ada beberapa pertanyaan yang penting untuk kita jawab.

Sebagai contoh, ada pertanyaan kenapa pesut mahakam hanya tersisa 60-an ekor di alam? Kenapa populasi mereka bisa seburuk itu? Lalu, apakah ada upaya konservasi yang sudah dilakukan pihak-pihak berwenang untuk menjaga kelestarian mereka? Seperti apa masa depan dari spesies penghuni Sungai Mahakam ini? Untuk menjawab semua pertanyaan itu, yuk, simak pembahasan di bawah ini sampai selesai!

1. Tentang pesut mahakam

pesut yang melompat dari dalam air (commons.wikimedia.org/Dan Koehl)

Seperti yang disebutkan sebelumnya, pesut mahakam merupakan kelompok lumba-lumba air tawar dalam genus Orcaella. Pesut mahakam punya satu kerabat dekat dalam genus yang sama, yakni pesut australia (Orcaella heinsohni). Selain itu, meski masuk dalam takson spesies yang sama dengan spesies pesut yang ada di sejumlah negara di Asia Tenggara, susunan genetik pesut mahakam terbilang berbeda sehingga seharusnya mereka memiliki takson spesies tersendiri.

Kalau pesut yang ada di dataran Asia Tenggara, persebarannya meliputi Sungai Ayeyarwady di Myanmar, Sungai Mekong di Laos-Kamboja-Vietnam, dan Danau Songkhla di Thailand. Beberapa kantung populasi juga ditemukan di Asia Selatan. Sebagai contoh, ada pesut yang tinggal di Danau Chika di India dan daerah Sundarbans di Bangladesh.

Di Kalimantan, pesut mahakam utamanya berada di Sungai Mahakam dan beberapa alirannya, semisal Muara Kaman, Penyinggahan, Tenggarong, dan Laham. Kadang, mereka turut hadir di anak sungai, seperti Kedang Rantau, Kedang Kepala, Belayan, Kedang Pahu, Sungai Pela, dan beberapa danau, seperti Semayang-Melintang dan Jempang. Kalau ditotal, luas area pergerakan pesut mahakam di habitat alami itu sekitar 45—250 km.

Penampilan fisik pesut mahakam terbilang mudah dibedakan dengan spesies lumba-lumba air tawar lain. Dilansir Animal Diversity Web, pesut mahakam tidak punya moncong paruh, punya leher yang fleksibel, dahi yang melebar, dan benjolan di kepala. Selain itu, mereka punya sirip dada yang panjang dan lebar, sirip punggung relatif kecil yang terletak agak ke belakang, dan warna tubuh yang cenderung abu-abu kebiruan.

Adapun, rata-rata panjang pesut mahakam itu sekitar 2—2,7 meter dengan bobot 90—150 kg. Ketika berenang, kecepatan rata-rata mereka sekitar 5 km per jam saja. Namun, kalau dibutuhkan, lumba-lumba ini tetap bisa melesat sampai kecepatan 20 km per jam. Selayaknya mamalia air dalam famili Delphinidae lain, pesut mahakam turut mengandalkan ekolokasi alias suara berfrekuensi tinggi (sekitar 40—120 kHz) untuk berkomunikasi dengan sesama ataupun mencari makanan.

Pesut mahakam hidup dalam kelompok kecil dengan jumlah antara 3—6 individu meski kadang bisa mencapai belasan ekor pula. Ikatan antaranggota kelompok sangat kuat, yang dibuktikan dengan komunikasi intens dan interaksi yang sangat intim. Soal makanan, pesut mahakam adalah karnivor yang mengonsumsi berbagai jenis ikan, sefalopoda (cumi-cumi, gurita, dan sotong), serta krustasea yang ada di sungai.

2. Kenapa populasi pesut mahakam sangat mengkhawatirkan?

kelompok pesut bergerak bersama (commons.wikimedia.org/Long Vu)

Dalam catatan IUCN Red List, secara global lumba-lumba air tawar dalam genus Orcaella brevirostris ini sudah masuk dalam kategori hewan terancam punah (Endangered). Kalau menghitung dengan populasi yang ada di Asia Tenggara dan Asia Selatan, jumlah pesut yang tersisa sudah kurang dari 250 individu saja, dilansir A-Z Animals. Sementara itu, populasi pesut mahakam yang ada di Indonesia diperkirakan hanya tersisa sekitar 60—62 ekor. Karena itu, status konservasi pesut mahakam sendiri lebih cocok masuk dalam kategori hewan yang kritis (Critically Endangered).

Sebenarnya, sebelum 1970-an, diperkirakan kalau jumlah pesut Orcaella brevirostris masih ada dalam rentang 5.800 individu. Namun, sejak 1970-an, perburuan besar-besaran terjadi demi memanfaatkan minyak di tubuh lumba-lumba air tawar ini ataupun demi praktik kepercayaan. Sebenarnya, perburuan secara langsung yang menargetkan pesut mahakam sudah sangat jarang terjadi. Meski begitu, ancaman lain yang datang dari manusia tetap menghantui spesies lumba-lumba ini.

Ancaman tersebut hadir dari jaring yang ditebar nelayan atau biasa disebut rengge. Berdasarkan data dari Yayasan Konservasi RASI, sekitar 70 persen kematian pesut mahakam dalam rentang 1995—2021 itu tersangkut dan terjerat rengge sampai mati. Selain itu, beberapa penyebab kematian lain dengan persentase lebih kecil karena terdampar di daerah dangkal, tertabrak kapal karena kemampuan ekolokasi yang terganggu, tersengat setrum ikan, dan terdampak racun atau limbah pembuangan pabrik.

Bisa dibilang, alasan utama kondisi populasi pesut mahakam yang sangat menyedihkan ini karena konsekuensi langsung dari kompetisi dengan manusia. Sebagai sesama makhluk yang menggantungkan hidup pada aliran Sungai Mahakam, manusia dan pesut mahakam harus menerima fakta kalau keduanya pasti akan bersinggungan di tempat yang sama. Sayangnya, dari sisi manusia, penggunaan benda-benda, baik yang didesain untuk merusak alam ataupun tidak, secara efektif menghancurkan populasi pesut mahakam secara perlahan, tapi pasti.

3. Apa saja upaya konservasi yang sudah dilakukan?

induk dan anak pesut yang sedang bersama (commons.wikimedia.org/Dibyendu Ash)

Sederet upaya konservasi sebenarnya sudah dilakukan oleh pihak berwenang. Hal serupa pun dilakukan yayasan konservasi yang peduli dengan keberlangsungan hidup satu-satunya spesies lumba-lumba air tawar yang hidup di Indonesia ini. Dari segi regulasi, pemerintah lewat Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sudah menerbitkan Keputusan Menteri KP Nomor 49 Tahun 2022 tentang Kawasan Konservasi di Perairan Mahakam Wilayah Hulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Dalam Kepmen tersebut, ditentukan kawasan lindung bagi pesut mahakam yang meliputi area seluas 42.667,99 hektare.

Kemudian, mengutip rilis Yayasan Konservasi RASI, ada pula keputusan Bupati Kutai Kartanegara untuk membentuk kawasan konservasi perairan agar bisa mengamankan kualitas habitat pesut mahakam, melindungi keanekaragaman hayati lain di sekitar, mewujudkan ketahanan pangan, dan menjamin kesejahteraan masyarakat di kawasan lindung. Program ini didukung 27 desa berbeda.

Selain itu, imbauan dan larangan kepada nelayan setempat untuk tidak menggunakan jaring rengge, alat setrum ikan, maupun benda lain yang dapat mengganggu pesut mahakam terus dilakukan. Hal ini bertujuan agar tidak ada lagi kasus pesut mahakam yang terjerat secara tak sengaja. Biasanya ini terjadi ketika nelayan sedang mencari ikan di sepanjang aliran Sungai Mahakam.

Tak hanya dari pihak pemerintah, yayasan yang peduli pada pesut mahakam, seperti Yayasan Konservasi RASI, juga punya programnya sendiri. Sebagai contoh, Yayasan Konservasi RASI mengadakan program edukasi dan menjaga lingkungan kepada seluruh lapisan masyarakat di berbagai tempat di Kalimantan. Ini terus dilakukan dengan harapan bisa menumbuhkan rasa peduli dan tanggung jawab masyarakat untuk menjaga kelestarian lingkungan, khususnya yang dekat dengan persebaran pesut mahakam.

Sampai saat ini, memang kondisi populasi pesut mahakam masih terus turun dari tahun ke tahun. Namun, hal tersebut bukan berarti upaya konservasi yang disebutkan di atas tidak efektif sama sekali. Justru, keadaan tersebut harus jadi pecutan semangat untuk menjaga spesies terancam punah seperti pesut mahakam. Upaya harus lebih gencar lagi dan bisa mencakup seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Bagi kita yang tinggal di Kalimantan dan dekat dengan persebaran pesut mahakam, aksi langsung bisa dilakukan. Kita bisa membantu menjaga kelestarian aliran Sungai Mahakam dan mengedukasi masyarakat setempat yang belum melek dengan kondisi pesut mahakam. Sementara, bagi yang tinggal jauh dari persebaran pesut mahakam, kita bisa membantu dengan menyebarkan informasi soal lumba-lumba air tawar ini ataupun membantu lewat donasi yang ditujukan untuk kelestarian lingkungan, khususnya di sekitar Sungai Mahakam.

Referensi
“60 Ekor Pesut Mahakam Tersisa di Ambang Kepunahan”. IDN Times Kaltim. Diakses Oktober 2025.
“Animalia – Irrawaddy Dolphin”. Animalia. Diakses Oktober 2025.
“IUCN Red List: Orcaella brevirostris”. IUCN Red List. Diakses Oktober 2025.
“Orcaella brevirostris (Irrawaddy Dolphin)”. Animal Diversity Web. Diakses Oktober 2025.
“Pesut Mahakam Fact Sheet”. YKRASI. Diakses Oktober 2025.
“Research – YKRASI Activities”. YKRASI. Diakses Oktober 2025.
“Education and Awareness – YKRASI Activities”. YKRASI. Diakses Oktober 2025.
“Irrawaddy Dolphins: Facts & Information”. A-Z Animals. Diakses Oktober 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎