harimau jawa (commons.wikimedia.org/ Andries Hoogerwerf)
Subspesies harimau khas Indonesia yang juga telah punah ialah harimau jawa. Harimau ini berukuran lebih besar dari harimau bali, namun masih tergolong kecil untuk ukuran subspesies Panthera tigris yang hidup di kawasan Asia. Mereka diketahui memiliki belang yang tipis dan panjang pada bulunya dengan jumlah yang lebih banyak dari harimau sumatra.
Sebagai predator puncak di Pulau Jawa, harimau jawa memangsa berbagai jenis satwa, dari mulai banteng, babi hutan, rusa hingga reptil. Namun, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk yang menghuni pulai ini, eksistensinya semakin terhimpit. Hutan-hutan yang dibabat untuk kepentingan manusia membatasi ruang geraknya dan membuat makanannya kian langka.
Selain itu, dilansir Mongabay, tradisi rampogan yang marak pada abad ke-17 sampai dengan 19 juga turut andil dalam penurunan populasi harimau jawa. Rampogan ialah pertarungan antara harimau jawa dan manusia. Awalnya, tradisi ini memiliki nilai sakral, namun berubah menjadi sajian hiburan belaka.
Berbeda dengan harimau bali yang tidak pernah dipelihara di penangkaran, harimau jawa pernah mendiami kebun binatang di Indonesia. Namun, pada Perang Dunia II, kebun binatang ditutup. Beberapa kawasan di Pulau Jawa memang dicanangkan sebagai area perlindungan untuk harimau jawa seperti Ujung Kulon, Leuweung Secang dan Baluran, namun upaya tersebut tak mampu menyelamatkannya dari kepunahan.
Menurut laman Extinct Animals, penampakan terakhir harimau jawa terjadi di era 1970-an di Gunung Meru Betiri. Namun, sejak saat itu beberapa upaya pencarian yang dilakukan tak berhasil memberi bukti ilmiah keberadaan kucing besar ini.