6 Kisah Menarik dan Menyedihkan Harimau Jawa, Punah Dibasmi Manusia

Sudah tak diragukan kalau Indonesia dikaruniai kekayaan fauna yang luar biasa. Salah satu yang terkenal adalah harimau. Indonesia sendiri adalah rumah bagi 3 dari 9 subspesies harimau di dunia. Salah satu yang paling terkenal adalah harimau jawa.
Harimau jawa adalah sosok fauna ikonik dan dihormati di Pulau Jawa. Namun, itu dulu. Kini, nama harimau jawa hanya tinggal kenangan. Sebab, sosoknya sudah lama punah dari pulau terpadat di Indonesia ini. Berikut lima kisah menarik dan menyedihkan harimau jawa.
1. Harimau jawa ada karena terisolasi di Pulau Jawa sejak 10.000 tahun lalu

Indonesia merupakan satu-satunya tempat di dunia di mana tiga harimau tinggal, yakni harimau jawa, harimau bali, dan harimau sumatra. Walaupun ada 3 spesies berbeda, namun mereka semua berasal dari satu nenek moyang yang sama, yakni harimau sunda.
Dilansir Endangered Tigers, harimau sunda datang dari daratan utama Asia saat daratan Asia dan Indonesia masih menyatu. Lalu, 10.000 tahun lalu, saat akhir zaman es, permukaan laut naik dan membuat harimau sunda di masing-masing pulau, Jawa, Bali, dan Sumatra, berevolusi menjadi subspesies tersendiri.
Dibandingkan dengan saudara-saudaranya, harimau jawa lebih besar dari harimau bali. Belangnya panjang dan tipis, serta memiliki kumis terpanjang di antara semua subspesies harimau. Ia merupakan predator puncak di daratan Jawa.
2. Habitatnya terus tergerus pembangunan dan populasinya menurun drastis

Sayangnya, status harimau sebagai predator puncak harus kalah oleh manusia. Awal abad ke 20, ada 28 juta orang tinggal di Pulau Jawa. Kemudian, tahun 1975, ada 85 juta orang tinggal di pulau ini. Hutan primer yang tadinya menutupi 23% Pulau Jawa di 1938, berkurang drastis menjadi tinggal 8% saja di tahun 1975!
Dilansir Extinct Animals, sejak 1940-an, habitat harimau terfragmentasi, membuat daya jelajah mereka semakin sempit dan makanan makin terbatas. Alhasil, pada 1950-an, diperkirakan hanya ada 20-25 ekor harimau yang tersisa di Pulau Jawa. Kemudian pada tahun 1970-an, populasinya diperkirakan hanya tersisa 7 ekor.
3. Tradisi rampogan dan pembasmian harimau jawa mempercepat kepunahan spesies ini

Selain tergerusnya habitat, harimau jawa harus menghadapi serangan manusia saat itu. Sebab, saat itu harimau jawa dianggap sebagai hama oleh masyarakat. Bahkan, pemerintahan saat itu sampai menyewa pemburu untuk memburu kucing besar ini. Dilansir Tiger Universe, dalam rentang 1830 sampai 1860, diperkirakan 1.000 ekor harimau diburu setiap tahunnya.
Selain itu, antara abad 17 hingga 19, masyarakat Jawa memiliki tradisi rampogan macan. Dilansir Mongabay, tradisi rampogan adalah tradisi untuk mempertarungkan antara harimau dengan manusia. Dalam tradisi ini, selalu berakhir dengan kematian si harimau jawa.
Rampogan memiliki makna untuk menolak bala atau simbol keteraturan. Namun seiring berjalan waktu, tradisi ini berubah menjadi hiburan semata. Akibatnya, ada banyak harimau jawa yang terbunuh dalam tradisi ini untuk memuaskan kesenangan semata. Namun, tradisi tersebut kini telah dilarang.
4. Terakhir terlihat pada tahun 1976 dan dinyatakan punah pada 2003

Pemerintah sendiri sudah menyediakan kawasan lindung untuk memproteksi harimau jawa. Contohnya seperti di Ujung Kulon, Leuweung Sancang, dan Baluran. Namun, sejak 1965, tidak ada satupun penampakan harimau jawa di lokasi tersebut.
Justru, penampakan terakhir harimau jawa ada di Meru Betiri, Jawa Timur. Dilansir Extinct Animal, pada 1976, ditemukan jejak kaki harimau jawa di Meru Betiri yang menunjukkan bahwa subspesies harimau ini masih ada. Namun setelah itu, tak ada satu pun ekspedisi dan laporan yang berhasil menemukan keberadaannya.
Karena itu, para ahli percaya bahwa harimau jawa telah punah. Hingga akhirnya pada 2003, harimau jawa dinyatakan punah oleh IUCN Red List of Threatened Species.
5. Dulunya harimau jawa dihormati dan dianggap sebagai tetua

Kisah harimau jawa memang kisah yang menyedihkan, di mana mereka tergerus oleh manusia. Padahal, pada zaman dulu orang Jawa menghormati harimau jawa dengan menyebutnya sebagai si mbah, panggilan bagi mereka yang dituakan. Masyarakat Jawa juga kerap menyebutnya sebagai datuk atau guda, panggilan bagi mereka yang dihormati.
Pada saat penduduk Jawa masih sedikit, harimau jawa adalah sahabat petani. Harimau jawa membantu membasmi hama pertanian, seperti babi, rusa, dan kawanan monyet yang sering merusak ladang masyarakat. Memang, terkadang harimau jawa memangsa ternak masyarakat, namun hal tersebut tak mengganggu keseimbangan hubungan masyarakat Jawa dan harimau jawa.
6. Walau dinyatakan punah, harimau jawa dianggap masih eksis

Harimau jawa terakhir terlihat pada 1976 dan dinyatakan punah secara resmi pada 2003. Namun, banyak masyarakat yang melaporkan bahwa mereka melihat keberadaan si kucing besar endemik Jawa tersebut.
Dilansir Scents Indonesia, pada 2008, terdapat laporan dari masyarakat lokal Gunung Merbabu yang melihat penampakan harimau jawa. Pada 2009, penduduk desa di sekitaran Gunung Lawu juga melaporkan melihat harimau jawa dengan anaknya. Pasca letusan Gunung Merapi di 2010, dua orang penduduk mengaku melihat bekas jejak harimau jawa yang masih baru. Pada 2017, seorang penjaga hutan memotret penampakan yang diduga harimau jawa di Taman Nasional Ujung Kulon. Potret tersebut menjadi yang pertama setelah 4 dekade lebih sosoknya tak terlihat.
Walaupun banyak laporan soal keberadaan harimau jawa, namun tidak ada satupun yang dapat dijadikan bukti kuat. Pada akhirnya, hingga saat ini, harimau jawa tetap dianggap punah.
Kendati begitu, banyak ahli dan konservasionis yang terus mencari keberadaannya dan berharap harimau jawa masih eksis. Sebab, keberadaannya memegang peran penting bagi ekosistem, historis, dan budaya Jawa.