Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi eksosfer
ilustrasi eksosfer (pexels.com/Pixabay)

Intinya sih...

  • Eksosfer lapisan paling luar dari atmosfer Bumi

  • Ketinggiannya bisa mencapai 10.000 kilometer hingga lebih

  • Udara sangat tipis, hampir seperti di luar angkasa

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ketika kita mendengar kata “luar angkasa,” banyak yang berpikir tentang pemandangan gelap tak berujung yang dipenuhi bintang-bintang, planet, dan satelit buatan. Namun, tahukah kamu bahwa sebelum benar-benar sampai ke luar angkasa, kita harus melewati beberapa lapisan atmosfer Bumi? Salah satu hal yang paling menarik adalah lapisan atmosfer terluar, tempat di mana udara nyaris tak ada, tapi masih dianggap bagian dari planet ini. Lantas, seberapa dekat lapisan ini dengan luar angkasa yang sesungguhnya?

Fakta uniknya, batas antara atmosfer Bumi dan luar angkasa ternyata tidak sejelas yang dibayangkan. Meski secara teknis astronot dianggap “di luar angkasa” saat melewati ketinggian 100 kilometer, atmosfer Bumi masih membentang jauh di atasnya. Di sinilah letak lapisan eksosfer, bagian paling luar dari atmosfer yang sering diabaikan. Nah, jika kamu penasaran bagaimana rasanya berada di ambang luar angkasa dan apa saja yang terjadi di sana, simak ulasan lengkapnya berikut ini!

1. Eksosfer lapisan paling luar dari atmosfer Bumi

ilustrasi Bumi di luar angkasa (pexels.com/Zelch Csaba)

Lapisan eksosfer merupakan layer atau lapisan atmosfer tertinggi yang membentang hingga ribuan kilometer. Disinilah atmosfer mulai bercampur dengan ruang antarbintang. Dilansir laman NASA Science, eksosfer memainkan peran penting bagi Bumi untuk respons cuaca antariksa. Cuaca antariksa yang dimaksud adalah perubahan kondisi di ruang angkasa yang disebabkan oleh aktivitas Matahari. Hal ini juga dapat memengaruhi kestabilan teknologi kita, mulai dari satelit orbit, sinyal komunikasi, hingga jaringan listrik di permukaan Bumi. Selama badai cuaca antariksa, eksosfer mengalami lonjakan energi besar dan membantu proses pemulihan Bumi dari gangguan tersebut. 

2. Ketinggiannya bisa mencapai 10.000 kilometer hingga lebih

ilustrasi lapisan terluar Bumi (pexels.com/SpaceX)

Eksosfer membentang dari 500 kilometer di atas permukaan hingga setidaknya setengah jalan menuju Bulan, dikutip dari NASA Science. Wilayah ini hampir seluruhnya terdiri dari hidrogen yang umumnya berasal dari metana atau air laut di Bumi, yang diuraikan oleh sinar matahari dan perlahan naik menuju wilayah transisi antara atmosfer dan ruang angkasa. Hidrogen kemudian bocor dari eksosfer dan bergabung dengan lautan ruang angkasa. Lapisan atmosfer yang selama ini jarang terjamah, tapi punya peran penting dalam melindungi Bumi dari efek rumah kaca antariksa.

3. Udara sangat tipis, hampir seperti di luar angkasa

ilustrasi lapisan atmosfer Bumi (pexels.com/Pixabay)

Lapisan udara di eksosfer sangatlah tipis sehingga tabrakan antara molekul dan atom gas atmosfer sangat jarang terjadi. Dilansir laman UCAR Center for Science Education, atom dan molekul gas di eksosfer bergerak mengikuti “lintasan balistik,” mirip dengan lengkungan gerak bola yang dilempar atau peluru meriam yang akhirnya melengkung kembali ke arah Bumi karena tarikan gravitasi. Sebagian besar partikel gas di eksosfer bergerak di sepanjang jalur, melengkung tanpa pernah bertabrakan dengan partikel lain, lalu melengkung kembali ke atmosfer bawah.

4. Benarkah tempat orbit satelit dan ISS?

ilustrasi ISS (pexels.com/SpaceX)

Meski eksosfer berada sangat tinggi, International Space Station (ISS) justru mengorbit di lapisan thermosfer, yang berada di bawah eksosfer. Hal ini dikarenakan lapisan stratosfer memiliki perbedaan tekanan yang berbeda dengan thermosfer. Lapisan thermosfer juga bebas dari awan dan uap air, sehingga tidak ada pembentukan cuaca seperti hujan dan salju. Peran thermosfer dalam pemantulan gelombang radio serta keberadaan ionosfer menjadikannya penting dalam bidang komunikasi dan navigasi. Jadi, ISS tidak sepenuhnya berada di luar angkasa, melainkan masih dalam lapisan atmosfer Bumi. 

5. Apakah manusia bisa bertahan di eksosfer?

ilustrasi astronot di luar angkasa (pexels.com/Pixabay)

Eksosfer sebagai lapisan terluar yang berbatasan langsung dengan luar angkasa, wilayah ini udara begitu tipis hingga hampir tidak ada molekul gas yang bisa dihirup. Artinya, manusia tidak akan mungkin bisa bertahan hidup di eksosfer tanpa bantuan alat khusus. Selain itu, tekanan udara begitu rendah membuat tubuh manusia akan mengalami kerusakan parah jika tidak terlindungi. 

Suhu di eksosfer juga sangat ekstrem. Ketika terkena sinar matahari langsung, suhu bisa sangat tinggi, tapi di sisi yang membelakangi matahari, suhunya bisa turun drastis hingga beku. Karena itu, untuk menjelajahi wilayah ini perlu ilmu pengetahuan dan teknologi canggih. 

Eksosfer bukan tempat yang ramah bagi kehidupan, tapi menjadi area penting bagi studi luar angkasa dan peluncuran satelit. Keberadaannya sangat penting dalam melindungi Bumi dan menghubungkan kita dengan luar angkasa. Semakin kita tahu, semakin kita bisa menghargai berapa luar biasanya planet tempat kita tinggal!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team