Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi dinosaurus
ilustrasi dinosaurus (unsplash.com/Amy-Leigh Barnard)

Intinya sih...

  • Dinosaurus mungkin selamat jika asteroid jatuh di laut dalam

  • Manusia hampir tidak mungkin ada jika dinosaurus tidak punah

  • Dinosaurus sulit berevolusi menjadi secerdas manusia

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sekitar 66 juta tahun yang lalu, sebuah asteroid yang ukurannya sekitar 15 kilometer menghantam Bumi. Dampak hantaman ini melepaskan energi yang setara dengan ledakan 10 miliar bom atom, menggelapkan langit, dan membuat seluruh rantai makanan di darat runtuh. Bencana ini melenyapkan 75 hingga 90 persen spesies yang ada, menyisakan hanya segelintir dinosaurus berbulu yang kini kita kenal sebagai burung.

Dinosaurus, yang telah menguasai Bumi selama ratusan juta tahun, akhirnya punah. Selanjutnya, Bumi dikuasai spesies-spesies mamalia, termasuk kita sebagai manusia. Namun, kamu mungkin pernah bertanya, apakah manusia akan ada jika dinosaurus tidak pernah punah? Apakah kehadiran Homo sapiens di Bumi ini tidak terhindarkan? Pertanyaan-pertanyaan ini ternyata telah lama diperdebatkan oleh ilmuwan yang memiliki berbagai pandangan. Berikut penjelasannya!

1. Dinosaurus mungkin selamat jika asteroid jatuh di laut dalam

ilustrasi asteroid menabrak bumi (Don Davis (work commissioned by NASA), Public domain, via Wikimedia Commons)

Dampak asteroid di Semenanjung Yucatan memicu serangkaian malapetaka global, mulai dari tsunami, hujan asam, hingga puing tebal yang menghalangi Matahari. Tanaman gagal berfotosintesis, yang secara efektif mematikan seluruh dasar rantai makanan di seluruh dunia. Suhu rata-rata Bumi pun turun drastis hingga 28 derajat Celsius, memicu musim dingin abadi yang mematikan.

Dilansir BBC, beberapa peneliti berpendapat bahwa jika benturan terjadi beberapa menit lebih awal atau terlambat, asteroid akan jatuh di lautan dalam Pasifik atau Atlantik. Benturan di lautan dalam ini mungkin membatasi pelepasan sedimen kaya belerang, sehingga bencana tidak akan se-global yang terjadi. Dalam skenario alternatif ini, beberapa dinosaurus besar mungkin akan bertahan dan melanjutkan eksistensi mereka.

Ahli paleontologi, Steve Brusatte, yakin dinosaurus masih perkasa, sukses, dan sangat beragam hingga saat-saat terakhir. Mereka telah beradaptasi selama 160 juta tahun terhadap berbagai perubahan iklim, termasuk letusan vulkanik besar. Artinya, jika mereka selamat dari asteroid ini, kemungkinan besar dinosaurus non-unggas akan masih eksis hingga sekarang.

2. Manusia hampir tidak mungkin ada jika dinosaurus tidak punah

patung manusia purba (Gary Todd from Xinzheng, China, CC0, via Wikimedia Commons)

Sebelum asteroid menghantam, dinosaurus memonopoli lingkungan mereka hingga akhir periode Kapur. Mereka telah berevolusi berulang kali menjadi herbivora aksasa, seperti Sauropoda, dan predator puncak, seperti T. rex. Saat itu, dinosaurus sukses menguasai hampir semua relung ekologi.

Sayangnya, mamalia yang hidup berdampingan dengan dinosaurus selama jutaan tahun, sebagian besar ukurannya tetap kecil dan hidup dalam bayang-bayang. Saat itu, mamalia kebanyakan hanya memakan serangga atau tanaman kecil dan muncul di malam hari untuk menghindari predator raksasa. Oleh karena itu, Brusatte berpendapat bahwa jika dinosaurus selamat, mamalia akan tetap seperti itu hingga jutaan tahun lagi.

Relung ekologi bagi mamalia besar, seperti gajah atau badak, tidak akan pernah terbuka. Profesor Paul Sereno dari University of Chicago mengatakan, manusia tidak akan pernah berevolusi di dunia yang dipenuhi dinosaurus non-unggas besar. Kita hanya bisa berevolusi di dunia yang telah dikuasai mamalia, yang mustahil tercipta tanpa kepunahan dinosaurus.

Selain itu, evolusi manusia, khususnya primata, adalah jalur yang unik dan jauh dari kata pasti. Dilansir The Conversation, ahli paleontologi, Nicholas R. Longrich menyatakan bahwa evolusi kita membutuhkan kombinasi peluang dan keberuntungan presisi, yang bahkan penuh tantangan walaupun dinosaurus telah tiada. Jadi, intinya, tanpa kepunahan dinosaurus, primata akan sangat kesulitan untuk tumbuh dan mendominasi, sehingga manusia hampir tidak akan mungkin untuk eksis.

3. Dinosaurus sulit berevolusi menjadi secerdas manusia

ilustrasi dinosauroid (Jim Linwood, CC BY 2.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/2.0>, via Wikimedia Commons)

Selanjutnya muncul pertanyaan lain, jika manusia tidak pernah ada, apakah akan muncul makhluk cerdas lain yang menguasai bumi? Apakah dinosaurus akan menjadi ilmuwan atau penjelajah ruang angkasa seperti manusia sekarang? Jawabannya terletak pada batasan biologis dan kecenderungan evolusioner yang sudah mereka miliki sejak awal.

Sepanjang sejarah, evolusi dinosaurus unggul dalam mengembangkan tubuh besar, tetapi mereka tidak terlalu fokus pada pengembangan otak besar. Walaupun ada tren peningkatan ukuran otak, otak T. rex hanya berbobot 400 gram setelah 80 juta tahun evolusi. Sebagai perbandingan, rata-rata otak manusia modern memiliki bobot sekitar 1,3 kilogram.

Pada tahun 1980-an, ahli paleontologi, Dale Russell, pernah mengajukan hipotesis tentang "dinosauroid," yaitu dinosaurus karnivora cerdas yang berevolusi menjadi pengguna alat, berjalan tegak, dan berotak besar. Dinosauroid ini didasarkan pada dinosaurus Troodon yang memang memiliki otak relatif besar. Namun, banyak ahli paleontologi lain menganggap ide dinosauroid ini terlalu antropomorfis atau menyerupai manusia, sehingga tidak realistis.

Di sisi lain, mamalia berulang kali mengembangkan otak yang masif, bahkan seukuran atau lebih besar dari otak manusia. Contohnya bisa kita lihat pada paus, gajah, dan kera. Walaupun keturunan dinosaurus, seperti burung beo dan gagak, hari ini menunjukkan kecerdasan cukup kompleks, mamalia-lah yang mengembangkan perilaku paling kompleks dan otak terbesar secara keseluruhan. Oleh karena itu, kecil kemungkinan dinosaurus akan berevolusi menjadi secerdas manusia.

4. Dinosaurus berisiko tetap punah di tangan manusia

ilustrasi manusia purba (Charles Robert Knight, Public domain, via Wikimedia Commons)

Meskipun kemungkinannya kecil, beberapa ahli berpendapat mamalia kecil seperti primata mungkin masih bisa bertahan dan berevolusi di antara dinosaurus. Mereka mungkin harus hidup di lingkungan pepohonan yang aman. Jika manusia purba berhasil muncul dalam skenario ini, mereka harus menghadapi predator seperti Dromaeosaurus (kerabat Velociraptor) dan Abelisauridae yang berbahaya.

Dr. Andy Farke berpendapat bahwa manusia mungkin akan baik-baik saja dalam skenario ini. Pasalnya, manusia terbukti sangat terampil dalam bertahan hidup berdampingan dengan hewan-hewan berbahaya. Manusia purba mungkin harus menciptakan tempat-tempat perlindungan yang sangat aman untuk bertahan hidup.

Dalam skenario ini, dinosaurus besar justru akan menghadapi ancaman baru, yaitu manusia itu sendiri. Sepanjang sejarah, manusia tercatat mampu memusnahkan megafauna melalui perburuan, perusakan habitat, dan perubahan iklim. Beberapa ahli meyakini dinosaurus besar akan tetap punah di tangan manusia, walaupun berhasil melewati bencana asteroid. Kemungkinan lain, dinosaurus hanya akan bertahan di cagar alam yang sangat luas, mirip seperti di film Jurassic Park.

Jadi, evolusi manusia modern memerlukan peluang yang luar biasa, didorong oleh sebuah peristiwa bencana yang membuka jalan bagi mamalia. Bencana asteroid menjadi salah satu domino yang menuntun pada keberadaan kita saat ini. Lantas, apakah manusia akan ada jika dinosaurus tidak pernah punah? Sejarah Bumi tentu akan sangat berbeda jika itu terjadi. Kemudian manusia, sebagai Homo sapiens yang kita kenal, mungkin tidak akan pernah ada.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team