Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Prajurit di era Perang Dunia Pertama dari Korps Layanan Angkatan Darat (ASC) yang sedang menjalani latihan anti-gas, di suatu tempat di Inggris. (commons.wikimedia.org/Imperial War Museum)
Prajurit di era Perang Dunia Pertama dari Korps Layanan Angkatan Darat (ASC) yang sedang menjalani latihan anti-gas, di suatu tempat di Inggris. (commons.wikimedia.org/Imperial War Museum)

Saat ini, pekerjaan manusia sangat terbantu sekali dengan adanya penemuan alat bantu rumah tangga, mesin pabrik, hingga teknologi canggih untuk kebutuhan militer. Jadi, bisa dibilang, penemuan hadir, karena adanya kesulitan dan manusia membutuhkannya untuk membantu segala jenis pekerjaan. Namun, penemuan juga tak sebatas peralatan rumah untuk memudahkan pekerjaan ibu rumah tangga, melainkan kebutuhan para tentara di medan perang.

Ada salah satu peralatan yang digunakan oleh tentara, pemadam kebakaran, ahli kimia, penambang, dan profesi lainnya yang lahir dari kebutuhan yang cukup mendesak dan juga mengerikan selama Perang Dunia I. Kamu bisa menyebutnya sebagai masker gas. Masker gas ini melindungi pemakainya dari gas beracun yang dapat melumpuhkan atau membunuh manusia. Masker gas ini lahir dari pahitnya Perang Dunia I, ketika gas klorin yang mematikan digunakan sebagai senjata pemusnah massal. Lalu, siapa penemu masker gas ini? 

1. Permasalahan gas mematikan di medan perang

Para prajurit dan penembak senapan mesin dari Belgia yang mengenakan masker gas pada masa awal Perang Dunia I. (commons.wikimedia.org/Photographer unknown)

Sebelum ditemukannya masker gas, satu-satunya cara bagi seorang prajurit di lapangan untuk melindungi dirinya dari gas yang mematikan adalah, dengan menggunakan kain yang dibasahi dengan urin atau air seni. Kain ini lalu digunakan untuk menutupi area hidung dan mulut. Meski agak menjijikkan, tapi cara ini cukup efektif untuk mencegah terhirupnya gas yang mematikan, sebagaimana yang dilansir University of Kansas Medical Center.

Setelah Pertempuran Ypres Pertama pada 1915, meski banyak tentara yang memakai masker urin, tapi masih banyak pasukan Sekutu yang tewas karena gas ini. Para pemimpin militer pun membutuhkan masker yang lebih sederhana, efektif, dan tidak ribet untuk mencegah gas klorin ini terhirup prajurit. Mereka pun menghubungi seorang ilmuwan kedokteran asal Skotlandia untuk membuat terobosan baru.

Ilmuwan Skotlandia itu kemudian mengembangkan solusi yang lebih baik. Ia mengajak putrinya yang masih remaja untuk menjadi asisten penelitiannya dan anggota tim penelitiannya sebagai kelinci percobaan. Nah, penelitian ini berhasil. Itu mengapa kita harus berterima kasih kepada John Scott Haldane, seorang ilmuwan Skotlandia yang menemukan cikal bakal masker gas.

2. John Scott Haldane direkrut ke medan perang

potret John Scott Haldane pada 1902 (commons.wikimedia.org/John Benjamin Stone)

Kamu harus tahu bahwa John Scott Haldane bukanlah ilmuwan biasa. Pasalnya, banyak peneliti yang menggunakan hewan untuk eksperimen mereka, tapi ilmuwan Skotlandia ini tidak. Haldane bereksperimen dengan dirinya sendiri. Ia memaparkan dirinya dengan gas yang mematikan di dalam sebuah ruangan khusus, menggunakan masker yang sedang ia uji coba. Lalu, ia mendokumentasikan apa saja yang terjadi pada pikiran dan tubuhnya.

Pada saat Perang Dunia I dan Pertempuran Ypres Pertama terjadi, seperti yang dilansir Smithsonian Magazine, John Scott Haldane merupakan pemimpin yang disegani di bidangnya. Ia sangat ahli dalam menangani masalah pernapasan, gas beracun, dan sejenisnya. Ia memang dikirim ke medan perang untuk mencari tahu jenis-jenis gas beracun yang digunakan musuh. Dengan demikian, Haldane akan mencari cara untuk mengatasinya.

John Scott Haldane awalnya mengamati kancing logam pada seragam tentara yang mengalami perubahan warna. Haldane menyimpulkan bahwa tentara-tentara itu tewas akibat gas klorin. Dari sinilah, ia mencari tahu apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya.

3. Cikal bakal penemuan masker gas modern

potret Kolonel Edward Frank Harrison, ahli kimia Perang Dunia I dan penemu cikal bakal masker gas (commons.wikimedia.org/Whatsthatpicture)

Seperti yang dijelaskan oleh Majalah Smithsonian, John Scott Haldane bereksperimen dengan dirinya sendiri dan beberapa sukarelawan. Sementara itu, putrinya yang masih remaja, Naomi, diminta untuk melakukan interferensi. Ditugaskan di pintu, Naomi diminta untuk menarik orang yang sakit akibat terpapar gas ke tempat yang aman, dan juga melakukan pertolongan pertama dengan memberikan napas buatan.

Ciptaan pertamanya dikenal sebagai Black Veil Respirator. Secara efektif, masker ini merupakan bantalan kapas yang direndam dalam natrium tiosulfat. Dipercaya, natrium tiosulfat akan menetralkan konsentrasi klorin dalam jumlah kecil. Sayangnya, hal ini tidak berhasil.

"Saya menggunakannya dalam paparan gas, setelah beberapa menit, kami tidak dapat bernapas karena menghirup gas," kata seorang prajurit yang menjadi sukarelawan. 

Terinspirasi dari karya John Scott Haldane, ilmuwan bernama Edward Harrison merancang Box Respirator, cikal bakal masker gas modern. Sama seperti Haldane, ia bereksperimen dengan dirinya sendiri. Sayangnya, Harrison terlalu banyak terpapar gas berbahaya ini selama penelitiannya. Akibatnya, ia meninggal dunia.

Perkembangan teknologi memungkinkan banyak negara bereksperimen dengan senjata mematikannya. Saat itu, Perang Dunia I sangat identik dengan senjata kimianya. Tak heran, jika banyak prajurit yang keracunan gas hingga akhirnya meninggal dunia. Tak ada yang menyadari betul jenis apa gas yang digunakan dan bagaimana cara mengatasinya hingga seorang ilmuwan datang untuk memberikan solusi, seperti kisah John Scott Haldane, yang jasanya sangat bernilai bagi dunia.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team