ilustrasi planet mars yang disebut sebagai planet merah (pixabay.com/Planet Volumes)
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature memodelkan secara tepat bagaimana keberadaan batuan ini dapat mengubah pemahaman kita tentang masa lalu Mars.
Penulis utama studi ini, Edwin Kite, seorang ilmuwan planet dari Universitas Chicago dan anggota tim Curiosity, mengatakan bahwa tampaknya ada titik-titik kesesuaian untuk kehidupan di beberapa waktu dan tempat.
Namun, oase-oase ini merupakan pengecualian daripada aturan umum. Di Bumi, karbon dioksida di atmosfer memanaskan planet. Dalam jangka waktu yang sangat lama, karbon terperangkap dalam batuan seperti karbonat.
Kemudian letusan gunung berapi melepaskan gas tersebut kembali ke atmosfer, menciptakan siklus iklim yang seimbang dan mendukung adanya air yang mengalir secara konsisten.
Namun, Mars memiliki laju pengeluaran gas vulkanik yang "lemah" dibandingkan dengan Bumi. Hal ini mengganggu keseimbangan, membuat Planet Merah jauh lebih dingin dan kurang ramah.