Mengenal Crocodilian Bermoncong Ramping, Ternyata Tak Cuma Buaya!

Crocodilian merupakan kelompok reptil semi akuatik yang terdiri atas buaya, kaiman, dan alligator. Sebagai reptil akuatik para crocodilian sangat suka memakan hewan-hewan air seperti bebek, krustasea, ular laut, moluska, kura-kura, sampai ikan. Alhasil untuk mendukung gaya hidupnya hewan ini juga mengembangkan berbagai adaptasi yang unik. Salah satu adaptasinya adalah moncong yang panjang, sempit, ramping, dan lurus.
Beberapa spesies punya moncong yang tidak terlalu panjang dan gigi yang besar, namun spesies lain justru punya moncong yang sangat panjang, ramping, dan gigi yang kecil. Moncong panjang dan ramping tersebut sangat berguna, khususnya untuk menangkap hewan air yang gesit dan licin seperti ikan. Setidaknya terdapat empat spesies crocodilian yang punya moncong panjang, ramping, dan lurus. Mereka adalah buaya moncong ramping afrika barat, buaya moncong ramping afrika tengah, gharial, dan buaya senyulong.
1. Kegunaan moncong panjang dan ramping
Secara umum semua spesies crocodilian seperti buaya, alligator, dan kaiman sudah dibekali moncong yang panjang. Namun tiap spesies punya bentuk dan ukuran moncong yang berbeda. Sebagai contoh, kaiman punya moncong yang lebih membulat dan datar. Di lain sisi moncong buaya dan alligator cenderung lebih panjang dan tebal. Perbedaan-perbedaan tersebut sangat wajar dan berhubungan dengan kebiasaan dan makanan tiap spesies.
Namun terkadang ada juga spesies crocodilian yang moncongnya sangat unik di mana mereka punya moncong ramping, sempit, sangat panjang, lurus, dan dibekali gigi yang lurus dan tajam. Kelihatannya memang aneh dan tidak proporsional, namun bentuk demikian justru memudahkan crocodilian untuk menangkap mangsa yang licin seperti ikan, jelas Smithsonian's National Zoo & Conservation Biology Institute. Hal tersebut sangat berbeda dari moncong datar dan tebal yang lebih cocok untuk memangsa hewan darat dan hewan berukuran besar.
2. Buaya moncong ramping afrika barat
Dilansir Animal Diversity Web, hewan dengan nama ilmiah Mecistops cataphractus ini bisa tumbuh hingga sepanjang 4 meter. Tubuhnya memanjang, tidak terlalu berotot, dan tentunya memiliki moncong panjang, lurus, dan gigi yang tajam. Hal ini agak berbeda dari buaya lain yang mana cenderung punya moncong panjang namun lebar dan tebal. Karena bentuk moncongnya ini buaya moncong ramping afrika tengah lebih suka memakan hewan kecil, seperti ikan, krustasea, mamalia kecil, atau burung.
Seperti namanya, reptil semi akuatik ini hanya bisa ditemukan di benua Afrika, tepatnya di Senegal, Tanzania, Angola, Zambia, Chad, Kamerun, Gabon, Liberia, dan Mauritania. Ia termasuk spesies buaya air tawar, alhasil habitat kesukaannya mencakup hutan, sungai, danau, dan rawa. Tak hanya itu, tercatat buaya ini juga mampu menyerang, melukai, bahkan membunuh manusia.
3. Buaya moncong ramping afrika tengah
Buaya ini punya beberapa kesamaan dengan buaya moncong ramping afrika barat. Pertama, keduanya sama-sama berasal dari genus Mecistops. Kedua, keduanya sama-sama endemik Afrika. Ketiga, keduanya sama-sama hidup di air tawar. Keempat, keduanya sama-sama punya moncong yang panjang dan ramping. Terakhir, kedua hewan ini sama-sama lebih suka memakan hewan kecil seperti ikan, reptil, dan krustasea.
Namun walau begitu reptil dengan nama ilmiah Mecistops leptorhynchus ini juga punya beberapa perbedaan dengan buaya moncong ramping afrika barat. Perbedaan tersebut dapat terlihat dari penyebarannya yang terpusat di wilayah Afrika Tengah, jelas iNaturalist. Tercatat, hewan sepanjang 3,5 meter ini dapat ditemukan di Kamerun, Equatorial Guinea, Gabon, Angola, Republik Afrika Tengah, Republik Kongo, dan Sudan Selatan.
4. Buaya senyulong
Tomistoma schlegelii atau buaya senyulong merupakan hewan endemik benua Asia dan dapat ditemukan di Malaysia, Sumatra, Jawa, dan Kalimantan, jelas Animalia. Sayangnya populasinya sangat terancam dan bahkan menjadi salah satu hewan yang dilindungi di Indonesia. Saat ini populasi buaya senyulong terus menurun dan hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal, seperti kerusakan habitat, pencemaran lingkungan, deforestasi, perburuan liar, dan penyebaran yang sempit.
Tak cuma itu, karena punya moncong yang ramping buaya senyulong juga kerap disebut sebagai false gharial atau gharial palsu. Gharial sendiri merupakan spesies crocodilian lain yang punya kekerabatan cukup dekat dengan reptil ini. Jika berbicara ukuran, buaya senyulong juga tak bisa dibilang kecil. Setidaknya hewan ini mampu tumbuh hingga sepanjang 5 meter dan bobotnya bisa mencapai 210 kilogram. Karena hal itu kamu harus berhati-hati jika bertemu reptil pemakan ikan ini.
5. Gharial
Jika membahas tentang crocodilian bermoncong ramping mungkin Gavialis gangeticus atau gharial jadi yang paling terkenal. Ia juga jadi yang paling mudah dikenali dengan tubuh yang besar, panjang, moncong yang sangat panjang, moncong yang sangat sempit, dan tonjolan besar di ujung moncongnya. Dibandingkan crocodilian lain gharial juga memiliki mata bulat, besar, dan menonjol. Alhasil perpaduan semua hal tersebut membuat semua orang bisa mengenali dan mengidentifikasi reptil ini.
Dilansir National Geographic, gharial punya penyebaran yang sempit karena hanya bisa ditemukan di beberapa sungai di India. Populasinya juga sangat sedikit sampai-sampai masuk ke kategori critically endangered atau sangat terancam. Jika hal ini terus dibiarkan maka crocodilian sepanjang 6 meter ini bisa punah dalam waktu dekat. Beberapa upaya konservasi yang dilakukan juga tidak terlalu membantu. Hal tersebut disebabkan karenanya kurangnya evaluasi dan monitoring secara berkala.
Setelah diulik ternyata ada beberapa spesies crocodilian yang punya moncong panjang, ramping, dan sempit. Secara umum moncong tersebut merupakan senjata untuk menangkap mangsa kecil nan licin seperti ikan, reptil, dan krustasea. Sayangnya beberapa spesies crocodilian bermoncong ramping punya populasi yang sangat terancam. Hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor, seperti perburuan liar, kerusakan habitat, sampai penyebaran yang sempit.