ilustrasi perempuan merasa kedinginan (pexels.com/Karolina Grabowska)
Bediding memang bukan fenomena langka yang berbahaya. Namun, fenomena tersebut berdampak pada kehidupan sehari-hari. Paling terasa tentu saja suhu dingin di sejumlah wilayah, bahkan di kawasan yang biasanya bersuhu tinggi. Lebih tepatnya, wilayah yang mengalami penurunan suhu berada di di bagian selatan khatulistiwa.
Deputi Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Guswanto, menjelaskan bahwa perubahan suhu bisa cukup terasa. Misalnya, suhu normal pada malam hari sekitar 21—23 derajat Celsius. Namun, saat bediding dapat mencapai 17—19 derajat Celsius.
Di sejumlah daerah dataran tinggi, seperti Dieng di Wonosobo dan kawasan Bromo, muncul pula fenomena embun upas. Suhu dingin saat musim kemarau ini membuat dua wilayah tersebut tampak berselimut salju.
Meski demikian, suhu dingin dan embun upas ini dikatakan tidak selalu indah. Kondisi tersebut bisa membuat tanaman menghitam dan mati seperti keracunan. Itu karena suhu dingin dapat membekukan jaringan pengangkut yang memengaruhi keseluruhan fungsi hidup tanaman.
Memasuki Juli yang merupakan puncak musim kemarau, kamu sudah merasakan apa itu fenomena bediding? Jangan lupa kenakan jaket, terutama saat pagi dan malam hari, ya. Perubahan suhu ini mungkin memengaruhi kesehatanmu, lho.
Referensi
"Mengenal Fenomena Udara Dingin 'Bediding'". BPBD Klaten. Diakses Juli 2025.
"Fenomena Udara Dingin (Bediding) Pada Musim Kemarau". BMKG Stasiun Klimatologi Sumatera Selatan. Diakses Juli 2025.