Apa Itu Sunspot yang Disebut Sebagai Pemicu Kemarau Basah?

Indonesia saat ini sedang mengalami fenomena kemarau basah yang mana pada musim kemarau masih sering hujan. Cuaca yang tidak lazim ini menimbulkan banyak pertanyaan penyebab di baliknya.
Salah satu faktor yang diduga turut berperan adalah aktivitas Matahari, khususnya sunspot. Lantas, apa itu sunspot dan bagaimana kaitannya dengan cuaca ekstrem seperti kemarau basah yang sedang terjadi di Indonesia? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.
Apa itu sunspot?
Sunspot adalah area gelap berukuran besar di permukaan Matahari yang tampak lebih dingin dibandingkan wilayah sekitarnya. Meskipun tampak gelap, ini bukan berarti sunspot tidak panas. Suhunya tetap tinggi, sekitar 3.500 derajat Celsius, tetapi lebih rendah dari suhu lapisan fotosfer di sekitarnya yang mencapai sekitar 5.500 derajat Celsius. Perbedaan suhu inilah yang membuat sunspot tampak lebih gelap jika diamati.
Sunspot terbentuk akibat konsentrasi kuat medan magnet Matahari yang menghambat aliran panas dari dalam Matahari ke permukaan. Area sunspot sering kali menjadi titik awal munculnya gangguan besar seperti solar flare (ledakan Matahari) dan coronal mass ejection (CME) yang bisa memancarkan energi dalam jumlah besar ke ruang angkasa.
Jumlah dan intensitas sunspot berubah-ubah secara berkala mengikuti siklus Matahari yang berlangsung sekitar 11 tahun. Saat jumlah sunspot meningkat, aktivitas Matahari secara keseluruhan juga cenderung meningkat. Aktivitas ini dapat memengaruhi kondisi cuaca di Bumi.
Perlu digarisbawahi juga, sunspot tak hanya menjadi objek studi penting dalam astronomi. Namun, juga memiliki dampak nyata terhadap kehidupan dan iklim di Bumi.
Hubungan sunspot dengan kemarau basah

Fenomena kemarau basah tidak hanya dipengaruhi oleh pola iklim global seperti El Niño, La Niña, dan Indian Ocean Dipole (IOD). Menurut Sonni Setiawan, S.Si, M.Si, ahli meteorologi dari IPB, salah satu faktor penting yang ikut memengaruhi kondisi ini adalah aktivitas Matahari, khususnya sunspot.
Sonni menjelaskan bahwa saat aktivitas sunspot meningkat, saat ini sedang mencapai puncaknya sejak 2024 dan masih aktif pada 2025, Matahari memancarkan lebih banyak partikel energi tinggi seperti sinar kosmik. Partikel ini dapat mempercepat proses kondensasi di atmosfer, meningkatkan pembentukan awan, dan memperbesar peluang hujan deras, bahkan pada musim kemarau.
Tak hanya itu, sunspot juga memperbesar gradien potensial listrik dalam awan. Akibatnya, hujan yang turun sering disertai petir. Kombinasi ini menjelaskan mengapa curah hujan meningkat secara signifikan meskipun berada pada periode yang seharusnya kering. Selain sunspot, fenomena atmosfer lain seperti Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan gelombang Rossby turut memperkuat hujan ekstrem dalam jangka pendek.
Dampak sunspot terhadap Bumi
Aktivitas sunspot tidak hanya memengaruhi cuaca luar angkasa, tetapi juga bisa berdampak langsung ke Bumi. Sunspot sering kali berkaitan dengan peristiwa Matahari lainnya seperti solar flare (ledakan energi tiba-tiba) dan coronal mass ejection (CME) atau lontaran plasma panas ke luar angkasa. Peristiwa ini dapat memicu badai geomagnetik yang mengganggu sistem komunikasi radio, sinyal GPS, hingga jaringan listrik di beberapa wilayah.
Salah satu contoh nyata terjadi pada 1989 saat puncak siklus Matahari. Energi dari Matahari menyebabkan lonjakan arus listrik yang merusak sistem pembangkit listrik Hydro-Quebec di Kanada. Akibatnya, lebih dari 6 juta orang di Kanada dan AS mengalami pemadaman listrik selama 9 jam. Selain itu, aktivitas sunspot juga bisa meningkatkan risiko kesehatan bagi astronot dan penumpang pesawat di ketinggian tinggi karena peningkatan radiasi.
Meski begitu, sunspot juga bisa membawa manfaat. Misalnya, meningkatkan penerimaan sinyal radio gelombang pendek karena radiasi Matahari yang lebih tinggi membuat gelombang ini dipantulkan kembali ke Bumi oleh atmosfer. Sementara itu, dugaan hubungan antara sunspot dan perubahan iklim masih dalam kajian ilmiah. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa minimnya aktivitas sunspot pada abad ke-17 bertepatan dengan suhu ekstrem dingin di Eropa dan Amerika Utara. Namun, belum bisa dipastikan apakah keduanya berkaitan secara langsung.
Jadi, sekarang kamu tahu apa itu sunspot dan kenapa fenomena ini bisa bikin cuaca di Bumi jadi tidak menentu. Menarik sekali, ya, ternyata aktivitas pada Matahari bisa berdampak langsung ke kehidupan kita di Bumi.
Referensi
"The Sun and Sunspots". National Weather Service. Diakses Juni 2025.
"Sunspots and Solar Flares". NASA Science Space Place. Diakses Juni 2025.
"Sunspots: What Are They, and Why Do They Occur?". Space. Diakses Juni 2025.
"Sunspots". NASA. Diakses Juni 2025.
"How Sunspots Work". How Stuff Works. Diakses Juni 2025.
"Bukan La Niña atau IOD, Ahli Meteorologi IPB University Sebut Aktivitas Sunspot Jadi Biang Kemarau Basah". IPB University. Diakses Juni 2025.