Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi tanuki (commons.wikimedia/Марина Садыкова)
ilustrasi tanuki (commons.wikimedia/Марина Садыкова)

Intinya sih...

  • Tanuki, hewan endemik Jepang dengan asal-usul kuno dan karakteristik unik, seperti omnivora sejati dan kemampuan hibernasi.

  • Dalam mitologi Jepang, tanuki menjadi sosok nakal yang pandai berubah bentuk, tetapi juga dihormati sebagai simbol keberuntungan.

  • Sebagai ikon budaya Jepang, tanuki dikenal sebagai lambang rezeki dan keberuntungan, terutama melalui patung-patungnya yang sering dipajang di toko dan rumah.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bayangkan seekor makhluk yang bukan sekadar penghuni hutan-hutan Jepang, tapi juga penyimpan rahasia mistis penuh keajaiban dan tingkah lincah yang menggelitik. Inilah tanuki, si anjing rakun khas Negeri Sakura yang selama berabad-abad menjadi bintang dalam cerita rakyat, lambang keberuntungan, dan sumber inspirasi budaya yang memikat.

Apakah tanuki hanya hewan biasa ataukah sosok legenda hidup dengan keajaiban tersembunyi? Ayo, kita jelajahi bersama dunia tanuki yang penuh misteri dan pesona menawan.

1. Asal-usul hewan tanuki

ilustrasi tanuki (commons.wikimedia/Ryzhkov Sergey)

Tanuki, si penjelajah malam berbulu tebal, sekilas mirip seperti rakun padahal ia lebih dekat dengan anjing, serigala, dan rubah. Secara ilmiah bernama Nyctereutes procyonoides, hewan ini merupakan subspesies asli Jepang yang dikenal sebagai anjing rakun Jepang.

Dalam dunia bilogi, tanuki tergolong spesies kuno dalam keluarga Canidae, menyerupai leluhur awal anjing modern. Fosilnya telah ditemukan di Jepang sejak zaman Pleistosen, sekitar 2,5 juta tahun silam. Tanuki aktif di malam hari, makan apa saja yang ditemui alias omnivora, dan mudah dikenali dari bulunya yang panjang serta wajahnya yang seperti topeng.

2. Karakteristik unik tanuki

ilustrasi tanuki (commons.wikimedia/663highland)

Tanuki, makhluk mungil yang sering disangka rakun ini adalah omnivora sejati. Mereka suka sekali menyantap biji-bijian renyah, katak kecil, kadal lincah, hingga tikus-tikus kecil yang tidak waspada. Dalam urusan percintaan, tanuki termasuk golongan yang setia. Mereka hidup berpasangan seumur hidup, seperti kisah cinta dalam dongeng, dan sering terlihat membentuk kelompok kecil yang hangat. Hebatnya lagi, si jantan bukan cuma pajangan, ia aktif ikut mengasuh anak-anaknya seperti menjaga dan menyuapi layaknya ayah super.

Tanuki termasuk hewan khas Jepang yang dibekali karakteristik unik. Jangan berharap mereka akan menggonggong seperti anjing biasa. Tanuki punya gaya sendiri, suaranya lebih mirip rubah yang tinggi, tajam, dan penuh ekspresi. Saat sedang senang, mereka biasanya mendengking pelan, mirip suara tawa kecil. Tapi kalau marah? Hati-hati! Mereka bisa menggeram rendah, cukup untuk membuat lawan berpikir dua kali sebelum mendekat.

Hal unik lainnya dari tanuki adalah mereka bisa hibernasi. Saat hawa dingin mulai menusuk tulang, mereka berubah jadi pengumpul makanan yang rakus, mengisi tubuh dengan cadangan lemak yang cukup untuk tidur panjang. Metabolisme mereka bisa turun drastis hingga 25% lebih lambat.

Saat salju mulai turun, tanuki tidak hanya tidur sendiri-mereka sering berhibernasi sambil berpelukan dengan pasangan atau teman satu kelompok, menciptakan gundukan kehangatan di tengah alam yang membeku.

3. Tanuki dalam mitologi dan cerita rakyat Jepang

ilustrasi tanuki (commons.wikimedia/Chris Hamby)

Bayangkan seekor makhluk dari hutan Jepang yang bukan hanya hewan biasa, tapi juga penyihir ulung dalam cerita rakyat—itulah tanuki. Di dunia nyata, tanuki adalah anjing rakun Jepang yang lucu dan gesit, tapi dalam mitologi, ia berubah menjadi sosok nakal dan penuh keceriaan dengan kemampuan ajaib untuk berubah wujud. Tanuki bisa menyamar menjadi manusia, binatang lain, bahkan benda-benda seperti pohon atau batu, berkeliling menipu dan mengerjai orang dengan jenaka yang menggelitik.

Sosok tanuki selalu identik dengan keceriaan dan keusilan yang tak berbahaya. Mereka senang bermain-main, berkelakar pada pendatang, atau mencuri uang sebagai lelucon. Wajahnya yang lucu dengan perut bundar, senyum lebar, dan topi kecil jadi gambaran khas, ditambah cerita unik tentang skrotumnya yang besar yang dulu dipercaya memiliki kekuatan ajaib—dari legenda yang mengisahkan kulit tanuki dipakai untuk membuat lembaran emas yang bisa meluas.

Cerita tentang tanuki sudah tertulis sejak abad ke-8 dalam buku kuno Nihon Shoki, memperkuat perannya sebagai makhluk magis dan roh hutan di Jepang. Kini, patung-patung tanuki menghiasi pintu restoran, toko, dan kuil, dipercaya membawa keberuntungan, melindungi dari malapetaka, dan menyebarkan aura bahagia ke siapa saja yang melihatnya. Tanuki bukan cuma hewan, melainkan sahabat mistis yang menghubungkan dunia nyata dan dunia fantasi Jepang.

Beberapa cerita rakyat yang populer di Jepang adalah Periuk Bunbuku (Bunbuku Chagama) yang merupakan dongeng populer dari Jepang yang mengisahkan tentang seekor tanuki yang penuh rasa terima kasih. Serta kisah kisah Gunung Kachi-Kachi yang menampilkan sisi gelap tanuki.

4. Tanuki sebagai ikon budaya dan simbol kekayaan Jepang

ilustrasi patung tanuki (commons.wikimedia/pang yu liu)

Tanuki sudah lama dikenal sebagai simbol kuat dalam budaya Jepang, sekaligus lambang rezeki dan keberuntungan. Di era modern, patung-patung tanuki yang mudah dikenali dengan perut buncit, senyum lebar, dan topi kecil sering ditemukan di depan toko, restoran, atau rumah, dipercaya membawa keberkahan dan kemakmuran.

Lebih dari sekadar bentuknya yang unik, setiap bagian patung tanuki menyimpan makna mendalam—topi yang melindungi dari bahaya, mata besar yang menggambarkan kewaspadaan, perut yang besar sebagai tanda kemurahan hati, serta botol sake yang melambangkan rasa syukur.

Popularitas tanuki sebagai pembawa keberuntungan juga berasal dari seni keramik tradisional di desa Shigaraki, Prefektur Shiga. Di sana, figur tanuki dibuat dengan desain yang menggambarkan delapan lambang keberuntungan, yang dikenal sebagai Hassou Engi. Kesuksesan figur ini semakin dikenal luas setelah kunjungan Kaisar Showa pada tahun 1951. Sejak saat itu, patung tanuki menjadi jimat favorit yang dipercaya dapat mendatangkan berkah dalam urusan bisnis serta menciptakan keseimbangan antara manusia dan alam.

Selain dikenal sebagai simbol kesuksesan dan kemakmuran, tanuki juga diperingati melalui festival tahunan yang menonjolkan sifatnya yang ceria dan pintar bermain trik. Festival ini menghidupkan semangat kebahagiaan, keberuntungan, dan kesuburan dalam budaya Jepang.

Pada dasarnya, tanuki menggambarkan perpaduan antara mitos dan tradisi yang menjadi lambang kekayaan tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga keberuntungan dan keharmonisan sosial di tengah masyarakat Jepang.

5. Fakta-fakta unik tentang tanuki

ilustrasi tanuki (commons.wikimedia/Pkuczynski)

Sebagai makhluk unik yang menggabungkan kenyataan dan mitos, menjadi ikon budaya Jepang yang kaya akan kisah dan simbolisme. Hewan ini tidak hanya dikenal sebagai anjing rakun asli Jepang, tetapi juga dihormati sebagai makhluk ajaib dengan kemampuan berubah bentuk dan sifat nakal yang menghibur. Berikut adalah fakat-fakta unik seputar tanuki:

  • Tanuki termasuk famili Canidae, satu keluarga dengan serigala, rubah, dan anjing peliharaan.

  • Tanuki dikenal sebagai makhluk iseng yang pandai berubah bentuk untuk mengelabui manusia, tampil ceria dan licik.

  • Tanuki terkenal dengan skrotumnya yang sangat besar, yang dipercaya memiliki kekuatan magis.

  • Tanuki termasuk yōkai, yaitu makhluk gaib dalam cerita Jepang.

  • Tanuki hidup bersama pasangannya atau kelompok kecil, bukan sendirian.

  • Patung tanuki dengan ciri khas perut buncit dan topi kecil banyak dipajang di depan toko dan rumah sebagai pembawa rezeki dan perlindungan.

Itu dia penjelasan seputar tanuki sebagai hewan endemik Jepang yang menyimpan cerita panjang. Tanuki memang lebih dari sekadar hewan biasa; ia adalah sosok penuh keajaiban dan cerita yang menghidupkan imajinasi serta budaya Jepang. Dengan kelucuan, kepintaran, dan simbol keberuntungannya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team