ilustrasi penularan tawa (pexels.com/Kampus Production)
Tertawa adalah bahasa universal semua manusia, dan hal luar biasanya adalah tertawa terjadi tanpa disadari. Para peneliti mengatakan bahwa kebanyakan tawa bukanlah tentang humor, namun tentang hubungan manusia atau ketika manusia berada dalam situasi sosial.
Seorang peneliti Robert Provine, Ph.D. dari University of Maryland membuat penelitian berdasarkan kapan dan mengapa orang tertawa. Dia dan beberapa rekannya pergi ke mal lokal dan trotoar kota, dan mencatat apa yang terjadi tepat sebelum orang tertawa. “Selama periode 10 tahun, kami mempelajari lebih dari 2.000 kasus tawa yang terjadi secara alami”, ungkap Robert Provine, Ph.D.
Dikutip dari NBC News, Robert Provine melanjutkan demikian, “Kami menemukan bahwa kebanyakan tawa tidak mengikuti lelucon. Orang-orang tertawa setelah berbagai pernyataan seperti, ‘Hai John, dari mana saja kamu?’ ‘Hai, Mary’, ‘Bagaimana hasil ujianmu?’ dan ‘Apakah Anda punya karet gelang?’. Tentu saja ini bukan lelucon.”
“Kami tidak memutuskan untuk menertawakan momen-momen ini. Otak kita membuat keputusan untuk kita. ‘Ha ha ha’ yang aneh ini adalah bagian dari perekat sosial yang mengikat hubungan”, kata Robert Provine.
Dari sudut pandang evolusi, manusia sebenarnya berkali-kali lebih mungkin tertawa ketika berada dalam situasi sosial, dan tawa dianggap menular karena kita secara bawaan memiliki empati sebagai spesies. Pun demikian, otak kita melepaskan endorfin saat kita tertawa, dan bahan kimia ini membantu kita merasa aman dan nyaman.
Well, sampai saat ini memang belum ada yang bisa membuktikan secara mutlak mengenai misteri pada tubuh manusia di atas. Kendati banyak penelitian yang berusaha memecahkan dan membuktikannya, namun para ilmuwan masih saling menyangkalnya.