Pada 28 Februari 1986, Perdana Menteri Swedia Olof Palme ditembak di jalanan Stockholm setelah keluar dari gedung bioskop. Dia dan istrinya, Lisbet, baru saja menonton komedi Bröderna Mozart (The Mozart Brothers), tanpa penjagaan.
Meskipun penyelidikannya dilakukan selama beberapa dekade, dengan total 90.000 orang, 10.000 tersangka yang diwawancarai, 4.000 kendaraan yang diperiksa, 134 orang yang secara pribadi mengakui kejahatan tersebut, dan 29 petugas polisi yang terlibat, tulis laporan CNN, si pembunuh masih buron. Lisbet sendiri meninggal pada 2018, dan tanpa pernah mengetahui siapa yang membunuh suaminya.
Selama 35 tahun, Swedia dihantui oleh pembunuhan misterius Palme, seperti halnya yang terjadi pada John F. Kennedy. Akibatnya, kematian Palme dihampiri banyak teori konspirasi tak berujung dan pihak yang diduga bersalah, seperti militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), perusahaan senjata Swedia Bofors, atau keterlibatan Palme terkait dengan "drama keluarga" yang melibatkan putranya Mårten, dan pemerintah Afrika Selatan, yang diduga membalas dendam terhadap Palme yang sangat anti-apartheid, ungkap Library of Congress.
Poin terakhir ini adalah kunci untuk memahami spekulasi seputar kematian Palme. Palme sangat progresif, dan menentang tidak hanya apartheid Afrika Selatan (segregasi) orang kulit hitam dan kulit putih, tetapi seluruh Perang Dingin, termasuk keterlibatan AS di Vietnam, dan hampir semua tindakan kekerasan pemerintah di seluruh dunia. Mari kita ulas sejarah kematiannya.