Rekonstruksi wajah Firaun Amenhotep III (Moraes et al., Clinical Anatomy (2024), Courtesy of Cícero Moraes)
Untuk menciptakan kembali kemiripan sang raja, para peneliti mengandalkan catatan yang dibuat oleh ahli anatomi Australia, Grafton E. Smith, yang pertama kali mempelajari mumi tersebut pada tahun 1905.
Setelah melakukan referensi silang data ini dengan foto-foto jenazah, para peneliti menemukan bahwa Smith salah mencatat panjang tengkorak sebagai 194 milimeter (7,6 inci), padahal panjang tengkorak tersebut hanya 174 milimeter (6,85 inci).
Smith juga mengukur jarak antara mata Amenhotep III, dimensi rongga matanya, lebar hidungnya, dan berbagai fitur penting lainnya—yang semuanya memungkinkan para peneliti untuk membuat model tengkorak firaun yang akurat.
Pemindaian tomografi terkomputerisasi dari individu yang masih hidup kemudian ditumpangkan di atasnya untuk menentukan jaringan lunak, sehingga menghasilkan rekonstruksi penuh dari wajah kuno tersebut.
Karena model yang dihasilkan ini tidak menyertakan informasi tentang gaya atau warna rambut Amenhotep III, bentuk bola matanya, atau warna kulitnya, para penulis studi mempublikasikan sebuah gambar "obyektif" tanpa rambut, mata tertutup, dan warna abu-abu.
Gambar kedua yang lebih artistik juga dibuat, kali ini menampilkan versi firaun yang berambut dan bermata terbuka, penuh warna, lengkap dengan pakaian kerajaan yang sesuai dengan periode di mana ia hidup.