Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi hutan (pexels.com/Killie)
Ilustrasi hutan (pexels.com/Killie)

Intinya sih...

  • Pohon pinus memiliki akar yang kuat dan mampu mengikat tanah, sehingga efektif mencegah longsor di daerah pegunungan.

  • Pohon sawit memiliki sistem akar yang dangkal dan kurang mampu mengikat tanah, sehingga meningkatkan debit banjir hingga 40%.

  • Pohon pinus lebih efektif dalam menjaga keseimbangan air dan kestabilan lereng daripada pohon sawit, meskipun pohon sawit lebih produktif secara ekonomi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Pohon sawit akhir-akhir ini tengah menjadi perbincangan hangat di tengah bencana alam banjir yang menimpa beberapa wilayah. Memang sama-sama pohon, tapi perlu diketahui bahwa tidak semua jenis pohon efektif menangkal banjir maupun longsor.

Antara pohon pinus yang berdiri kokoh dan pohon sawit yang menjulang tinggi, manakah yang sebenarnya lebih dibutuhkan hutan untuk mengantisipasi bencana alam? Yuk, kita cari tau jawabannya pada artikel ini!

Karakteristik pohon pinus beserta keunggulannya

Hutan pinus (commons.wikimedia/Adyagustian)

Pinus merupakan tanaman perdu dengan tinggi mencapai 40 meter. Batangnya berbentuk silinder, kokoh, dan tegak lurus, serta terdapat guratan dengan tekstur putaran yang teratur.

Pada bagian akarnya merupakan akar tunggang yang memiliki banyak cabang. Kekuatan akar pinus tidak usah diragukan lagi, akar-akar ini mampu mencengkram tanah sangat kuat. Didukung struktur akar yang kokoh, sehingga mampu mengikat tanah di sekitarnya dan mengurangi kemungkinan erosi.

Akar pinus terus tumbuh membentuk banyak cabang. Semakin tua usia pohon pinus, maka akarnya akan menjalar semakin luas dan menjangkau lebih dalam penyerapan air. Oleh karena itu, pohon pinus harus ditanam dengan jarak antar pohon yang jauh, demi akar-akarnya berkembang dengan baik.

Pohon pinus tumbuh subur di tanah asam yang berpasir dan gampang menyerap air. Biasanya ditemukan di kawasan hutan dataran tinggi bersuhu 18⁰ C hingga -3⁰ C. Pohon pinus tetap tumbuh meskipun mengalami perubahan cuaca ekstrem. Bahkan setelah terjadinya kebakaran hutan, pohon pinus tetap akan tumbuh dengan baik. Sementara itu, pohon yang sudah dewasa dapat beregenerasi dengan cepat.

Keberadaan pohon pinus sangatlah berarti bagi hutan. Pohon ini mampu bertahan hidup selama 100 hingga 1000 tahun lamanya. Di Indonesia sendiri pohon pinus tersebar di hutan Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan seluruh Pulau Jawa.

Bisa dibilang pinus adalah penyelamat hutan. Dalam hal kegiatan reboisasi, pinus adalah pohon yang paling direkomendasikan dan menjadi primadona. Lebih dari itu, pohon pinus biasanya juga dimanfaatkan bagian kayunya untuk diproduksi menjadi perabotan rumah. Getah pohon pinus juga bermanfaat untuk dibuat campuran cat, tinta, dan vernis.

Karakteristik pohon sawit beserta keunggulannya

Pohon sawit (commons.wikimedia/Wagino)

Pohon kelapa sawit merupakan tanaman tropis yang asalnya dari Afrika Barat dan Amerika Tengah. Pohon sawit tumbug menjulang tinggi dengan batang tegak lurus, daun panjang seperti bulu-bulu ayam. Tinggi pohon sawit umumnya 20-30 meter dan umur produktifnya kisaran 25-30 tahun.

Akar pohon sawit membentuk serabut tanpa akar tunggang. Dimulai dari akar primer yang keluar dari pangkal batang dengan diameter 5-10 mm, tumbuh vertikal dan horizontal hingga 20 meter. Akar primer kemudian bercabang menjadi akar sekunder, yang menyebar sejajar permukaan air dan tanah.

Akar primer dan sekunder bertugas menyangga batang supaya tetap kokoh dan stabil. Sementara itu, akar tersier dan kuarter yang dangkal hanya mencapai 60 cm dari permukaan tanah, bertugas menyerap air dan nutrisi.

Pohon sawit unggul dalam produksi minyak nabati. Diperkirakan mampu menghasilkan 4,17 ton per hektar per tahun. Pohon sawit juga berkontribusi dalam lingkungan dengan menyerap CO2 lebih banyak dan menyimpan karbon seiring umur pohon.

Perbandingan dalam menahan banjir dan longsor

Hutan pinus (commons.wikimedia/Krzysztof Ziarnek, Kenraiz)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Pohon pinus mengunggulkan kekuatan akar yang kuat mengikat tanah. Akar-akar ini tumbuh menjalar kuat hingga mencengkram lapisan tanah. Sehingga mampu meningkatkan kekuatan geser tanah dan mencegah terjadinya longsor di daerah pegunungan.

Terutama setelah hujan deras tiba, akar pohon pinus ibarat jaring pengikat yang menstabilkan lereng. Lebih dari itu, pinus termasuk pohon evergreen (daunnya tetap hijau dan berfungsi sepanjang tahun), hal ini membuat pinus memiliki evapotranspirasi tinggi dari curah hujan, menyerap kelebihan air, dan menurunkan tekanan pori tanah yang berpotensi terjadinya longsor.

Sementara itu pohon kelapa sawit memiliki sistem akar yang dangkal dan kurang mampu mengikat tanah seperti pohon pinus. Pohon sawit justru menyebabkan air langsung jatuh ke tanah dan meningkatkan debit banjir hingga 40%. Jadi, bisa dibilang akar yang dangkal inilah menyebabkan pohon sawit kurang efektif untuk mencegah banjir maupun tanah longsor.

Itu dia perbandingan antara pohon pinus dan pohon sawit dalam mengatasi banjir atau tanah longsor. Dapat disimpulkan, jika pohon sawit memang produktif dari segi ekonomi namun lemah di zona bencana. Sebaliknya, pinus lebih mampu menjaga keseimbangan air dan kestabilan lereng. Jadi, meskipun keduanya sama-sama pohon bukan berarti mampu mengatasi banjir dan longsor, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team