5 Pohon Pencegah Banjir yang Wajib Ditanam

- Trembesi (Albizia saman): Pohon Raksasa dengan Daya Serap Spektakuler
- Bambu (Bambusoideae): Sistem Perakaran Serabut yang Menahan Erosi
- Beringin (Ficus benjamina): Sang penjaga tebing dengan akar gantungnya
Banjir yang terjadi berulang kali di berbagai wilayah Indonesia bukan hanya sekadar persoalan curah hujan tinggi, melainkan juga akibat hilangnya "penyerap air" alami.
Dalam konteks ini, pemilihan vegetasi yang tepat menjadi solusi jangka panjang yang efektif. Berikut adalah 5 jenis pohon dengan kemampuan ekologis luar biasa yang dapat menjadi pahlawan dalam mencegah banjir berkelanjutan.
1. Trembesi (Albizia saman): Pohon Raksasa dengan Daya Serap Spektakuler

Dikenal juga sebagai Ki Hujan atau Pohon Hujan, Trembesi merupakan champion dalam menyerap air tanah. Data penelitian menunjukkan bahwa satu pohon Trembesi dewasa mampu menyerap hingga 900 liter air per hari.
Sistem perakarannya yang luas dan dalam (baik akar tunggang maupun serabut) berfungsi seperti jaringan pipa alami yang membuka pori-pori tanah, memungkinkan air hujan meresap cepat ke dalam akuifer.
Kanopinya yang sangat lebar (bisa mencapai 40 meter) juga membantu mengurangi dampak erosif dari hujan deras sebelum menyentuh tanah. Kelebihannya yang toleran terhadap lahan kritis membuatnya ideal untuk ditanam di area yang sudah terdegradasi.
2. Bambu (Bambusoideae): Sistem Perakaran Serabut yang Menahan Erosi

Sering diremehkan, bambu sebenarnya adalah insinyur ekologi yang handal. Sistem perakaran serabutnya yang rapat dan saling terhubung (rhizoma) membentuk jaring raksasa di dalam tanah.
Jaringan akar ini secara fisik mengikat partikel tanah, sehingga sangat efektif mencegah erosi dan tanah longsor di tebing-tebing sungai dan lereng curam.
Kemampuannya menyerap dan menyimpan air juga sangat baik. Sebagai tanaman yang tumbuh cepat dan dapat dipanen secara berkelanjutan, bambu menawarkan solusi hijau yang sekaligus bernilai ekonomis, cocok untuk program reboisasi skala besar.
3. Beringin (Ficus benjamina): Sang penjaga tebing dengan akar gantungnya

Pohon yang kerap dikeramatkan ini memiliki peran ekologis yang sangat nyata. Akar tunggangnya yang kuat mampu menembus lapisan tanah dalam, sementara akar gantungnya yang lebat berubah menjadi batang baru yang kokoh saat menyentuh tanah.
Struktur unik ini menciptakan semacam "dinding hidup" yang menstabilkan tebing-tebing sungai dan lereng bukit dari risiko longsor. Kemampuannya menyerap air hujan melalui kanopi dan sistem akarnya yang kompleks menjadikannya penjaga DAS (Daerah Aliran Sungai) yang andal. Keberadaannya di tepian sungai dapat mengurangi sedimentasi yang memicu pendangkalan dan banjir.
4. Johar (Senna siamea): Pohon keras yang tahan kekeringan dan penyerap air andal

Johar adalah pohon lokal yang sangat adaptif dan tangguh. Meski daunnya tidak selebat Trembesi, sistem perakarannya yang dalam dan kuat membuatnya efisien dalam menembus lapisan tanah kedap air, sehingga menciptakan jalur resapan bagi air hujan.
Keunggulan utamanya adalah ketahanannya terhadap kondisi lahan kering dan kurang subur, membuatnya menjadi pilihan tepat untuk revegetasi di area yang sudah rusak. Pertumbuhannya yang relatif cepat dan kayunya yang bernilai ekonomis menambah daya tariknya sebagai investasi lingkungan jangka panjang yang berkelanjutan.
5. Sukun (Artocarpus altilis): Penahan Erosi yang Menghasilkan Pangan

Pohon Sukun menawarkan solusi ganda yaitu pencegah banjir sekaligus penghasil pangan. Daunnya yang lebar dan lebat efektif menahan energi tumbukan air hujan, mengurangi dampak erosinya.
Sistem perakarannya yang luas dan dalam membantu memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan laju infiltrasi air. Sebagai pohon yang menghasilkan buah karbohidrat sebagai alternatif pangan, kehadirannya mendukung ketahanan pangan masyarakat.
Penanaman Sukun di pekarangan atau lahan komunitas dapat menjadi langkah praktis adaptasi perubahan iklim yang langsung terasa manfaatnya.


















