Pada tahun 1800-an imigran Jerman membawa tradisi tersebut ke Inggris. Sayangnya, masyarakat umum tidak begitu saja mengadopsinya, begitu pula dengan para pemuka agama Kristen.
Baru kemudian pada tahun 1840 setelah ratu Victoria dan suaminya, pangeran Albert asal Jerman mengadakan perayaan natal dengan menghadirkan pohon cemara lengkap berserta pernak-perniknya. Hal itulah yang menginspirasi masyarakat Inggris pada umumnya untuk meniru tradisi serupa.
Sedangkan, di Amerika tradisi tersebut baru masuk sekitar abad ke-19. Bermula dari perintah presiden Franklin Pierce untuk menaruh pohon natal di dalam gedung putih selama tahun 1850-an.
Kemudian pada tahun 1923 diikuti oleh presiden Colvin Coolidge yang mengadakan upacara perayaan Natal nasional yang menghadirkan pohon natal lengkap dengan aksesoris serta pernak-pernik. Sejak itulah masyarakat Amerika Serikat selalu membuat ataupun menghadirkan pohon natal di setiap perayaan.
Akhirnya, kemudian menyebar ke berbagai negara di seluruh dunia serta menjadi tradisi, khususnya bagi umat Kristen. Termasuk pula di Indonesia yang seolah tanpa pohon natal tidak 'afdhol'.