Benito Mussolini menerapkan salut Romawi (commons.wikimedia.org/Mr.Nostalgic)
Seperti yang disebutkan di poin sebelumnya, diktator Italia Benito Mussolini menggunakan penghormatan ala Romawi. Namun, selama 1.800 tahun puncak Kekaisaran Romawi dan penerapan gerakan tersebut, mungkin ada orang lain yang menggunakannya dengan cara yang sama. Meski hal itu tidak tercatat sejarah.
Benito Mussolini naik ke tampuk kekuasaan setelah berakhirnya Perang Dunia I, dengan mendirikan Fasci Italiani Di Combattimento, sebuah organisasi politik nasionalis yang dibentuk Benito Mussolini pada 1919. Umumnya disebut Blackshirts atau Baju Hitam, karena pakaian mereka yang serba hitam. Kelompok ini sering menggunakan aksi kekerasan dan intimidasi untuk mendapatkan dukungan. Pada 1921, jumlah anggota mereka meningkat dari 30.000 menjadi 320.000 orang. Lalu pada tahun yang sama, Benito Mussolini mengganti nama kelompok tersebut menjadi Partito Nazionale Fascista (PNF), atau Partai Fasis Nasional.
Seperti yang dijelaskan oleh Project Muse, PNF tidak mau melakukan jabat tangan, karena dianggap feminin dan dapat menularkan kuman penyakit, yang saat itu sedang merebak di seluruh Eropa. Partai fasis ini ingin menerapkan bentuk penghormatan yang terlihat tangguh, jantan, dan berkarisma. Nah, untuk itu, mereka meniru sejarah masa lampau Kekaisaran Romawi, yang dianggap tangguh dan tak terkalahkan. Oleh karena itu, muncullah sebutan Salut Romawi atau Hormat Romawi.
Saat itu, Benito Mussolini juga mengadopsi artefak lain dari simbologi Romawi Kuno, yaitu Fascis, seikat tongkat dengan bilah seperti kapak di bagian atas. Simbol ini dimaksudkan sebagai perwakilan dalam persatuan. Bangsa Romawi meminjam simbol tersebut dari mantan penakluk mereka, yakni bangsa Etruria, yang menggunakannya sejak abad ke-7 SM. Dari sinilah kata-kata seperti "fasisme" berasal. Namun, karena deskripsi spesifik dari penghormatan Romawi masih belum diketahui secara jelas, Benito Mussolini pun membuat gerakan penghormatan itu sebagai miliknya sendiri.