Saat ini, semut adalah salah satu kelompok serangga yang paling mencolok dan berlimpah di planet ini, ditemukan di semua benua kecuali Antartika.
Namun, semut tidak selalu dominan. Mereka berevolusi selama akhir Jura dan awal Kapur, sekitar 145 juta tahun yang lalu, ketika nenek moyang semut berubah dari kelompok yang sama yang kemudian memunculkan tawon dan lebah.
Baru setelah hantaman asteroid membuat dinosaurus dan spesies lain punah 66 juta tahun lalu, semut menjadi serangga yang paling banyak ditemukan dalam catatan.
Spesies yang baru diidentifikasi ini juga memiliki beberapa karakteristik seperti tawon yang menunjukkan adanya kesamaan nenek moyang di antara kedua makhluk tersebut. Sebagai contoh, sayap semut itu memiliki lebih banyak pembuluh darah dibandingkan dengan semut hidup.
Pencitraan tomografi komputasi mikro—teknik pencitraan 3D yang menggunakan sinar-X untuk melihat bagian dalam semut—mengungkapkan bahwa serangga itu terkait erat dengan semut neraka yang sebelumnya hanya diketahui dari fosil ambar Burma.
Hal yang paling mencolok dari semut itu adalah fitur anatominya yang tidak biasa. Semut modern memiliki rahang yang mencengkeram secara lateral—dari sisi ke sisi. Namun, semut ini memiliki rahang seperti sabit yang sejajar dengan kepalanya dan menjulur ke depan dari dekat mata.
Ini bisa saja berfungsi sebagai semacam forklift, bergerak ke atas, saat semut memangsa serangga lain yang telah punah. Morfologi yang rumit menunjukkan bahwa semut-semut yang paling awal sekalipun telah berevolusi dengan strategi pemangsa yang canggih dan sangat berbeda dengan semut-semut modern.