ilustrasi parfum (pexels.com/Karolina Grabowska)
Bukan hanya Cleopatra, pada masa itu, Mesir sendiri terkenal karena mampu menghasilkan aroma yang luar biasa. Pada masa Cleopatra VII, setidaknya ahli parfum zaman tersebut telah berlatih secara 3 ribu tahun untuk menemukan aroma yang menarik.
IFL Science menjelaskan bahwa bahan dasar dari parfum Mesir adalah minyak nabati atau lemak hewani. Bukan dari alkohol sebagaimana wewangian saat ini. Sementara, aroma diciptakan dari asap bakaran resin yang harum, kulit kayu, dan tumbuhan.
FYI, istilah parfum sendiri berasal dari kata per fumum yang berarti 'melalui asap'. Dalam prosesnya, aroma diekstrak melalui maserasi dengan menyeduh resin, bunga, tumbuhan, rempah, hingga kayu tertentu.
Selama ribuan tahun, para ilmuwan berupaya menciptakan kembali resep yang tercatat dalam teks Mesir dan prasasti di dinding kuil. Salah satu hasilnya dideskripsikan oleh Coughlin dan Dora Goldsmith, seorang penulis dari Frele Universitat Berlin.
Dari penelitian yang dilakukan, ahli menggambarkan wangi parfum Cleopatra setidaknya memiliki dasar pedas kemenyan dan aroma kayu manis baru digiling. Tidak berhenti di sana, ada aksen rasa manis yang muncul dari wewangian Sang Ratu Kecantikan.
Uniknya, wangi parfum Cleopatra ini bisa bertahan selama 2 tahun. Dengan demikian, membuktikan bahwa kualitas aroma wewangian dari Mesir ini terjaga.
Pada 2019, pengunjung pameran Queens of Egypt Museum National Geographic berkesempatan mengendus perkiraan aroma parfum Cleopatra. Parfum yang dinamakan Eau de Cleopatra tersebut bukan hanya wangi, tetapi juga memiliki antijamur dan antibakteri guna menekan bau tidak sedap. Wah, menarik, ya.
Sudah berlalu ribuan tahun, mungkin akan sulit menciptakan ulang wangi parfum Cleopatra yang benar-benar sama. Namun, setidaknya, penelitian dan metode biomolekuler terkini bisa memberikan gambaran aroma yang bisa dijadikan referensi.