Salah satu pencapaian terbesar umat manusia dalam misi eksplorasi luar angkasa adalah pendaratan manusia di Bulan dalam misi Apollo 11 beberapa dekade yang lalu. Sejarah mencatat, Neil Armstrong dan Buzz Aldrin adalah manusia pertama yang menjejakkan kakinya di bulan pada tanggal 20 Juli 1969. Roket terkuat saat itu yang bernama Saturn V berhasil meluncurkan manusia untuk pertama kalinya mendarat di bulan.
Misi berawak ke Bulan berakhir pada misi Apollo 17 di tahun 1972 dan belum pernah dilakukan kembali hingga hari ini. Misi berawak ke Bulan merupakan satu-satunya misi perjalanan terjauh manusia di luar angkasa yang melampaui ketinggian orbit Bumi rendah (low Earth orbit , berada pada ketinggian 160-2,000 km dari permukaan bumi).
Sejumlah babak penting dalam dunia luar angkasa terjadi setelahnya diantaranya pengembangan pesawat ulang-alik pada tahun 1981 untuk melakukan misi di orbit bumi rendah. Setelah sejumlah misi, NASA menghentikan program pesawat ulang-alik (space shuttle) pada tahun 2011 dan mulai mempersiapkan diri untuk misi-misi deep space dalam program bertajuk Artemis.
Salah satu bagian terpenting dalam sebuah misi luar angkasa adalah roket peluncur. Dengan kekuatannya roket peluncur tersebut akan meluncurkan wahana antariksa beserta muatannya ke tujuannya di luar angkasa. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa misi Apollo dan pesawat ulang-alik menggunakan roket peluncur terkuat pada masanya, maka untuk misi-misi deep space yang dalam waktu dekat akan diluncurkan oleh NASA, NASA membuat platform roket peluncur terbaru yang diberi nama Space Launch System atau yang selanjutnya akan disebut Roket SLS.
Roket SLS masih terus diuji dan disiapkan untuk misi pertamanya yang diperkirakan akan diluncurkan pada tahun 2021. Roket SLS diklaim sebagai roket terkuat yang pernah dibuat. Berikut lima fakta SLS, roket terkuat NASA untuk misi-misi deep space.