Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi Bulan sebagai satelit alami luar angkasa (pexels.com/Nacho Monge)
ilustrasi Bulan sebagai satelit alami luar angkasa (pexels.com/Nacho Monge)

Intinya sih...

  • Cold Moon (4 Desember)Bulan purnama Desember, terlihat sangat terang dan dominan di langit malam pada 4 Desember 2025.

  • Hujan meteor Puppid-Velids (7 Desember)Hujan meteor mencapai puncak pada 7 Desember, dengan laju sekitar 10 meteor per jam saat maksimum.

  • Elongasi Barat maksimum Merkurius (8 Desember)Merkurius mencapai elongasi barat maksimum pada 8 Desember dengan kecerlangan sekitar -0,4 magnitudo.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Memasuki penghujung tahun, langit malam Desember 2025 kembali dipenuhi berbagai peristiwa astronomi menawan yang menjadi penutup bagi para pengamat langit. Dari hujan meteor yang intens hingga fase Bulan yang unik, bulan ini menawarkan rangkaian fenomena yang sayang untuk dilewatkan.

Dengan cuaca yang biasanya lebih stabil di akhir tahun dan malam yang lebih panjang, Desember menjadi kesempatan ideal untuk menikmati keindahan langit malam. Melansir laman Badan Riset dan lnovasi Nasional (BRIN) Berikut 6 fenomena langit terbaik yang akan terjadi sepanjang Desember 2025.

1. Cold Moon (4 Desember)

Cold Moon merupakan sebutan tradisional untuk Bulan purnama di bulan Desember. Bulan ini akan mencapai fase purnamanya pada 4 Desember 2025. Di belahan Bumi utara, momen ini paling ideal diamati sekitar pukul 23.14 UTC, sementara di Indonesia waktu terbaiknya jatuh pada 21.48 WIB.

Meski tidak termasuk supermoon, Cold Moon tetap menjadi salah satu purnama paling mencolok karena muncul pada musim dingin di belahan utara, ketika udara lebih jernih dan langit lebih gelap. Di Indonesia sendiri, fenomena ini tetap menarik untuk disaksikan karena Bulan akan tampak sangat terang dan dominan di langit malam.

2. Hujan meteor Puppid–Velids (7 Desember)

Ilustrasi hujan meteor bootid (unsplash.com/Matt Wang)

Hujan meteor Puppid–Velids berlangsung dari 1–15 Desember dan mencapai puncak pada 7 Desember, dengan laju sekitar 10 meteor per jam saat maksimum. Meteor-meteor ini tampak berasal dari rasi Puppis, yang baru terbit pada 20:26 WIB, sehingga hujan meteor ini baru bisa diamati setelah waktu tersebut hingga menjelang fajar.

Kondisi terbaik terjadi sekitar 03:07 WIB, ketika radian berada pada posisi tertinggi di langit. Namun, pengamatan tahun ini sedikit menantang karena kehadiran Bulan cembung besar yang terbit hanya 9 menit setelah radian muncul. Ini mengakibatkan langit akan lebih terang dan meteor-meteor redup bisa sulit terlihat.

3. Elongasi Barat maksimum Merkurius (8 Desember)

Pada 8 Desember, Merkurius mencapai elongasi barat maksimum dengan sudut pemisahan 20,7º dari Matahari. Posisi ini membuat planet ini berada pada jarak sudut terbaik untuk diamati sebelum matahari terbit. Pada momen ini, Merkurius berada di rasi Libra dan memiliki kecerlangan sekitar –0,4 magnitudo. Ini cukup terang untuk dilihat dengan mata tanpa alat bantu asalkan langit bebas polusi cahaya dan pandangan ke arah timur tidak terhalang.

Planet kecil ini akan terbit pada 04:07 WIB yang memberi jendela pengamatan yang relatif singkat sebelum cahaya Matahari menyapu langit. Meskipun tidak terlalu tinggi di horizon, elongasi maksimum selalu menjadi kesempatan terbaik untuk melihat Merkurius.

4. Hujan meteor Geminid (13–14 Desember)

Hujan meteor Geminid, salah satu hujan meteor paling spektakuler dalam setahun, akan memuncak pada 13–14 Desember dengan laju hingga 150 meteor per jam. Berlangsung dari 4–20 Desember, fenomena ini berasal dari puing-puing asteroid 3200 Phaethon yang memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan sekitar 35 km/detik. Puing-puing ini akan menghasilkan lintasan meteor yang terang dan sering kali berwarna.

Meteor-meteor ini tampak datang dari rasi Gemini, yang terbit pukul 20:01 WIB, sehingga pengamatan sudah bisa dimulai sejak malam dan terus berlanjut hingga dini hari. Kondisi tahun ini cukup mendukung karena Bulan kuartir akhir baru terbit tengah malam.

5. Konjugasi Bulan — Merkurius — Antares (18–19 Desember)

ilustrasi konjugasi (pexels.com/ARMAN ALCORDO JR.)

Menjelang fajar pada 18 dan 19 Desember, langit timur akan menampilkan formasi cantik berupa segitiga alami yang dibentuk oleh Bulan, Merkurius, dan Antares, bintang terang dari rasi Scorpius. Pada 18 Desember, Bulan terbit pertama pada 03:45 WIB, diikuti Merkurius pada 04:15 WIB, dan Antares pada 04:17 WIB, sehingga ketiganya akan tampak berdekatan di langit rendah timur sebelum cahaya Matahari menguasai langit.

Keesokan harinya, 19 Desember, urutannya berbeda: Antares muncul lebih dulu pada 04:13 WIB, disusul Merkurius 04:17 WIB, lalu Bulan 04:34 WIB yang membentuk komposisi segitiga yang sedikit bergeser dari hari sebelumnya. Karena ketiga objek ini cukup rendah di horizon, pengamatan terbaik akan diperoleh dari lokasi dengan pandangan timur yang sangat lapang, tanpa tertutup gedung atau pepohonan.

6. Hujan Meteor Ursid (21–22 Desember)

Hujan meteor Ursid, yang berlangsung dari 13–24 Desember, menjadi penutup kalender fenomena langit akhir tahun bagi sebagian wilayah Bumi. Meteor-meteor Ursid tampak memancar dari rasi Ursa Minor, sehingga hanya dapat diamati oleh pengamat di belahan Bumi Utara atau wilayah yang berada sedikit di atas garis khatulistiwa.

Di belahan utara, rasi ini terbit setelah tengah malam, memberikan kesempatan untuk melihat lintasan meteor hingga menjelang subuh. Namun bagi pengamat di belahan Bumi Selatan, termasuk sebagian besar wilayah Indonesia, rasi Ursa Minor terbit hampir bersamaan dengan Matahari yang membuat hujan meteor ini tidak dapat diamati.

Meski demikian, bagi mereka yang berada cukup jauh di utara, Ursid sering menjadi kejutan akhir tahun karena kadang menampilkan ledakan meteor (outburst) meski laju normalnya relatif kecil.

Desember 2025 menawarkan beragam fenomena langit yang menarik, mulai dari cold moon hingga hujan meteor. Dengan malam yang lebih panjang, ini adalah waktu yang ideal untuk menikmati keindahan langit malam.

Editorial Team