Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Jaksa Agung Kamala D. Harris bertemu dengan para pemilik rumah di San Francisco yang rumahnya disita di Mission Economic Development Agency. (commons.wikimedia.org/Office of the Attorney General of California)

Debat Presiden Joe Biden pada Juni 2024 melawan Donald Trump dianggap gagal oleh beberapa pengamat. Ada banyak kritikan dari media dan isu terselubung tentang pemilihannya kembali. Irama yang terus terdengar mengatakan bahwa, demi kebaikan partai dan negaranya, Biden harus mengundurkan diri sebagai calon presiden. 

Banyak yang menganggap bahwa pertempurannya melawan Donald Trump punya konsekuensi yang besar bagi partainya. Jajak pendapat bahkan menunjukkan bahwa Joe Biden tidak layak mencalonkan diri kembali menjadi presiden. Sejak awal, banyak anggota Partai Demokrat dan jurnalis yang mengajukan satu nama untuk menggantikan Joe Biden, yakni wakil presidennya, Kamala Harris. Pada Agustus 2024, nama Kamala Harris pun membumbung tinggi karena dinobatkan sebagai kandidat calon presiden AS, untuk menggantikan Joe Biden.

Kamala Harris, tentu saja, akan menjadi orang berikutnya yang akan menduduki jabatan tertinggi sebagai presiden AS jika ia berhasil mengalahkan Donald Trump. Oleh sebab itu, kita akan membahas karier politik Kamala Harris, dari jaksa wilayah di tingkat lokal di California hingga masa jabatannya sebagai senator Amerika Serikat. Sebagai perempuan pertama, orang Amerika kulit hitam pertama, dan orang Amerika Asia pertama yang menjabat sebagai wakil presiden, pencalonannya sebagai presiden, tentunya menjadi sejarah dan kisah baru bagi Amerika Serikat. 

1. Kamala Harris mengalami diskriminasi sejak kecil

Kamala Harris (twitter.com/@KamalaHarris)

Kamala Devi Harris lahir pada 20 Oktober 1964 di Oakland, California, Amerika Serikat. Ayahnya, Donald Harris, adalah seorang Amerika Afro-Jamaika dan seorang ekonom serta profesor terkenal. Ibunya, Shyamala Gopalan, adalah seorang ilmuwan biomedis yang berpengaruh dalam bidang penelitian kanker payudara. Namun ia meninggal dunia pada 2009.

Donald Harris dan Shyamala Gopalan bertemu di kampus Berkeley, Universitas California pada 1962, dan menikah setahun kemudian. Kamala Harris adalah anak pertama dari dua bersaudara dalam pernikahan kedua orangtuanya.

Donald Harris dan Shyamala Gopalan memiliki pandangan politik yang sama. Mereka mengajarkan kedua anak mereka tentang Gerakan Hak Sipil saat keduanya masih balita. Sayangnya, orang tua Kamala Harris sering bertengkar. Alhasil, mereka bercerai ketika Kamala Harris baru berusia 7 tahun. Hak asuh jatuh kepada Shyamala Gopalan. Jadi, Kamala Harris jarang bertemu dengan ayahnya setelah perceraian tersebut.

Namun, saat mengunjungi ayahnya di Palo Alto, Kamala Harris punya pendapat sendiri terkait isu-isu hak sipil di kota tersebut. Palo Alto sendiri berada di wilayah San Francisco, dan mayoritas penduduknya menganut liberal. Namun, saat Harris dan adik perempuannya ingin bermain, anak-anak kulit putih di lingkungan tempat tinggal ayah mereka tidak mau bermain bersama mereka.

"Mereka tidak diizinkan bermain dengan kami karena kami berkulit hitam," kata Kamala Harris kepada Los Angeles Times pada 2015. "Kami berkata, 'Mengapa kami tidak boleh bermain bersama?' 'Orangtuaku, tidak mengizinkanku bermain denganmu.'"

2. Kamala Harris tumbuh dengan tradisi keagamaan multikultural

Editorial Team

Tonton lebih seru di