TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mau Berpikir seperti Sherlock Holmes? Ikuti 6 Cara Ini deh!

Kuncinya adalah observasi dan deduksi

Unsplash/Sandip Roy

Kalau kamu suka dengan novel misteri, kamu pastinya tahu dengan karakter detektif "terhebat di muka Bumi", Sherlock Holmes karangan Sir Arthur Conan Doyle. Atau, kamu lebih familier dengan Detektif Conan karangan Aoyama Gosho?

Siapapun karakter detektif kesukaanmu, tidak masalah. Mereka memiliki satu kesamaan menonjol, nalar yang luar biasa cepat dan kemampuan menangkap detail terkecil lebih daripada orang-orang kebanyakan.

Berita baiknya, tidak mustahil bagimu untuk melatih pikiranmu agar sama dengan pikiran mereka. Eits, berita buruknya, itu adalah pilihanmu dan perlu waktu hingga seumur hidup untuk membiasakan daya nalar seperti para detektif hebat!

"Iya, proses belajar kan berjalan sampai ke liang kubur."

Betul sekali! Jika kamu tertarik untuk menjadi detektif dan belajar berpikir seperti mereka, yuk, simak enam langkah berikut ini.

1. Tingkatkan kesadaranmu

ilustrasi meditasi (unsplash.com/benblenner)

Melalui bukunya yang berjudul "Mastermind: How to Think Like Sherlock Holmes" pada 2013, Maria Konnikova menuliskan bahwa hal pertama yang patut dicontoh dari detektif terhebat itu adalah kewaspadaannya.

Konsep "kewaspadaan" bukanlah sebuah konsep baru. William James, psikolog dan filsuf asal AS, memberikan konsep tersebut sejak satu abad lalu. Bagi James, kewaspadaan berarti mengembalikan perhatianmu yang terpecah belah menuju ke satu hal yang penting.

Konnikova mengatakan bahwa cara pikir Sherlock Holmes tidak terbatas hanya pada memecahkan kasus, tetapi memang pikirannya secara alami sudah terasah untuk berpikir secara logis dan detail.

"Yang ditawarkan oleh Sherlock Holmes bukan hanya cara memecahkan masalah, melainkan cara berpikir juga... Nalar tersebut lahir dari metode ilmiah yang melebihi sains dan kriminalitas, serta dapat dijadikan pedoman berpikir hingga pedoman gaya hidup. Hal tersebutlah yang membuat Sherlock Holmes menarik di zaman Sir Conan Doyle hingga sekarang," papar Konnikova.

Pixabay.com/SOFCOR

Pada 1970, profesor psikologi Harvard University, Ellen Langer, memperjelas bagaimana peningkatan kewaspadaan dapat mengubah pengambilan keputusan, karakter, dan semangat hidup seseorang.

Selain itu, Langer juga menyarankan meditasi minimal 15 menit sehari dan melihat pemandangan alam, baik dari lukisan atau asli, dapat meningkatkan wawasan dan produktivitas, serta mengubah keadaan emosi menjadi lebih stabil.

Berbeda dari yang biasa kita pikirkan, Langer justru tidak menyarankanmu untuk melakukan multitasking jika ingin meraih kewaspadaan penuh. Hal tersebut justru membuyarkan fokusmu dan merusak daya ingat.

"Sherlock Holmes melakukan apa yang William James sarankan: melatih kewaspadaannya dan menggunakannya untuk mencapai berbagai prestasi dengan cara berpikir lebih baik dan mengambil keputusan lebih optimal," papar Langer.

2. Meningkatkan keingintahuan dan interaksi dengan lingkungan

unsplash.com/Alex Jones

Satu hal yang perlu kita sadari: kita semakin menua. Tidak enak memang. Bandingkan rasa keingintahuanmu saat masih balita dan remaja dulu dengan keadaanmu sekarang.

Beda jauh, kan? Saat kita tumbuh dewasa, kita semakin "bosan" dengan hidup. Hal tersebut menumpulkan semangat kita untuk mencari tahu hal-hal baru.

Konnikova memperingatkan jika hal ini dibiarkan, kemampuan decision-making pikiran kita akan menumpul. Menumpul dalam artian, kamu mengambil keputusan begitu saja, tanpa berpikir matang. Apa yang muncul, itulah hasil akhirnya. Terdengar gegabah, kan?

Jadi, apa yang harus kita lakukan? Tentu saja, kamu tidak boleh membiarkan semangat dan keingintahuan itu padam!

"Jadi, kayak anak kecil lagi, dong?"

unsplash.com/Jan Genge

Betul, jangan pedulikan apa kata orang. Milikilah keingintahuan seperti anak kecil yang siap untuk belajar hal-hal baru. Jangan ragu untuk bertanya. Ada peribahasanya, kan?

"Lebih baik bertanya, daripada sesat di jalan."

Kalau Holmes yang dianggap "detektif terhebat di dunia" saja tidak malu, mengapa kamu malu?

Melansir situs Psychology Today, penulis dan psikolog asal AS, Susan K. Perry, mengatakan bahwa mereka yang terus berinteraksi dengan lingkungan tidak akan mengambil keputusan secara auto-pilot, melainkan dengan proses pemikiran matang dan lebih akurat.

Tentu saja, Perry tidak menyuruh kita untuk berinteraksi dengan berbagai hal. Namun, jika kamu ingin memiliki daya tangkap yang luar biasa, jangan takut untuk berinteraksi!

Baca Juga: 7 Fakta Sejarah Sudoku, Permainan Teka-Teki yang Menuntut Logika

3. Ubah dirimu dari Watson ke Holmes

Wikimedia Commons/Oxfordian Kissuth

Inti dari mengubah cara pikirmu dari pasif dan auto-pilot menjadi kritis adalah dengan mengetahui sistem pemikiran manakah yang kamu pakai terlebih dahulu!

Konnikova mencanangkan dua jenis sistem nalar: sistem Watson dan sistem Holmes. Sistem Watson adalah sistem pemikiran berdasarkan intuisi dan informasi semata, sedangkan sistem Holmes adalah sistem pemikiran berdasarkan pemrosesan informasi secara kritis berdasarkan bukti. Sayangnya, kebanyakan orang memakai sistem Watson.

Untuk berubah dari Watson ke Holmes, memang tidak mudah. Konnikova pun mengakuinya.

"Untuk berubah dari sistem Watson ke Holmes, dibutuhkan kewaspadaan dan motivasi, serta latihan jangka panjang. Kewaspadaan ini berarti perhatian konstan untuk observasi, sementara motivasi berarti interaksi aktif dengan dunia," ujar Konnikova.

Apakah mudah? Tetap tidak mudah, apalagi jika pikiran kita sudah terbiasa berpikir berdasarkan intuisi dan apa yang ada di hadapan. Kuncinya?

"Dua hal yang menjadi ciri khas nalar Holmes yang sekaligus standar pemikiran ilmiah, yaitu keraguan dan keingintahuan pada dunia. Tidak ada hal yang dicerna hanya berdasarkan luarnya saja," imbuh Konnikova.

4. Tingkatkan daya ingatmu

Unsplash/ prottoy hassan

Perlu diakui, menjadi seorang detektif hebat berarti memiliki daya ingat seperti gajah. Masalahnya, sering kali, pusat memori kita sudah terisi penuh oleh hal-hal yang tidak penting. Apa yang Holmes katakan mengenai ingatan manusia?

"Saya menganggap otak manusia sebagai sebuah gudang kecil kosong. Tugasmu adalah mengisinya dengan berbagai perabotan," ujar Sherlock Holmes pada Dr. Watson dalam seri "A Study in Scarlet".

Konnikova kembali mengutip perkataan Holmes pada Watson. Ibarat seorang pengrajin, orang bijak tahu betul apa yang harus ia simpan dalam "gudang ingatannya". Berbeda dengan orang ceroboh yang memasukkan seluruh hal ke dalam ingatannya, sehingga saat informasi penting seharusnya muncul, ia kesusahan mengingatnya!

Selanjutnya, ia membedah sistem "gudang ingatan" Watson dengan Holmes.

"Sistem ingatan Watson tercampur aduk dan sebagian besar tidak ada artinya... Sistem Holmes membuat pilihan sadar dan termotivasi untuk mengingat kasus masa lalu; tak seorang pun yang tahu kapan kasus-kasus lampau tersebut akan berguna. Dalam "gudangnya", pengetahuan tidak hilang," papar Konnikova.

Oleh karena itu, putuskanlah mana hal yang patut untuk diingat dan kamu rasa akan berpengaruh di kemudian hari. Hal itulah yang Holmes lakukan untuk membantunya di kasus-kasus yang ia kerjakan.

5. Meningkatkan skala observasi

Unsplash/Edo Nugroho

Masih berhubungan dengan poin sebelumnya, memang apapun yang terlintas dari mata kita, secara otomatis, bisa terserap ke dalam "gudang ingatan". Akan tetapi, tidak mustahil untuk mencernanya secara perlahan.

Konnikova mengatakan bahwa observasi bukan berarti membiarkan segala hal masuk. Amatilah perlahan, apa yang harus kamu ingat dan apa yang tidak. Jangan langsung cerna hal-hal yang tidak penting ke dalam ingatanmu.

"Apapun yang kita amati akan menjadi 'perabotan' selanjutnya dalam 'gudang ingatan'. Dan, perabotan tersebut akan mengubah tata letak 'gudang ingatan' sehingga mempengaruhi cara kita mencerna hal di kemudian hari. Jadi, bijaklah dalam mengamati," tulis Konnikova.

Oh, jadi apa kita harus melihat sekejap dan langsung tahu? Bukan. Maksudnya adalah, kamu melihat bukan dengan pikiran kosong, melainkan dengan segala pertimbangan. Bagaikan lukisan, kamu mengaguminya sambil melihat detail yang berarti.

Perry memberi contoh bahwa saat Sherlock Holmes mengambil satu catatan untuk diperiksa, ia tidak hanya membacanya. Ia mengendusnya juga! Hal tersebut dapat memberikan input baginya yang orang lain tidak mengerti.

tenor.com

Dari pertimbangan dan observasi tersebut, akan muncul berbagai detail kecil yang tidak terlihat sebelumnya. Kemudian detail-detail tersebut kamu masukkan ke dalam kerangka ingatan untuk digunakan di kemudian hari sesuai keadaannya.

Dalam bukunya yang berjudul "Art of Scientific Investigation" pada 1950, William I. B. Beveridge menekankan bahwa selain latar belakang pendidikan, latihan yang tekun diperlukan agar proses observasi yang teliti tersebut dapat dibiasakan dalam pemikiran sehari-hari.

"Sama seperti latihan pada umumnya, observasi pertama dilakukan dengan susah payah dan dengan sadar. Akan datang waktunya, kemampuan tersebut timbul secara tidak sadar dan menjadi kebiasaan," papar Beveridge.

Baca Juga: 8 Teka-teki Terkenal di Dunia, Ternyata Mayoritas dari Bidang Literasi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya