TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Apa yang Terjadi jika Ada Dua Matahari? Ini Dampaknya bagi Bumi!

Dampaknya lebih besar daripada hanya kepanasan

ilustrasi sistem bintang biner (dok. NASA)

Bisa menyaksikan dua Matahari terbenam terdengar menarik, bukan? Swafoto kamu di sosial media nantinya tidak hanya ditemani oleh satu benda langit yang bersinar terang.

Di alam semesta, sistem bintang ganda atau bahkan lebih sebenarnya lebih umum dijumpai oleh para ilmuwan dibandingkan sistem bintang tunggal seperti pada Tata Surya kita. Sebagian besarnya bahkan memiliki planet yang laik huni.

Contoh terdekatnya adalah Proxima Centauri b. Planet ini masih masuk dalam kualifikasi laik huni meskipun mengorbit pada Proxima Centauri yang merupakan bagian dari sistem tiga bintang.

Akan tetapi, apakah mungkin Bumi tetap bisa dihuni bila memiliki dua Matahari seperti sebagian besar planet di alam semesta? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!

1. Hipotesis ilmuwan mengenai sistem Matahari biner di Tata Surya

ilustrasi bumi dengan dua matahari (theatlantic.com)

Pembahasan mengenai adanya dua Matahari sekilas terdengar konyol. Namun, tidak demikian bagi para ilmuwan. Percaya atau tidak, ternyata mereka sudah meneliti kemungkinan adanya kembaran Matahari ini sejak tahun 80-an, lho.

Dilansir Space, para ilmuwan sudah sejak lama berhipotesis mengenai kemungkinan adanya kembaran yang mengorbit bersama Matahari di masa lalu. Secara teori, ia berupa sebuah bintang katai yang kemudian diberi nama Nemesis. Pada tahun 1984, Richard Muller dari Universitas California Berkeley mengatakan bahwa keberadaan Nemesis mungkin saja menjelaskan kepunahan massal yang terjadi setiap 27 miliar tahun sekali di Bumi.

Tidak sampai di situ, pada tahun 2020, peneliti dari Universitas Harvard juga merilis jurnal yang menghubungkan keberadaan kembaran Matahari dengan kemungkinan adanya planet kesembilan. Menurut mereka, hipotesis ini juga dapat menjelaskan beberapa anomali yang terdapat pada perhitungan di Tata Surya.

2. Seberapa panas suhu Bumi bila ada dua Matahari?

ilustrasi wanita disinari cahaya matahari (pexels.com/Maggie Zhan)

Jika ada dua Matahari, apakah hal ini akan memanggang seisi Bumi karena menerima panas yang berlipat? Jawabannya, belum tentu. Banyak faktor penentu yang perlu dijadikan pertimbangan, seperti seberapa besar massa dari kedua bintang hingga bagaimana jarak relatifnya antara satu sama lain dan terhadap Bumi.

Jika kita membayangkan masing-masing bintang memiliki massa yang sama dengan Matahari, saling berdekatan, dan Bumi masih berada di bidang orbit yang sama, tentu saja kita akan langsung terpanggang. Bahkan, jika massa bintang tersebut sangat besar, gravitasinya cukup untuk menarik planet kita mendekat.

Baca Juga: Ini 5 Hal yang Akan Terjadi jika Matahari Menghilang dari Tata Surya

3. Bumi masih bisa laik huni dalam kondisi tertentu 

ilustrasi tipe orbit sirkumbiner (astronomy.com/Roen Kelly)

Dilansir Astronomy, planet masih bisa disebtu laik huni dalam sistem bintang ganda dengan dua syarat. Pertama, ia hanya mengorbit salah satu bintang atau yang disebut juga sebagai orbit S-Type, seperti pada Proxima Centauri b.

Kedua, jika planet tersebut bisa mengorbit dua bintang yang saling berdekatan dari jarak cukup jauh, atau yang disebut sebagai T-Type. Hal ini terjadi pada planet Kepler 16-b. Jaraknya cukup jauh dari bintang sehingga air terus berada dalam kondisi cair, tetapi juga tidak membeku karena suhu yang dingin.

Menyambung hipotesis ilmuwan mengenai Nemesis, Bumi saat ini masih laik huni karena hanya mengorbit pada Matahari. Dalam skenarionya, Nemesis juga digambarkan sedang berada cukup jauh sehingga hanya memberikan gangguan-gangguan minor bagi Tata Surya, yakni di dekat awan Oort.

4. Waktu revolusi Bumi juga berubah

ilustrasi interaksi Bumi dan Matahari (editage.com)

Berada dalam orbit sirkumbiner—bintang ganda—tentu saja akan membuat perubahan waktu orbit Bumi. Dilansir Insh, mengingat total gravitasi dari kedua bintang akan menjadi lebih besar, planet kita bisa saja menghabiskan satu kali revolusi dalam waktu 280 hari, bukan lagi 365 hari seperti sekarang. Bisa juga periode tersebut jadi lebih lama karena faktor tertentu. 

Dengan mempertimbangkan orbit dan posisinya, berada dalam orbit sirkumbiner dapat membuat siang hari menjadi lebih panas. Perbedaan waktu terbenam juga akan membuat malam menjadi lebih singkat, iklim yang semakin tidak dapat diprediksi, dan bertambahnya musim di Bumi.

Nantinya, selain dua jenis gerhana yang telah kita ketahui pada saat sekolah, akan ada satu gerhana tambahan juga jika Bumi mengorbit bintang biner. Gerhana ini disebabkan karena satu bintang melintas tepat di depan bintang lainnya.

5. Rusaknya satelit-satelit buatan 

ilustrasi satelit di sekeliling Bumi (nasa.gov)

Selama ini, satelit buatan yang dikirim ke luar angkasa untuk kepentingan GPS, komunikasi, dan sebagainya, sering terganggu karena aktivitas semburan Matahari. Dalam skenario bintang ganda, interaksi antara kedua bintang akan meningkatkan aktivitas tersebut. Akibatnya, risiko gangguan dan bahkan kerusakan yang terjadi pada satelit jadi lebih besar. Begitu pula terhadap kehidupan di Bumi.

Dengan adanya dua bintang, perkembangan ilmu pengetahuan tentu akan jadi lebih menantang. Terutama bagi para astronaut yang berada di International Space Station (ISS). Mereka akan terpapar bahaya yang jauh lebih besar daripada saat ini sehingga perjalanan ke luar angkasa lebih sulit untuk dilakukan.

6. Bahaya yang mengintai kesehatan 

ilustrasi manusia di pantai (unsplash.com/Hannah Reding)

Umum diketahui jika paparan sinar UV berlebih akan menganggu kesehatan kulit dan meningkatkan risiko kanker. Dengan adanya dua Matahari yang bersinar secara bersamaan, risiko itu tentu saja akan berlipat ganda. Bahkan berada di luar ruangan akan menjadi sangat berbahaya untuk kesehatan.

Semakin besarnya gaya gravitasi, makhluk hidup akan memiliki postur yang lebih pendek dan memiliki volume tulang yang lebih besar. Kita juga akan memiliki kaki yang besar untuk bisa menopang diri sendiri. Hal ini tak hanya terjadi pada hewan dan manusia, tumbuhan pun sama.

Irama sikardian yang sudah seperti jam biologis dalam penentuan waktu tidur bagi makhluk hidup juga akan berubah secara drastis. Sebab, waktu siang dan malam tidak lagi sama.

Baca Juga: 5 Fakta Unik Bimasakti, Galaksi Tua yang Jadi Rumah Matahari

Verified Writer

Fira Yultiara

📎 yultiara19@gmail.com

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya